Mohon tunggu...
Maulidya Rahmah
Maulidya Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Informatics Engineering Student '21 - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Suka Berenang, Skincare, Makeup, dan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Patriarki: Menyelami Akar Permasalahan Gender

1 Desember 2023   23:22 Diperbarui: 1 Desember 2023   23:27 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu manifestasi paling merugikan dari sistem patriarki adalah kekerasan terhadap perempuan. Artikel ini menyelami akar mitos bahwa kekerasan ini bersifat individual dan membahas bagaimana patriarki mendukung serta membenarkan tindakan kekerasan. Melibatkan analisis mendalam, kita dapat menyadari bahwa kekerasan ini bukan semata-mata hasil tindakan individu, melainkan dipengaruhi oleh struktur kekuasaan patriarki yang menguntungkan laki-laki. Oleh karena itu, memahami dan menggugah kesadaran mengenai peran patriarki dalam menciptakan kondisi yang mendukung kekerasan terhadap perempuan menjadi langkah krusial dalam melawan dan mencegahnya.

Mengenali Privilese Laki-laki dalam Sistem Patriarki

Privilege laki-laki sering diabaikan dalam diskusi tentang patriarki. Artikel ini tidak hanya membongkar mitos bahwa laki-laki tidak merasakan dampak negatif dari sistem ini, melainkan juga menggali lebih dalam untuk membahas bagaimana privilege tersebut memengaruhi struktur sosial secara menyeluruh. Dengan mempertimbangkan cara-cara di mana privilge laki-laki diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, kita dapat membuka dialog yang konstruktif untuk mengubah norma-norma patriarki yang merugikan dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesetaraan gender. Dengan mengakui dan mengubah privilge ini, kita dapat memperkuat perjuangan menuju masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua individu.

Kesimpulan

Dalam menguraikan mitos patriarki dan menggali akar permasalahan gender, kita dapat menyimpulkan bahwa patriarki bukanlah sekadar struktur sosial, melainkan suatu sistem kompleks yang meresap dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun masyarakat modern mungkin telah mengalami kemajuan dalam hal kesetaraan gender, patriarki masih menunjukkan keberlanjutan yang merugikan, menciptakan ketidaksetaraan dan diskriminasi terhadap perempuan. 

Dinamika patriarki yang melibatkan pembagian peran tradisional, ketidaksetaraan di dunia pekerjaan, pengaruh media yang merugikan, dan mitos-mitos seputar kesetaraan gender harus diungkap untuk memahami akar permasalahan. Menyadari bahwa kekerasan terhadap perempuan bukan semata-mata akibat tindakan individu, tetapi juga dipengaruhi oleh struktur kekuasaan patriarki, kita dapat melangkah lebih jauh dalam melawan dan mencegahnya.

Mitos bahwa kesetaraan gender sudah terwujud perlu dihadapi dengan kenyataan, dan pendidikan menjadi kunci untuk mengubah norma-norma patriarki yang terus bertahan. Mengenali privilege laki-laki sebagai bagian integral dari sistem patriarki membuka pintu untuk dialog yang konstruktif, memungkinkan perubahan yang lebih menyeluruh dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesetaraan gender. Dengan kesadaran yang lebih dalam tentang patriarki dan mitos-mitos yang menyertainya, kita dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk mengatasi akar permasalahan gender. Langkah-langkah konkret untuk memerangi ketidaksetaraan, mengekspos mitos patriarki di berbagai sektor masyarakat, dan mempromosikan kesetaraan gender adalah langkah-langkah penting dalam perjalanan menuju masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan setara bagi semua individu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun