Mohon tunggu...
Maulidya Rahmah
Maulidya Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Informatics Engineering Student '21 - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Suka Berenang, Skincare, Makeup, dan Musik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Picky Eater?

30 September 2023   17:12 Diperbarui: 30 September 2023   22:38 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilih dalam memilih makanan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki preferensi makanan yang sangat terbatas dan cenderung menolak atau menghindari beberapa jenis makanan. Kondisi ini seringkali menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua, pasangan, atau individu yang ingin mengadopsi pola makan yang lebih sehat. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai berbagai faktor yang dapat membuat seseorang memiliki selera makan yang tajam, serta memberikan panduan komprehensif untuk menghadapi dan mengatasi masalah ini.

Penyebab Pemilihan Makanan yang Pemilih

  • Pengalaman Awal

Salah satu penyebab utama seseorang menjadi pemilih dalam memilih makanan adalah pengalaman awal mereka dengan makanan. Hal ini dapat terjadi selama masa bayi dan balita ketika mereka pertama kali terkena berbagai jenis makanan. Jika pengalaman-pengalaman ini tidak menyenangkan, seperti mencicipi makanan yang tidak sesuai dengan preferensi rasa mereka atau menyebabkan ketidaknyamanan, mereka mungkin akan mengembangkan keengganan terhadap makanan-makanan tersebut. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan kepada anak-anak mereka dengan hati-hati dan penuh positivitas.

  • Faktor Genetik

Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat berperan dalam kecenderungan seseorang menjadi pemilih dalam memilih makanan. Beberapa orang mungkin memiliki sensitivitas sensorik yang lebih tinggi terhadap rasa, tekstur, atau aroma makanan, yang dapat membuat mereka lebih selektif dalam memilih makanan. Namun, meskipun faktor genetik dapat memengaruhi kecenderungan ini, hal ini tidak berarti bahwa individu dengan selera makan yang tajam tidak dapat mengatasi preferensi makanan mereka dengan bantuan yang sesuai.

  • Sensitivitas Sensorik

Seseorang dengan sensitivitas sensorik yang tinggi mungkin akan mengalami ketidaknyamanan yang lebih besar terhadap makanan dengan tekstur atau rasa tertentu. Mereka mungkin merasa sangat tidak nyaman atau bahkan merasa mual ketika mencoba makanan yang tidak sesuai dengan preferensi sensorik mereka. Sensitivitas ini bisa terkait dengan pengalaman masa kecil atau faktor genetik, tetapi dapat diatasi secara perlahan dengan mengenali dan mencoba makanan-makanan baru.

  • Pengalaman Traumatis

Pengalaman traumatis terkait dengan makanan juga dapat menjadi penyebab seseorang menjadi pemilih dalam memilih makanan. Contohnya, jika seseorang pernah mengalami keracunan makanan atau sakit parah akibat makanan tertentu, mereka mungkin akan mengembangkan keengganan terhadap makanan-makanan tersebut dan bahkan makanan serupa. Ini adalah penyebab yang mungkin memerlukan bantuan profesional untuk mengatasi, terutama jika pengalaman traumatis tersebut sangat mengganggu.

  • Kontrol Diri yang Tinggi

Beberapa individu memiliki tingkat kontrol diri yang tinggi terhadap pilihan makanan mereka. Hal ini mungkin dipicu oleh kekhawatiran terkait berat badan, penampilan, atau masalah kesehatan lainnya. Mereka mungkin khawatir bahwa makanan tertentu akan berdampak negatif pada berat badan atau kesehatan mereka, sehingga memilih untuk menghindari makanan tersebut. Bagi mereka, penting untuk mencari bantuan profesional dalam mengatasi ketakutan dan kecemasan mereka terhadap makanan.

  • Pengaruh Lingkungan

Lingkungan sosial juga dapat memainkan peran dalam perkembangan pemilihan makanan yang tajam. Tekanan dari teman-teman, dinamika keluarga, atau pengaruh budaya dapat membentuk preferensi makanan seseorang. Misalnya, jika seseorang tumbuh dalam budaya dengan tradisi makanan yang kaku, mereka mungkin akan cenderung menjadi pemilih dalam memilih makanan. Penyebab ini dapat lebih baik diatasi melalui pemahaman dan edukasi tentang beragam jenis makanan dan budaya.

Tips Mengatasi Pemilihan Makanan yang Pemilih

  • Tawarkan Pilihan Makanan yang Sehat

Salah satu cara mengatasi pemilihan makanan yang pemilih adalah dengan memberikan pilihan makanan yang sehat. Tawarkan berbagai jenis makanan yang sesuai dengan preferensi mereka, tetapi pastikan makanan tersebut tetap seimbang dari segi nutrisi. Hal ini dapat membantu mereka merasa memiliki kendali atas pilihan makanan mereka dan mendorong mereka untuk mencoba hal-hal baru.

  • Eksperimen dengan Penyajian

Cara Anda menyajikan makanan juga dapat berpengaruh. Cobalah variasi dalam penyajian makanan, seperti memotongnya menjadi bentuk yang menarik atau menghidangkan makanan dalam warna-warna cerah. Penyajian yang menarik dapat membuat makanan terlihat lebih menggoda dan mungkin membuat mereka yang pemilih menjadi lebih terbuka untuk mencoba.

  • Bersabar dan Konsisten

Mengatasi pemilihan makanan yang pemilih membutuhkan kesabaran. Jangan memaksa mereka untuk makan makanan yang mereka tidak suka, tetapi tetap konsisten dalam menawarkan pilihan makanan yang sehat. Jika mereka menolak makanan tertentu, coba lagi dalam beberapa waktu. Kesabaran adalah kunci untuk membantu mereka mengatasi keengganan mereka terhadap makanan.

  • Libatkan Mereka dalam Proses Memasak

Mengajak mereka yang pemilih untuk terlibat dalam proses memasak dapat membuat mereka lebih tertarik pada makanan. Mereka dapat membantu memilih bahan, memasak, atau menghias hidangan. Ini juga bisa menjadi kesempatan untuk memberikan pendidikan tentang makanan dan nutrisi. Ketika mereka terlibat dalam memasak, mereka mungkin akan merasa memiliki hubungan yang lebih kuat dengan makanan dan lebih terbuka untuk mencoba.

  • Hindari Menggunakan Makanan sebagai Hadiah atau Hukuman

Menggunakan makanan sebagai hadiah atau hukuman dapat memperkuat pemilihan makanan yang pemilih. Cobalah untuk tidak menggunakan makanan sebagai insentif atau sanksi. Sebaliknya, berikan hadiah atau pujian yang tidak terkait dengan makanan. Ini membantu menghindari asosiasi negatif dengan makanan.

  • Konsultasikan dengan Profesional Kesehatan

Jika seseorang yang pemilih mengalami masalah kesehatan terkait dengan pola makan mereka atau jika masalah ini berlanjut hingga usia tertentu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Seorang ahli gizi atau psikolog klinis dapat membantu dalam mengevaluasi dan mengatasi masalah ini. Mereka dapat memberikan panduan dan saran yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan individu.

Tips Tambahan untuk Memperluas Variasi Makanan

Selain tips yang telah dibahas, berikut beberapa langkah tambahan yang dapat membantu memperluas variasi makanan bagi mereka yang pemilih:

  • Kenalkan Makanan Baru secara Bertahap

Jika seseorang sangat pemilih dalam makanannya, kenalkan makanan baru secara perlahan. Mulailah dengan makanan yang memiliki kemiripan dengan makanan yang sudah mereka sukai.

  • Ciptakan Pengalaman Makanan yang Positif

Upayakan agar makanan menjadi pengalaman yang positif. Nikmati waktu bersama keluarga atau teman saat makan bersama, dan hindari tekanan atau konflik terkait makanan.

  • Jelaskan Pentingnya Nutrisi

Bicarakan tentang manfaat nutrisi dan pentingnya makanan yang beragam untuk kesehatan. Anak-anak mungkin lebih menerima makanan baru jika mereka memahami manfaatnya.

  • Ikuti Pola Makan yang Teratur

Mengikuti pola makan yang teratur dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan membuat mereka yang pemilih merasa lebih nyaman dengan makanan.

  • Beri Contoh yang Baik

Jadilah contoh yang baik dengan mengonsumsi berbagai jenis makanan. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa.

Kesimpulan

Beberapa faktor berperan penting pada seseorang menjadi pemilih dalam hal makanan, termasuk pengalaman awal, faktor genetik, sensitivitas sensorik, pengalaman traumatis, kontrol diri yang tinggi, dan pengaruh lingkungan. Semua faktor ini berperan dalam membentuk kecenderungan terhadap pilihan makanan yang selektif.

Pengalaman awal, terutama selama tahun-tahun formatif seseorang, memiliki posisi penting dalam membentuk kecenderungan seseorang terhadap jenis makanan tertentu. Jika pengalaman awal ini negatif, seperti menghadapi makanan yang tidak enak atau membuat tidak nyaman, seseorang mungkin akan menghindari makanan tersebut di masa depan. Faktor genetik juga memengaruhi bagaimana seseorang menilai dan merespons makanan.

Sensitivitas sensorik adalah faktor lain yang dapat membuat seseorang menjadi pemilih. Beberapa orang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap rasa, tekstur, atau aroma makanan, yang pada gilirannya memengaruhi preferensi kuliner mereka menjadi lebih selektif. Pengalaman traumatis, seperti keracunan makanan atau pengalaman negatif dengan makanan tertentu, juga dapat menciptakan keengganan terhadap makanan tersebut.

Kontrol diri yang tinggi dapat membuat seseorang khawatir tentang berat badan, penampilan, atau kesehatan mereka secara keseluruhan. Seseorang mungkin memiliki kekhawatiran bahwa makanan tertentu akan berdampak negatif pada tubuh mereka, sehingga mereka memilih untuk menghindarinya. Faktor lingkungan, seperti pengaruh sosial atau elemen budaya, memiliki kapasitas untuk membentuk kecenderungan kuliner seseorang.

Namun, ada harapan untuk mengatasi pemilihan makanan yang selektif ini. Dengan penggunaan metodologi komprehensif yang mempertimbangkan semua faktor ini, seseorang memiliki kapasitas untuk membentuk hubungan yang lebih sehat dengan makanan. Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda, dan perubahan yang menguntungkan dalam preferensi makanan mungkin memerlukan waktu dan kesabaran yang signifikan. Dengan dukungan yang tepat, pemilih makanan dapat belajar untuk merangkul pola makan yang lebih beragam dan sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun