Mohon tunggu...
Maulidya Dian Nugraha
Maulidya Dian Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang Mahasiswi yang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Program Studi Jurnalistik, suka membaca buku bergenre fiksi, terkadang suka menulis untuk mengutarakan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sasaran dan Respon Terhadap Retorika Dakwah

28 Juni 2024   11:07 Diperbarui: 28 Juni 2024   12:16 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi Syamsul Yakin dan Maulidya Dian Nugraha

Oleh: Syamsul Yakin dan Maulidya Dian Nugraha

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Secara umum, target retorika dakwah adalah semua manusia, baik mereka Muslim, kafir, atau munafik. Pada awal Islam, Nabi mengambil dasar dakwahnya dari wahyu Allah dalam al-Qur'an. Untuk mengidentifikasi target retorika dakwah, dapat dilihat dari bagaimana manusia merespons al-Qur'an.

Ayat yang secara permanen mencerminkan respons manusia terhadap al-Qur'an adalah, "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah." (QS. Fathir/35: 32).

Menurut Ibnu Katsir, kelompok pertama adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri, yakni mereka yang lalai terhadap sebagian perintah dan melanggar sebagian larangan dalam al-Qur'an. Contohnya, mereka mungkin menyembah berhala meskipun al-Qur'an memerintahkan untuk menyembah Allah, atau mengabaikan kewajiban zakat. Mereka adalah target utama dakwah retorika.

Kelompok kedua merespons secara setengah-setengah atau ragu-ragu terhadap kebenaran al-Qur'an. Menurut Tafsir Jalalain, mereka hanya menerapkan sebagian dari ajaran al-Qur'an. Mereka menaati beberapa perintah dan menjauhi beberapa larangan, tetapi tidak konsisten dalam mengerjakan yang disunahkan dan menghindari yang dimakruhkan.

Dalam konteks ini, kondisi psikologis orang-orang munafik (hipokrit) mencuat. Di masa lalu, sikap ini paling ditakuti oleh umat Nabi, terutama saat sekelompok orang mengaku beriman dan berpartisipasi dalam Perang Badar, tetapi mundur ketika musuh mendekat. Kaum munafik menjadi sasaran utama dalam dakwah yang dilakukan.

Kelompok ketiga merespons dengan cepat melakukan kebaikan (sabiq bil-khairat). Tindakan mereka sejalan dengan perintah Allah, "Maka berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan" (QS. al-Baqarah/2: 148). Menurut Tafsir Jalalain, frasa ini mengisyaratkan untuk segera melaksanakan dan menerima perintah tersebut. Ini merupakan fokus dakwah yang ketiga.

Inilah tiga fokus utama dalam dakwah yang berdasarkan respons mereka terhadap Al-Quran. Fokus terakhir dianggap sebagai yang terbaik, diharapkan mampu meneruskan gerakan dakwah secara konsisten dan berkelanjutan dari waktu ke waktu.

Selain dari konteks yang disebutkan, sasaran dalam dakwah juga dapat dilihat dari segi stratifikasi sosial, mencakup kelas atas dari segi pendidikan dan ekonomi, kelas menengah, serta kelas bawah. Lebih rinci lagi, sasaran dakwah bisa beragam, termasuk dari segi jenis kelamin, geografis, etnis, dan lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun