Mohon tunggu...
Maulidiya Izzati Akbar
Maulidiya Izzati Akbar Mohon Tunggu... -

CEO and Public Relations of SAMAN: Seuramoe Aceh Mandiri | Aceh, Indonesia | Mencoba memberikan sesuatu untuk tanah kelahiran. More Information : +628 23 6671 6991 / diyaaizzati19@gmail.com All Akun medsos : maulidiyaizzati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Abivara dan Setiawati Karya: Ichsan Mantovani dan Diyaaizzati

6 Maret 2014   03:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan bulan akan selalu bercahaya
Tak kan kalah dengan cahaya bintang
Tahukan engkau?
Sejak hari itu aku terperangkap dalam mata lautanmu
Sejak hari itu aku terkunci dalam cahaya terang hatimu
Sejak kepergianmu ke tanah seberang
Dan kini, kau kembali kembali untukku, abivara
Bukankah begitu yang kau ucapkan padaku?

Setiawati, bukan maksud untuk menjauh
Tetapi ada suatu hal yang membuat aku tak bisa melihat cahaya petang itu lagi
Hemm... Jika engkau ingin tahu
Simak ini Setiawati.
Pernah aku dan dia meladang di tanah yang sama
Tetapi entah di tanah milik siapa
Aku dan dia bercumbu mesra tanpa dahaga
Mungkin ia lupa bahwa disitu aku dan dia mencangkul nikmat
Sedang aku bermuram karena lelah menimbun
Sedang dia asik mengorek keburukan tuan tanah tersebut
Haha.... sungguh dia raja mengupat

Setiawati? dia juga sering mencelanya
Bahkan merendahkannya, sedang dia belum tahu siapa dia
Di kini, Setahun sudah lamanya aku dan dia bersua tanpa dusta, pikirku.
Bahagia dan benci mengenalnya
Bahagiaku saat aku dan dia makan sepiring berdua
Bahagiaku saat minum air segelas berdua
Bahagiaku saat tidur bersama dan mengisap cerutu sebatang berdua
Bahkan sangat bahagiaku saat aku dan dia mandi berdua, di laut pantai barat maksudku
Sungguh terasa dunia milik kami berdua
Tetapi usai tahun itu, oh....
Dia perlahan menghilang
Bagai bulan ditelan gerhana malam

Katanya terakhir, ingin mencari jalan kebenaran
Tetapi jalan kebenarannya, benar untuknya Setiawati, tidak untukku
Sebab di belakang itu
Benciku karena mendengar dia mencemoohku, mengatakan kepada pacar-pacar barunya
Bahwa aku tidak tahu diri
Haha.... sekali lagi aku tertawa
Benar, benar, benar aku memang tidak tahu diri
Sebab aku tidak ingin mengenal diriku sewaktu dia berhianat
Dan sekarang dia kembali dengan bermuram durja
Sebab sesal telah berdusta

Lalu dia mencoba mengembalikan rasa seperti semula
Aku pikir, ah..... sudahlah
Bukan satu dua hari aku mengenalnya
Tetapi tiga hari
Bukankah dia beranggapan dia memukau dan hebat
Hebat bisa berdusta kepadanya saat bersamaku
Hebat bisa berdusta kepadaku saat bersamanya
Sungguh setiawati, dia sungguh hebat, seperti: Maaf, bangsat!
Dan aku? Apalah.

*Puisi pembuka acara ulang tahun Komunitas Jeuneurob, yang dibacakan oleh Ichsan Mantovani.
Banda Aceh, 19 April 2013.
*kenang-kenangan terakhir di Suku Naga :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun