Setiap siswa mempunyai minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan metode belajar yang berbeda-beda. Anak usia sekolah dasar masih dalam tahap perkembangan yang sangat pesat. Karena berbagai otot dan tulang diperkuat, anak cenderung lebih aktif  melakukan aktivitas fisik seperti bergerak, berlari, dan bermain daripada berdiam diri. Pada dasarnya pemikiran anak sekolah dasar berkembang sangat pesat.  Antara usia 6 dan 12 tahun, anak-anak lebih cenderung berada di sekolah atau lingkungan sekitar.  Oleh karena itu, anak-anak di sekolah dasar bergabung dengan  kelompok teman sebaya untuk lebih banyak interaksi yang memerlukan keterampilan dan aktivitas fisik.
Keuntungan mengetahui tahapan perkembangan kognitif  menurut teori kognitif Piaget bagi  guru adalah membantu guru  memahami interaksi antara kemampuan kognitif anak dengan lingkungan yang disesuaikan  dengan tahapan pematangan otak. Hal ini memungkinkan guru untuk mendiagnosis masalah pembelajaran yang mungkin dialami siswa di  kelas. Hal ini untuk memastikan bahwa ketidakmampuan belajar, seperti disleksia, disgrafia, dan diskalkulia, yang mungkin terjadi pada usia sekolah dasar dan Michigan, mendapat perhatian dan pengobatan yang tepat berdasarkan pemahaman tentang  perkembangan kognitif anak. Hal  ini juga mengurangi kemungkinan bahwa guru akan menuntut tingkat kognisi yang sama dari semua siswa. Sebab, pada kenyataannya setiap anak memiliki  tahapan perkembangan dan kemampuan  kognitif yang berbeda-beda, bergantung pada faktor yang mendasarinya.
Adapun Karakteristik pembelajaran pada anak usia sd : Pertama, Senang Bermain yaitu Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih untuk kelas rendah. Senang Bergerak yaitu  Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam,sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu,guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Ketiga, Senangnya Bekerja dalam Kelompok Melalui pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak dapat belajar aspek-aspek penting dalam proses sosialisasi  Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Keempat, Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung yaitu  Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang terkait dengan perkembangan kognitif,anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, anak belajar menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Untuk membentuk konsep-konsep tentang angka ,ruang,waktu, fungsi badan,peran jeniskelamin,moral.
Adapun Ciri Khas Anak Usia SD masa kelas-kelas rendah(6/7 Â -- Â 9/10 tahun) :Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi, Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional, Adanya kecenderungan memuji diri sendiri, Membandingkan dirinya dengan anak yang lain, Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting Pada masa ini (terutama usia 6 -- Â 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak, Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak , Kehidupan adalah bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang dibutuhkan dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara jelas perbedaan bermain dengan bekerja, Kemampuan mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat dan mengagumkan.
Adupun Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) : Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar, Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagaimulai menonjolnya bakat-bakat khusus, Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya, Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu merekatidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
Perkembangan anak usia SD melibatkan aspek fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Implementasi yang baik dalam pendidikan mencakup: Pertama, Fisik: Pastikan ruang belajar ekonomis, aman dan Sertakan aktivitas fisik dalam kurikulum untuk mendukung perkembangan motorik. Kedua, Kognitif: Gunakan metode pembelajaran yang interaktif, stimulatif dan Fokus pada pengembangan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung. Ketiga, Sosial: lakukan kerjasama melalui proyek kelompok dan ajarkan keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah. Keempat, Emosional: Berikan dukungan emosional melalui suasana kelas yang positif dan  latih keterampilan pengelolaan emosi dan konflik. Kelima, Penghargaan Diri: Berikan penghargaan untuk prestasi, mendorong motivasi dan bangun kepercayaan diri dengan memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka. Keenam, Pemantauan dan Evaluasi: Lakukan pemantauan perkembangan secara berkala dan gunakan penilaian formatif untuk membantu pengajaran yang lebih efektif. Ketujuh, Kerjasama dengan Orang Tua: Informasikan orang tua tentang perkembangan anak secara teratur dan libatkan orang tua dalam mendukung pembelajaran di rumah.Kedelapan, Teknologi Pendidikan: Integrasikan teknologi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran anak dan pastikan akses yang setara terhadap sumber daya digital. Implementasi ini dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pertumbuhan holistik anak usia SD.
Unit berpikir anak nantinya menjadi dasar terbentuknya kecerdasan intuitif.  Menurut Piaget, kecerdasan bukanlah suatu sifat yang biasanya digambarkan dengan skor IQ.  Kecerdasan merupakan suatu proses,  dalam hal ini berupa tahapan-tahapan operasi tertentu, yang di samping proses-proses pembentukan pemahaman, merupakan landasan bagi seluruh pemikiran dan pengetahuan manusia. Kecerdasan operasional anak  pada tahap operasional konkrit meliputi sistem operasi kognitif sebagai berikut: Pertama, Konservatisme, yaitu kemampuan anak  memahami aspek kumulatif suatu materi, seperti volume dan kuantitas. Anak yang dapat mengenal sifat-sifat kuantitatif suatu benda mengetahui bahwa sifat-sifat kuantitatif suatu benda  tidak  berubah secara acak. Kedua, Penambahan kelas (objek penambahan kelas), kemampuan anak dalam memahami bagaimana beberapa kelas objek digabungkan baik dari  rendah ke tinggi maupun dari  tinggi ke rendah. Ketiga Perkalian kelas Artinya, keterampilan yang memerlukan pengetahuan tentang cara mempertahankan kombinasi kelas objek (misalnya warna  dan jenis bunga). Anda juga akan memahami cara membagi sekelompok objek yang digabungkan menjadi dimensi terpisah.
Ketiga sistem operasi kognitif yang disebutkan di atas merupakan ciri khas perkembangan kognitif anak usia 7 hingga 11 tahun (sekolah dasar). Perolehan pengetahuan tersebut disertai dengan banyak kekurangan pada egosentrisitas anak. Artinya, anak-anak mulai menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain  dan mengembangkan kesadaran positif bahwa pendapatnya hanyalah salah satu dari sekian banyak pendapat. Biasanya, perkembangan kognitif anak-anak sesuai dengan karakteristiknya  dengan kemampuan kognitif orang dewasa.
   REFERENSI :
Marinda, Leny. "Teori perkembangan kognitif Jean Piaget dan problematikanya pada anak usia sekolah dasar." An-Nisa': Journal of Gender Studies 13.1 (2020): 116-152.
Sabani, Fatmaridha. "Perkembangan anak-anak selama masa sekolah dasar (6--7 tahun)." Didaktika: Jurnal Kependidikan 8.2 (2019): 89-100.