Mohon tunggu...
Maulidia Putri Amalia
Maulidia Putri Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Literasi untuk Menghindari Modus Penipuan melalui Aplikasi Undangan

12 Desember 2023   20:15 Diperbarui: 12 Desember 2023   20:34 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses  transformasi digital nyatanya juga dapat membuka pintu kejahatan. Perpindahan dari pola manual ke sistem berbasis online merupakan sebuah kondisi yang memaksa masyarakat masuk ke dalam sistem layanan ini.  Tanpa persiapan dan informasi yang lengkap, masyarakat dibawa pada  suasana  yang  sama  sekali  berbeda  dengan  masa  yang  dialaminya  selama  ini. Salah satunya terjadi dengan memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat. Jika era baru ini dianggap sebuah  keniscayaan,  perlupersiapan secara  total.  Bukan pada  persoalan infrastruktur,  namun  juga mental dan  pengetahuan masyarakat.

Digitalisasi  menjadi  ketetapan  mutlak.  Berlaku  dengan  tidak  memperhitungkan latar  belakang  pendidikan,  ekonomi,  lingkungan  geografis,  atau  usia.  Semuanya  harus masuk ke dalam sistem yang mengubah secara revolusioner kebiasaan lama yang sudah terbentuk. Gambaran  ini  merupakan  bagian  dari  perkembangan  teknologi  komunikasi yang membawa nilai-nilai yang berasal dari struktur ekonomi, sosial, dan politik tertentu

 Dalam proses  tersebut,  semua  sektor  turut bertransformasi.  Tidak  terkecuali adalah transformasi kejahatan.Modus yang digunakan mengikuti alur yang terjadi dalam sistem  digital,  hanya  saja  arah  yang  ditujuanya  adalah  memanfaatkan  sarana  media komunikasi  untuk  melancarkan  tindak kejahatan. Pada  awalnya,  modus  jahat  yang ditebar para  pelaku dianggap sebagai  sebuah  bentuk  informasi. Namun  dengan  bahasa yang  mengarah  pada  pemerangkapan  untuk  menjerat  korban.Dengan  menebar  pesan melalui SMS,  WA,  atau  email,  berisi pesan berbentuk undangan pernikahan dengan format apk.

Munculannya  modus  kejahatan  digital  ini mengundang  berbagai  pihak  untuk melakukan  penelitian.  Berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan  identifikasi  atas lima  jenis  penipuan  yang sering  terjadi,  yaitu, penipuan berkedok  hadiah, pinjaman digital  ilegal,  pengiriman  tautan  yang  berisi  malware  atau virus,  penipuan  berkedok  krisis  keluarga,  dan  investasi  ilegal. Sedangkan  lima  jenis penipuan lain adalah penerimaan  sekolah/beasiswa  palsu,  proses  penerimaan  kerja, pembajakan/peretasan  akun  dompet  digital,  penipuan  berkedok  asmara/romansa,  dan pencurian  identitas  pribadi. Penipuan  berkedok  hadiah  menjadi  jenis  pesan  penipuan yang  paling  sering  diterima  responden  karena  disampaikan  secara  random  dan  massal melalui berbagai jenis medium, terutama melalui fitur yang melekat pada setiap telepon seluler.

Modus  terbaru  teridentifikasi berupa permintaan  untuk  menginstall  aplikasi undangan  pernikahan,  atau  permintaan  mengunduh linkaplikasi  toko  online  seperti Lazada.   Pelaku  berpura-pura  sebagai  pengirim  undangan  dengan  mengirimkan  file ekstensi APK, disertai foto undangan pernikahan. Korban diminta mengeklik dan meng-install  aplikasi  tersebut.  Selanjutnya,  korban  harus  menyetujui  hak  akses  (permission) terhadap beberapa aplikasi sehingga data pribadi yang bersifat rahasia dalam handphone dicuri  pelaku.  Data  yang  dicuri  sangat  beragam,  data  bersifat  pribadi  dan  berbagai informasi  yang  masuk  melalui  SMS,  termasuk  data  perbankan  yang  bersifat  rahasia seperti One Time Password (OTP) dan data lainnya.

Modus penipuan melalui aplikasi undangan pernikahan elektronik semakin marak terjadi. Pelaku penipuan menyematkan dokumen aplikasi APK format file aplikasi untuk ponsel Android dengan nama surat undangan pernikahan digital. Jika tidak, penerima undangan tidak akan tahu kalau dokumen yang diumumkan itu merupakan undangan palsu yang digunakan untuk membobol data pribadi korban dan mengakses data perbankan.

Penipuan undangan pernikahan elektronik juga dapat dilakukan melalui pesan teks (SMS) atau pesan langsung di platform media sosial. Pelaku penipuan sering kali menggunakan taktik yang sangat persuasif, seperti mengklaim bahwa undangan tersebut terbatas atau ada penawaran khusus yang hanya berlaku untuk waktu tertentu. Untuk menghindari menjadi korban penipuan pernikahan elektronik, beberapa langkah yang dapat diikuti adalah selalu memverifikasi sumber undangan, hati-hati dengan tautan dan lampiran, pastikan keamanan data pribadi, dan laporkan penipuan jika menerima undangan pernikahan elektronik palsu.

Dari fenomena  tersebut,  pengetahuan  literasi  media  sangat  dibutuhkan  sebagai modal  bagi  khalayak  untuk  memiliki  kemampuan  dalam  memilah  dan  mengevaluasi  isi media dengan tajam  dan  teliti  sehingga  mampu  memanfaatkan  isi  media  sesuai dengan kebutuhannya. Tekanan lainnya adalah pada peletakan tanggung jawab atas penggunaan teknologi   untuk   berinteraksi   atau   berkomunikasi   dalam   kehidupannya   sehari-hari. 

Menangani     beraneka     informasi,     kemampuan     dalam     menafsirkan     pesan     dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain merupakan berbagai kemampuan dalam literasi   digital.   Adanya    proses   menciptakan,   mengolaborasi,   mengkomunikasikan berdasarkan  etika,  memahami  kapan  dan  bagaimana  menggunakan  teknologi  secara efektif merupakan kompetensi digital yang dibutuhkan saat ini.

Fenomena ini  sangat  mengkhawatirkan.  Apabila dibiarkan  terus  berlangsung maka  akan  menimbulkan  persepsi  buruk  kepada  masyarakat.  Terutama,  masyarakat awam yang akan menganggap bahwa apa yang terjadi di dunia siber adalah contoh untuk bersikap dan berperilaku yang sama.Maka agar tidak menyebabkan persoalan mendasar bagi  masyarakat,  literasi  digital  harus  digalakan  dengan  menyentuh  seluruh  lapisan masyarakat.

Hague  &  Payton  mengartikan  literasi  digital  sebagai  kemampuan  individu untuk  menerapkan  keterampilan  fungsional  pada  perangkat  digital  sehingga  seseorang dapat  menemukan  dan  memilih  informasi,  berpikir  kritis,  berkreativitas,  berkolaborasi bersama  orang  lain,  berkomunikasi  secara  efektif,  dan  tetap  menghiraukan  keamanan elektronik  serta  konteks  sosial-budaya  yang  berkembang.  Pada  konteks  pendidikan, literasi  digital  yang  baik  juga  berperan  dalam mengembangkan  pengetahuan  seseorang mengenai  materi  pelajaran  tertentu  dengan  mendorong  rasa  ingin  tahu  dan  kreativitas yang dimiliki siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun