Mohon tunggu...
maulidian Dian
maulidian Dian Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Bermain volii

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Daniel golemen emosional

18 Januari 2025   19:43 Diperbarui: 18 Januari 2025   19:43 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Daniel Goleman dalam kostelnik, Soderman, & Whiren (2017) sebagai 

penggagas Emotional Intelligence, menjelaskan bahwa dibutuhkan keterampilan yang 

konkret dalam mengidentifikasi dan emosi sehingga siap untuk melakukan komunikasi 

efektif dengan orang lain. Pada anak, apabila mereka mengalami kesulitan dalam 

membuat koneksi yang sulit antara perasaan-perasaan dan pemikiran tentu akan 

berdampak terhadap kurangnya kemampuannya anak untuk mengalami segala konflik 

yang dihadapi dengan cara yang damai dan empati terhadap orang lain. Maka dari itu, 

kemampuan anak usia dini dalam mengoperasionalkan kecerdasan /kemampuan 

emosionalnya penting untuk dikembang dengan baik dan tepat dengan ini mereka akan 

tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih ramah serta cenderung lebih 

mudah dalam menjalin pertemanan dan menjadi sahabat bagi orang lain.

Menurut Gaddes, Johnson dan Myklebust, Njiokiktjien, penyebab utama 

kesulitan belajar adalah fisiologis; psikologis dan psikiatris; sosiologis atau lingkungan. Penyebab fisiologis adalah disfungsi neurologis yang dapat disebabkan 

oleh faktor genetik, biokimiawi, kurang gizi, cedera yang terjadi pada periode prenatal 

atau postnatal (indrirawati, 2013). Mengembangkan kemampuan emosional pada anak 

usia dini tidak mudah dan sulit dipelajari karena anak-anak masih dalam masa 

pertumbuhan dan berada pada rentang usia dini. Hurlock dalam Mulyani (2018) 

menjelaskan sulitnya memahami emosi anak karena emosi bersifat subjektif dan hanya 

dapat dicapai melalui pemeriksaan diri. Melakukan pemeriksaan disini, seperti: 

mengenali kelemahan diri sendiri, terbuka terhadap kritik yang membangun, memiliki 

keinginan kuat untuk memperbaiki dini, mengakui kesalahan dan selalu belajar dari 

pengalaman untuk menjadi lebih baik. Selain itu, perkembangan emosi pada anak usia 

dini berlangsung lebih terperinci bila dikaitkan dengan aspek-aspek perkembangan 

lainnya (kognitif, seni, moral, dan agama, fisik motorik maupun sosia

Kecerdasan emosional merupakan kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat merasa puas, mampu mengatur suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir, dan mampu berempati serta berharap. Menurut Goleman (2000), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Menurut Shapiro (2003), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan emosinya untuk mengeluarkan atau membangkitkan emosi, seperti emosi untuk membantu berpikir, memahami emosi dan pengetahuan tentang emosi serta untuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun