Daniel Goleman dalam kostelnik, Soderman, & Whiren (2017) sebagaiÂ
penggagas Emotional Intelligence, menjelaskan bahwa dibutuhkan keterampilan yangÂ
konkret dalam mengidentifikasi dan emosi sehingga siap untuk melakukan komunikasiÂ
efektif dengan orang lain. Pada anak, apabila mereka mengalami kesulitan dalamÂ
membuat koneksi yang sulit antara perasaan-perasaan dan pemikiran tentu akanÂ
berdampak terhadap kurangnya kemampuannya anak untuk mengalami segala konflikÂ
yang dihadapi dengan cara yang damai dan empati terhadap orang lain. Maka dari itu,Â
kemampuan anak usia dini dalam mengoperasionalkan kecerdasan /kemampuanÂ
emosionalnya penting untuk dikembang dengan baik dan tepat dengan ini mereka akanÂ
tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih ramah serta cenderung lebihÂ
mudah dalam menjalin pertemanan dan menjadi sahabat bagi orang lain.
Menurut Gaddes, Johnson dan Myklebust, Njiokiktjien, penyebab utamaÂ
kesulitan belajar adalah fisiologis; psikologis dan psikiatris; sosiologis atau lingkungan. Penyebab fisiologis adalah disfungsi neurologis yang dapat disebabkanÂ
oleh faktor genetik, biokimiawi, kurang gizi, cedera yang terjadi pada periode prenatalÂ
atau postnatal (indrirawati, 2013). Mengembangkan kemampuan emosional pada anakÂ
usia dini tidak mudah dan sulit dipelajari karena anak-anak masih dalam masaÂ
pertumbuhan dan berada pada rentang usia dini. Hurlock dalam Mulyani (2018)Â
menjelaskan sulitnya memahami emosi anak karena emosi bersifat subjektif dan hanyaÂ
dapat dicapai melalui pemeriksaan diri. Melakukan pemeriksaan disini, seperti:Â
mengenali kelemahan diri sendiri, terbuka terhadap kritik yang membangun, memilikiÂ
keinginan kuat untuk memperbaiki dini, mengakui kesalahan dan selalu belajar dariÂ
pengalaman untuk menjadi lebih baik. Selain itu, perkembangan emosi pada anak usiaÂ
dini berlangsung lebih terperinci bila dikaitkan dengan aspek-aspek perkembanganÂ
lainnya (kognitif, seni, moral, dan agama, fisik motorik maupun sosia
Kecerdasan emosional merupakan kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat merasa puas, mampu mengatur suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir, dan mampu berempati serta berharap. Menurut Goleman (2000), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Menurut Shapiro (2003), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan emosinya untuk mengeluarkan atau membangkitkan emosi, seperti emosi untuk membantu berpikir, memahami emosi dan pengetahuan tentang emosi serta untuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H