Mohon tunggu...
Maulidiana Arifiany
Maulidiana Arifiany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jember

ESFP's student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran RA.Kartini dalam Sejarah Emansipasi Wanita di Indonesia: Pengaruhnya terhadap Perubahan Sosial

8 Desember 2024   20:30 Diperbarui: 8 Desember 2024   20:38 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Sumaatmadja (2008: 9) IPS tidak lain adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. Dengan kata lain, kajian-kajian IPS sangat luas melalui berbagai macam pendekatan-pendekatan interdisipliner yang saling berkaitan dengan kehidupan sosial manusia (humaniora) (Sumaatmadja, 2008: 9). Pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat (Sumaatmadja, 1984: 20). Sebagai contoh nyata dalam penerapannya dapat dilihat dari sosok Raden Adjeng Kartini.

RA Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara ( Kartini, 2007), yang merupakan putra dari Raden Mas Sosroningrat dan menjabat sebagai Bupati Raden Adjeng Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi yang memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam pendidikan dan kesetaraan gender. Walaupun hidup pada masa kolonial, perjuangannya melawan norma sosial pada zamannya berpengaruh besar terhadap gerakan emansipasi wantia di Indonesia hingga saat ini.

Pada masa itu Anak pria diberi kebebasan dan lebih mendapatkan perhatian, disebabkan kaum pria ketika beranjak dewasa dan menikah ia mesti menafkahkan keluarganya sendiri. Hal ini sangat berbeda dengan anak wanita, yang dimana selalu dikurung sampai ada orang yang meminangnya. Adat ini adalah peraturan yang diberikan dari leluhur mereka yang sudah ada dari berabad-abad lamanya. Perjuangan  R.A.  Kartini  di  dunia pendidikan begitu erat kaitannya dengan emansipasi  wanita.  Pada  zaman  dulu, keadaan  pendidikan  di  masyarakat Indonesia masih kurang dan sangatlah menyedihkan.  Dikarenakan  banyaknya anak-anak terlantar dan buta huruf

Melalui pemikiran dan perjuangannya, Kartini membuka mata masyarakat akan pentingnya pendidikan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Karena inilah Kartini dikenal dengan perjuangannya untuk emansipasi wanita di Indonesia, terutama dalam hal pendidikan.

 

2. HASIL DAN  PEMBAHASAN

Pendidikan pada masa kolonial bersifat diskriminatif, salah satunya dengan mengatur pengajaran hanya untuk golongan elite, khususnya kaum laki-laki. Konteks pendidikan dan pengajaran ini pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendahan di kantor-kantor pamong praja atau kantor-kantor yang lain (M. Rifai, 2011:59). Kesempatan mendapatkan pendidikan diutamakan kepada anak-anak bagsawan bumiputra serta tokoh-tokoh terkemuka dan pegawai kolonial yang diharapkan kelak akan menjadi kader pemimpin yang berjiwa kebarat-baratan atau condong ke Belanda dan merupakan kelompok elite yang terpisah dengan masyarakat. Pemerintah kolonial membatasi akses pendidikan, terutama bagi kaum perempuan. Pendidikan perempuan tidak pernah mendapat prioritas pemerintah, terutama oleh karena pengaruh para bupati yang konservatif dan pejabat-pejabat kolonial yang skeptis (M.C. Ricklefs, 2017:237).

Salah satu isu penting yang berkaitan dengan perubahan sosial yang terjadi pada awal abad ke-20 di Indonesia adalah pendidikan kaum perempuan. Kartini sendiri berasal dari keluarga priyayi (bangsawan), namun meskipun berada dalam kelas sosial yang lebih tinggi, ia merasakan pembatasan hak yang sangat ketat terhadap perempuan pada masa itu. Kartini tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke luar negeri seperti yang diinginkan, karena pada zaman itu perempuan dipandang tidak perlu memperoleh pendidikan tinggi. Namun, berkat semangatnya, Kartini tetap berusaha menuntut ilmu dengan cara belajar mandiri. Kartini sangat menyadari bahwa salah satu cara untuk mengubah nasib perempuan adalah melalui pendidikan. Ia berpendapat bahwa perempuan harus mendapatkan kesempatan yang setara dengan laki-laki untuk mengenyam pendidikan yang layak.

Pemikiran Kartini mengenai pendidikan perempuan membuka pintu gerbang bagi perubahan besar di Indonesia. Pendidikan kini menjadi salah satu elemen penting dalam emansipasi wanita, karena pendidikan memberikan perempuan kekuatan untuk meraih kesetaraan dalam berbagai bidang, baik itu sosial, politik, maupun ekonomi.

Pada IPS terdapat beberapa konsep dasar yang menjadi kajiannya, salah satunya yakni konsep dasar sejarah. Gerakan emansipasi wanita adalah contoh dari dampak sejarah yang memperlihatkan keterkaitan ruang dan waktu, karena dipengaruhi oleh kondisi sosial dan politik pada periode tertentu. peristiwa-peristiwa dalam sejarah saling berhubungan satu sama lain dalam rangkaian waktu yang terus bergerak. Masa lalu membentuk masa kini, dan masa kini akan membentuk masa depan. Sejarah adalah proses yang tak pernah berhenti, terus berlangsung, dan selalu ada perubahan serta perkembangan yang muncul akibat peristiwa-peristiwa sebelumnya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun