Mohon tunggu...
Maulidia Mutiara Rahma
Maulidia Mutiara Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

menulis,membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembuatan Modul Ajar Pewarnaan Kian Teksitil Shibori dan Ragam Hias Nusantara Menggunakan Media Centong Nasi

28 Oktober 2024   14:05 Diperbarui: 28 Oktober 2024   14:08 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kegiatan pembelajaran dan evaluasi
kegiatan pembelajaran dan evaluasi

penyerahan modul ajar
penyerahan modul ajar
Evaluasi dan presentasi Ragam Hias Nusantara Melukis Media CentongModul Inovatif dari UNNES LANTIP UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Berikan Sentuhan Baru dalam Pembelajaran di SMA Nusaputera Kota SemarangSemarang , 31 November 2024 -- Proses belajar mengajar di SMA NUSAPUTERA KOTA SEMARANG semakin semarak dengan kehadiran modul pembelajaran inovatif yang disusun oleh mahasiswa LANTIP 4 dari UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG . Modul yang berisi PEWARNAAN KAIN TEKSTIL TEKNIK SHIBORI dan RAGAM HIAS NUSANTARA MELUKIS MEDIA CENTONG ini diharapkan dapat menjadi alternatif media ajar yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa.MAULIDIA MUTIARA RAHMA dan RAYA NUR AFIFAH mahasiswa Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga tahun 2021  menjelaskan, "Dalam menyusun modul ini, kami berusaha menggabungkan teori-teori pembelajaran dengan kondisi nyata di kelas. Kami juga menggunakan berbagai media yang menarik seperti gambar, video, dan praktik langsung agar siswa tidak mudah bosan."

kepala sekolah SMA NUSAPUTERA KOTA SEMARANG Bapak F.X Aris Wahyu Prasetyo,M .Ed. menambahkan, "Modul ini tidak hanya bermanfaat bagi siswa, tetapi juga bagi guru-guru. Modul ini dapat menjadi referensi bagi guru-guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang lebih kreatif dan efektif."
Penyerahan Modul ajar pada tanggal 31 November di terima oleh Guru Pamong pengampu mata pelajaran Enterpreneur ibu Levi Yunitasari,S.Pd.Gr
perancangan skema pembelajaran berupa pengenalan pewarnaan kain tekstil teknik shibori dan ragam hias nusantara di tujukan untuk kelas 12 meliputi kelas 12-1,12-2 dan 12 excellent juga kelas 10-1, 10-2 dan 10 Excellent
Pewarnaan Kain Tekstil Teknik Shibori
oleh : Maulidia Mutiara Rahma
Pewarnaan kain shibori adalah teknik tradisional Jepang yang menggunakan metode lipatan, ikatan, atau penekanan untuk menciptakan pola yang unik. Di SMA Nusa Putera Semarang, pembuatan modul ajar tentang teknik pewarnaan ini bertujuan untuk memperkenalkan seni dan budaya kepada siswa kelas 12, serta meningkatkan keterampilan praktis dan kreativitas mereka.
Teori Pewarnaan Kain Shibori
1. Sejarah dan Filosofi
Shibori berasal dari Jepang dan telah ada sejak ratusan tahun lalu. Teknik ini menggabungkan seni, budaya, dan keahlian dalam menciptakan pola yang indah. Filosofi di balik shibori adalah penghargaan terhadap keindahan alam dan ketidaksempurnaan, yang tercermin dalam setiap pola yang dihasilkan.
2. Jenis-jenis Shibori
Ada beberapa jenis teknik shibori, di antaranya:
Kumo Shibori: mengikat kain untuk menciptakan pola menyerupai awan.
Nui Shibori: menjahit pola pada kain sebelum mewarnai.
Miura Shibori: teknik melipat yang menghasilkan pola geometris.
3. Bahan dan Alat
Bahan yang dibutuhkan untuk pewarnaan shibori meliputi:
Kain (katun, sutra, atau linen)
Pewarna (pewarna alami atau sintetis)
Alat pengikat (benang, karet, atau klip)
Ember, kuas, dan alat pengaduk
Praktik Pewarnaan Kain Shibori
1. Persiapan
Siswa diminta untuk memilih kain dan menentukan teknik shibori yang ingin dipraktikkan. Setelah itu, mereka harus mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Proses Pembuatan
Lipat dan Ikat Kain: Siswa melipat kain sesuai dengan teknik shibori yang dipilih dan mengikatnya dengan kuat.
Mewarnai Kain: Kain yang telah dilipat direndam dalam larutan pewarna. Waktu perendaman bervariasi tergantung intensitas warna yang diinginkan.
Pengeringan: Setelah pewarnaan, kain dikeluarkan, dibilas, dan dijemur untuk mengering.
3. Evaluasi
Setelah proses pewarnaan, siswa diminta untuk mengevaluasi hasil karya mereka. Kriteria evaluasi meliputi:
Keberhasilan pola yang dihasilkan
Keseragaman warna
Kreativitas dalam penggunaan teknik
Presentasi Karya
Setelah evaluasi, siswa melakukan presentasi karya mereka di depan kelas.

Presentasi mencakup:
Penjelasan tentang teknik yang digunakan
Proses pembuatan yang dilalui
Pengalaman pribadi selama proses pewarnaan
Presentasi ini tidak hanya bertujuan untuk membagikan hasil karya, tetapi juga untuk melatih kemampuan berbicara di depan umum dan keterampilan presentasi.
Kesimpulan
Pembuatan modul ajar pewarnaan kain shibori di SMA Nusa Putera Semarang memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi siswa kelas 12. Melalui teori, praktik, dan presentasi, siswa tidak hanya belajar tentang teknik pewarnaan, tetapi juga mengembangkan kreativitas dan keterampilan interpersonal. Diharapkan modul ini dapat dijadikan referensi bagi kegiatan pembelajaran seni dan budaya di sekolah-sekolah lain.

RAGAM HIAS NUSANTARA
oleh : Raya Nur Afifah
Pendahuluan
Ragam hias Nusantara merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki keanekaragaman yang sangat kaya. Di SMA Nusa Putera, pembuatan modul ajar untuk kelas 10 bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada keindahan dan teknik pembuatan ragam hias melalui media cetong. Modul ini akan membahas proses dari pemberian materi, penentuan desain, pengalihan desain dari kertas ke cetong, hingga penggunaan cetong sebagai media lukis.

Teori Ragam Hias Nusantara
1. Pengertian Ragam Hias
Ragam hias adalah pola, motif, atau desain yang digunakan untuk menghias suatu objek. Dalam konteks budaya Nusantara, ragam hias ini sering kali terinspirasi oleh alam, flora, fauna, dan simbol-simbol budaya setempat.
2. Jenis-jenis Ragam Hias
Beberapa jenis ragam hias yang populer di Nusantara meliputi:
Motif Batik: Memiliki berbagai pola yang menunjukkan kisah dan filosofi.
Motif Tenun: Dikenal dengan keindahan warna dan tekstur.
Motif Ukir: Banyak ditemukan pada seni ukir kayu dan batu.
Proses Pembuatan Modul Ajar
Pertemuan Pertama: Pemberian Materi dan Penentuan Desain
Pada pertemuan pertama, guru memberikan materi tentang ragam hias Nusantara. Siswa diperkenalkan pada berbagai motif dan teknik yang ada. Setelah pemaparan, siswa diminta untuk menentukan desain yang ingin mereka aplikasikan pada cetong. Dalam tahap ini, siswa diajak untuk:
-Mencari referensi motif yang mereka sukai.
-Menggambar desain awal di kertas.
-Pengalihan Desain dari Kertas ke Cetong
-Setelah desain ditentukan, langkah selanjutnya adalah mengalihkan desain dari kertas ke cetong. Proses ini meliputi:

Menyiapkan Cetong: Siswa memilih cetong yang akan digunakan sebagai media lukis.
Menggunakan Pensil: Siswa menggambar pola desain yang telah dibuat di atas cetong dengan menggunakan pensil. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses pengecatan selanjutnya.
Penggunaan Cetong sebagai Media Lukis
Setelah desain berhasil dipindahkan, siswa mulai menggunakan cetong sebagai media lukis. Langkah-langkah dalam proses ini meliputi:

Memilih Cat: Siswa memilih cat yang sesuai untuk digunakan pada cetong, baik cat akrilik maupun cat minyak.
Teknik Mewarnai: Siswa diajarkan teknik mewarnai yang tepat untuk menciptakan efek yang diinginkan, seperti teknik sapuan kuas, gradasi, dan pengisian area.
Finishing: Setelah lukisan selesai, siswa melakukan tahap finishing untuk memberikan perlindungan pada hasil karya mereka, seperti menggunakan varnish.
Evaluasi dan Presentasi Karya
Setelah proses lukisan selesai, siswa melakukan evaluasi terhadap hasil karya mereka. Kriteria evaluasi mencakup:
Keberhasilan dalam mengekspresikan desain asli.
Kualitas teknik lukisan.
Kreativitas dalam penggunaan warna.
Siswa juga diminta untuk melakukan presentasi karya mereka di depan kelas, menjelaskan proses yang telah dilalui dan makna dari motif yang dipilih.

Kesimpulan
Pembuatan modul ajar ragam hias Nusantara dengan media cetong di SMA Nusa Putera memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan kreatif bagi siswa kelas 10. Melalui proses dari pemberian materi hingga presentasi karya, siswa tidak hanya memahami nilai-nilai budaya Indonesia, tetapi juga mengembangkan keterampilan seni dan kreativitas. Diharapkan modul ini dapat menjadi referensi bagi pengajaran seni budaya di sekolah-sekolah lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun