Mohon tunggu...
Maulida Qibtiyuniarti
Maulida Qibtiyuniarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Maulida Qibtiyuniarti, 30 Juni 2001

Menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Aksi Klitih Bertahan Hingga Bertahun-tahun: Motivasi dan Target Berubah?

17 April 2022   20:00 Diperbarui: 17 April 2022   20:14 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joglosemar. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com

Apa itu klitih

Fenomena aksi kejahatan jalanan di wilayah Yogyakarta atau yang biasa disebut klitih merupakan fenomena yang masih terus menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat. Bagaimana tidak, maraknya aksi klitih dari masa ke masa menjadi bukti bahwa klitih menjadi tindak kriminal yang mampu bertahan dengan kurun waktu yang lama.

Klitih merupakan istilah yang berasal dari bahasa Jawa untuk menyebut aktivitas mengisi waktu luang dengan cara berkeliling keluar rumah tanpa tujuan yang jelas. Namun, sekarang ini, melihat beberapa tahun ke belakang klitih diartikan sebagai kegiatan yang mengarah pada tindak kekerasan berupa penganiayaan di jalan.

Dikutip dari Harian Kompas, jika dilihat dari sejarahnya aksi kriminal atau tawuran yang melibatkan remaja yang tergabung dalam geng di Yogyakarta sudah terjadi sejak tahun 1990-an. Kemudian berita pada 7 Juli 1993, Kepolisian Wilayah (Polwil) DIY mulai memetakan keberadaan geng yang sering melakukan berbagai aksi kejahatan di Yogyakarta.

Melihat keberadaanya yang diduga telah bertahun-tahun lamanya serta eksistensinya yang masih diakui masyarakat hingga saat ini, maka sangat memungkinkan terjadinya regenerasi pelaku mengingat sebagian besar pelaku merupakan remaja.

Aksi klitih berubah seiring berjalannya waktu

Menurut mantan pelaku klitih tahun 2012 dengan nama samaran Bagus ketika diwawancarai di Channel Youtube mojokdotco yang diunggah pada Senin, (3/1/2022) mengungkapkan bahwa pada era nya klitih merupakan aksi kejahatan remaja yang mulanya dilandasi motivasi menghabisi geng musuh dari sekolah lain. Mereka saling mencari musuhnya di malam hari dikarenakan terbatasnya kegiatan tawuran antar pelajar di Yogyakarta. Ia menjelaskan sebelum melakukan aksi tawuran, para polisi sudah siap siaga menghadang para pelajar sehingga tawuran tidak bisa dilakukan. Hal itu juga diyakini oleh Markijo yang merupakan pelaku klitih tahun 2006.

"Klitih itu sebetulnya adalah geng sekolah ya mas ya. Karena kan kalo di Jogja ini mau tawuran mirip seperti Jakarta itu kan gak bisa mas. Karena ketika tawuran itu pasti di perempatan itu udah dihadang sama polisi. Alternatifnya tawuran ya malam hari, atau kalo mau siang pun di tempat-tempat yang bener-bener sepi", ujar Bagus.

Bagus juga mengatakan bahwa perbedaan atau perubahan aksi dapat dilihat yang paling jelas dari targetnya. Jika pada era nya target klitih benar-benar hanya musuh geng sekolah, pada sekarang ini target yang diincar adalah orang-orang yang ditemui secara acak yang bahkan tidak hanya menyerang pengendara motor saja tapi juga pengendara mobil.

"Kalo dari jam dulu itu kan bener-bener hanya sekolah kan ya. Kalo sekarang itu kebih random (acak) deh, kalo mobil itu dilempari batu itu buat apa?"tutur Bagus.

Markijo juga meyakinkan perubahan aksi klitih melalui pengalamannnya yang hanya menghajar sesama pelajar. Ia menjelaskan bahwa target klitih sangat dipertimbangkan dan tidak dieksekusi tanpa alasan. Sebelum memulai aksinya Markijo dan teman-temannya akan meminta konfirmasi dari target terlebih dahulu mengenai asal sekolah untuk memastikan target benar-benar musuh atau tidak.

"Misalkan katakanlah dihajar musuh, sama kaya Bagus tanya SMA mana? (setelah menerima jawaban) Yaudah dipukul pake tangan kosong", jelasnya.

Dari penjelasan Bagus dan Markijo dapat kita lihat bahwa motif dari aksi klitih pada era nya yaitu tahun 2006 hingga 2012 masih berdasarkan eksistensi kelompok geng sekolah. Keinginan untuk diakui keberadaaanya membuat sekelompok pelajar melakukan penganiayaan terhadap kelompok lain yang dianggap musuh untuk menunjukan kehebatan dan keberaniannya. Target yang akan dijadikan korban juga tidak lain merupakan seorang pelajar.

Berbeda dengan aksi klitih pada saat ini yang kita ketahui menganiaya korban secara acak sesuai dengan siapa yang mereka temui. Pelaku tidak memandang batasan usia, asal daerah, hingga jenis kelamin. Seperti yang dialami pemilik aku Twitter @kinderpoyyy seorang perempuan bernama Pipoy yang mengunggah statusnya pada Senin (27/12/21), mengaku turut menjadi salah satu korban klitih. Kejadian itu terjadi saat ia sedang mengendarai sepeda motor di malam hari. Tiba-tiba ada dua motor yang mendekat dan meraih tangannya, ia pun refelek menegur. Sesaat kemudian ia baru menyadari bahwa tangan kirinya terasa perih. Setelah dilihat tenyata ada luka sayatan bekas goresan senjata tajam. Namun ia masih belum yakin kira-kira benda apa yang membuat tangan kirinya terluka.

"Jaket gua kebleset gatau ni piso apa golok, eh kalo golok mah tangan gua udah ilang satu", tuturnya.

Kesimpulan

Dari keterangan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa perubahan aksi klitih dapat dilihat dari target yang menunjukan motivasi tiap-tiap pelaku. Yang paling jelas dapat diketahui dari dua mantan pelaku klitih di atas adalah aksi klitih pada sekarang ini tidak hanya didasari dendam antar pelajar saja tetapi beragam sehingga menimbulkan korban dengan latar belakang yang beragam. Motivasi yang berakibat pada target yang dapat terangkum adalah:

  • Eksistensi kelompok geng

Eksistensi sangat dijunjung tinggi oleh setiap geng untuk menunjukan siapa kelompoknya. Hal ini lah yang menjadi motivasi pelaku untuk menganiaya musuh geng sekolahnya untuk mendapat pengakuan atas kehebatan dan keberanian kelompok tersebut. Dari sini lah target ditentukan berdasarkan asal geng maupun sekolah.

  • Kepuasan diri

Pelaku klitih yang menganiaya target secara acak diyakini masyarakat Yogyakarta kerap terjadi sekarang ini. Motif ini siyakini sebagai bentuk pemenuhan kepuasan diri pelaku karena telah berhasil menantang adrenalinnya. Tidak jarang pula yang mengatakan bahwa motif pelaku aksi klitih memilih target secara acak karena ingin mencari musuh untuk memancing terjadi suatu perlawanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun