Masalah Yang Sering Muncul Pada Anak Usia SD
Modern, Berkarakter, Cerdas dan Islami
Masalah Yang Sering Muncul Pada Anak Usia SD
Konon dunia anak usia sekolah dasar (SD) adalah dunia sejuta masalah. Tapi sebenarnya jika dilihat lebih jauh, masalah itu terpusat pada 4 hal, yaitu:
1. Malas belajar.
Ini masalah umum anak sekolah dasar, sulit sekali diminta untuk belajar.
Solusinya: Jika kondisi anak enggan atau malas belajar, harus dilihat lagi apa penyebabnya. Ada anak yang malas belajar karena dia memiliki tingkat kecerdasan tinggi, sehingga mudah bosan/jenuh dengan metode pengajaran atau materi yang monoton.
Jika hal ini terjadi, guru bisa memberikan materi yang lebih menantang atau meminta anak untuk membantu guru mengajari teman-temannya yang lain misalnya, alias menjadi asisten guru.
Selain itu ada juga anak yang malas belajar karena ia mencari perhatian dari orang sekelilingnya, misalnya dia ada masalah di rumah atau orangtua sedang ada masalah di rumah. Hal ini mempengaruhi anak saat belajar di sekolah.
2. Senang melanggar peraturan
Kesannya, anak sekolah dasar identik dengan trouble maker, si pembuat masalah.
Solusinya: Lihat dulu alasan anak melakukan hal yang dianggap masalah itu. Sebab ada anak yang  melanggar karena ia mencari perhatian, ada juga  anak yang ingin mencoba-coba. Bahkan ada juga yang melakukannya karena menurutnya hal itu menantang. Tapi ada juga anak yang terpengaruh oleh teman-teman sekelasnya, jadinya dia terbawa arus untuk melanggar peraturan.
Untuk menyikapi masalah itu, sebisa mungkin hindari langsung menuduh tanpa bukti yang jelas, tapi cari tahu alasan anak melakukannya. Berikan juga konsekuensi yang logis padanya jika melakukan hal itu. Misalnya, kalau anak keluar dari sekolah tanpa izin, maka setiap hari---selama satu minggu, dia harus melapor ke guru. Atau dengan bahasa lain dikenakan wajib lapor.
3. Suka melakukan bulying kepada siswa lain
Masalah ini dialami sebagian anak, yang cenderung memiliki kemampuan atau kekuasaan lebih.
Solusinya: Untuk masalah bullying merupakan masalah yang pelik dan dihadapi semua sekolah di mana saja. Pada umumnya bullying ini dilakukan oleh pihak yang merasa memiliki kekuasaan lebih dan menekan anak yang dilihatnya lemah.
Sekadar tahu saja, sejatinya pelaku bullyingmemiliki masalah tersendiri. Pelaku bulliying  ada kemungkinannya ingin membuktikan bahwa dia bisa, dia ada, dan berusaha mencari perhatian karena dia merasa tidak berhasil/bermasalah dengan bidang lain, jadi ia membuktikannya dengan cara tidak tepat.
Ada juga pelaku bullying yang berakar pada masalah keluarga, misalnya orangtua bercerai atau bertengkar di depan anak, sehingga ia mencontoh perilaku yang kurang baik yang dilakukan orangtuanya kepada orang lain.
Untuk mengatasi hal ini dan juga mencegahnya tidak terjadi, perbanyak kegiatan yang melibatkan lintas usia/kelas. Misalnya, dengan mentoring atau kegiatan kelompok yang mengharuskan semua anak untuk terlibat, memberikan pelatihan tentang bullying dan bagaimana mengatasinya. Misal, saat ada teman yang dibully, teman yang lain diajarkan harus berani melerai dan saling menasihati, bila perlu anak dilatih untuk menceritakan kondisi yang dialami temanya kepada gurunya terlebih dahulu.
Dalam hal bullying ini orangtua harus bijak tidak baik jika orangtua lantas ikut campur dan menyelesaikan masalah dengan menegur temannya yang melakukan bullying tanpa melibatkan guru di sekolah.
Orangtua tidak perlu emosional terlebih dahulu, yang perlu dilakukan justru menenangkan anak agar anak tidak trauma dan tidak dengan pada temannya.
Jika orangtua sudah bertemu dengan gurunya maka orangtua harus menjadi mediator antara anaknya dengan teman yang masukan bullying tadi bila perlu guru harus mempertemukan kedua orangtua agar masalah tidak memanjang menjadi persoalan antar orang tua.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H