Isu pandemic Covid-19 di Indonesia kian hari kian memprihatinkan. Per tanggal 14 April 2020, pemerintah mengumumkan jumlah kasus positif virus corona di Indonesia yang telah mencapai 4.839 orang, dengan jumlah kasus meninggal 459 orang dan kasus sembuh 426 orang .Â
Sejak tiga bulan terahir, IHSG mencatatkan koreksi sebesar 25,00 % (RTI Business, 14 April 2020). Asing juga membukukan aksi jual besar sehingga IHSG tertekan. Sebenarnya tekanan jual juga melanda bursa saham globaL. Namun IHSG tetap menjadi terburuk dibandingkan S&P 500, Euro STOXX 600, MSCI AII AxJ dan TOPIX. (CNBC, 31 Maret 2020)
Coba kita lihat peristiwa yang ada di sekitar kita. Kampus tutup, mall tutup, cafe sepi, restoran juga sepi. Apa yang kita lihat yang disekitar kita ini tercermin di pasar modaL. Karena pasar modal adalah cermin dari perekonomian.Â
Jika ekonomi positif dan menunjukan optimisme, harga akan cenderung naik dan jika ekonomi sedang melambat (terutama pada Februari dan Maret kemarin IHSG turun tajam) maka, pelaku pasar cenderung akan menjual sahamnya sehingga harga akan cenderung turun.Â
Semua ini membuat ekonomi sedikit berhenti berputar, dan tentu saja efeknya terasa bagi kita seorang trader atau investor. Sehingga muncul pertanyaan, Apa yang harus kita lakukan dalam situasi pasar seperti ini?
Pertama kita tidak boleh terburu-buru, kita harus kepala dingin. Gausah heboh langsung tanya-tanya buka akun caranya gimana ya? Minimal deposit berapa? Saham yang paling bagus apa ya?
Tenang guys jangan panik. Kita tentu tau bahwa ini adalah waktu yang menarik untuk membeli saham. Tapi kita tidak boleh terburu-buru, kita harus mempelajari kondisi dan menentukan timing yang pas untuk membeli saham.
Kedua jangan mendengarkan kata orang. Semua orang selalu mengagap saham yang dia punya adalah saham yang terbaik, terprospek, terpercaya. Ibarat ada tukang nasi goreng tiap penjual selalu mengklaim nasi gorengnya adalah yang terbaik. Tugas kita adalah menyesuaikan apakah rasa nya sesuai sama kita cocok sama kita atau tidak. Harus kita cek terlebih dulu.
Ketiga. Cash Is The King, Stock Is The Queen . Orang yang hemat adalah orang yang punya uang di tabungan. Jika di pasar modal, orang yang hemat adalah orang yang punya uang cash untuk membeli saham di harga murah.Â
Dan orang yang boros di pasar modal adalah orang yang gegebah average down mumpung harga murah tanpa adanya analisa. Beli di 1000 turun di 800, beli lagi. Turun di 700 beli lagi. Turun terus, beli terus sampai cash habis dan ternyata harga saham masih menunjukan penurunan tajam.Â
Jadi kita tidak boleh gegabah average down tunggu dulu sampe saham tersebut berada di level support dan kemungkinan besar tidak turun lagi. Uang tersebut kita simpan untuk membeli saham yang sudah konsisten dibawah. Disitu kita bisa mendapatkan lot lebih banyak karena harga lebih murah.
Keempat cari saham yang bagus. Caranya gimana ya? Nah, pertama kita harus cari perusahaan yang prospeknya masa depanya cerah. Sekarang barangnya dicari orang gak? Lima tahun lagi barangnya masi dicari orang gak? atau yang lebih ekstrem lagi 10 tahun lagi kita basi pake barangnya gak?
Walaupun kita lihat produknya ada dimana-mana belum tentu kedepan orang masih memakai barang tersebut. Misal taksi. Semua orang pake taksi. Tapi dengan persaingan bisnis moda transportasi yang ketat seperti sekarang, apakah perusahaan taksi tersebut dapat terus konsisten dan eksis meumbuhkan laba di masa depan?
Kedua manajemen yang baik. Manajemen yang baik adalah perusahaan yang selalu membagikan keuntunganya. Laba naik deviden naik, laba turun deviden turun.Â
Ketiga Laporan keuangan. kita lihat PER-nya  berapa, PBV-nya berapa, apakah DPR-nya selalu tumbuh, apakah lima tahun terahir selalu membagi laba.Â
Hal tersebut merupakan indicator penting dari penilaian susatu perusahaan baik atau tidak. Bila sudah menemukan perusahaan dengan ketiga kriteria tersebut, maka saham perusahaan tersebut adalah saham yang pantas teman-teman pantau selama pandemic ini.
Untuk membeli suatu saham pastikan kita atur strategi sebelum membelinya. Jangan sampai ketika kita mempunyai uang 100 juta kita langsung membeli saham dalam satu waktu karena kita mengangap harga saham tersebut sudah murah.Â
Hal tersebut terlalu beresiko. Salah satu strategi yang dapat kita lakukan adalah membagi uang yang kita miliki untuk membeli saham dengan system cicil.Â
Misalkan kita punya uang 100 juta, kita dapat mencicil beli saham selama tiga bulan. Uang 100 juta tersebut kita bagi sehingga didapatkan jumlah uang yang harus kita belikan saham dalam tiap hari perdagangan.
     3 bulan = 90 hari
     3 bulan = 66 hari perdagangan
     Maka, 100.000.000 : 66 = 1.515.151
Dapat kita simpulkan, bahwa tiap hari selama tiga bulan, kita akan membeli saham dengan uang yang kita miliki sebesar 1,5 juta di saham yang sama. Dengan sistem seperti ini kita akan mendapatkan harga terbaik dari saham tersebut. Kita juga tidak perlu membuang waktu untuk menganalisis setiap saat. Karena selama pandemic ini bisa dikatakan IHSG valuasinya sedang murah.
Jadi selama pendemic ini ada empat hal yang perlu kita perhatkan untuk mengambil keputusan: Jangan terburu-buru, Jangan mudah mengikuti kata orang, Sediakan cash untuk beli di harga murah, Cari perusahaan yang solid, manajemen bisa dipercaya, laporan keuangan konsisten mencetak laba.
Itulah beberapa tips untuk membeli saham di masa pandemik ini. Ingat, keberadaan resiko berinvestasi di masa pandemik ini bukan untuk kita takuti dan hindari. Tapi diminimalisir, kita tekan resikonya, kita kontrol agar lebih banyak menguntukungkan di pihak kita. Selamat mencoba :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H