Mohon tunggu...
Maulida Hardiana
Maulida Hardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Pamulang, Sastra Indonesia

Sedang berkuliah di Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Tokoh dan Penokohan Arjuna Karna

17 Desember 2023   14:07 Diperbarui: 17 Desember 2023   14:15 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : doc pribadi.

Pertempuran 2 Pemanah Arjuna Karna adalah Novel Karya Pitoyo Amrih yang diterbitkan pada tahun 2010 Februari dengan penerbit DivaPress di Yogyakarta. Buku novel ini berjumlah 427 halaman. Novel Pertempuran 2 Pemanah Arjuna-Karna merupakan novel yang berkisahkan tentang dunia perwayangan. Novel ini adalah satu diantara novel karya Pitoyo Amrih yang dibalut menggunakan alur yang tidak biasa. Novel ini menceritakan 2 pemanah hebat di dunia perwayangan yang bertempur dan mengalami perang batin serta psikologis, keduanya dianggap memiliki kekuatan yang sebanding sehingga dipercayakan menjadi peran besar dalam detik-detik terakhir perang Bharatayuda, yang menentukan pemenang atas kedudukan negeri Hastinapura. 

Perang antara pandawa dan kurawa, mereka yang sebenarnya masih terikat satu darah, Arjuna dan Karna yang ternyata terlahir dari rahim yang sama sang ibunda yang bernama Dewi Kunti. seorang pria tampan yang akan menghipnotis siapa saja yang melihat wajahnya. 

Sang pemanah hebat yang tak tertandingi di dunia perwayangan, mendapat banyak pusaka yang akan menjadi kekuatan baginya dari banyaknya Resi yang menjadi gurunya sewaktu ia mencari pendewasaan diri diluar kerajaan. Dewi Kunti yang tidak sengaja mengandung anak dari hubungan gelap bangsa manusia dan bangsa dewa yang akan menjadi aib bagi kedua bangsa itu. Anak yang dikandung oleh Dewi Kunti terpaksa dilahirkan secara sembunyi-sembunyi dan dihanyutkan. Siapa sangka anak yang dibuang kelak akan menjadi pengaruh besar atas perang antara saudara yaitu Perang Bharatayuda. 

Tokoh pemeran utama didalam novel ini yaitu, Arjuna dan Karna. Arjuna adalah anak ketiga dari Prabu Pandu dan Dewi Kunti. Arjuna salah satu anggota dari Pandawa yaitu Yudhistria, Bima, Nakula dan Sadewa. Lahir di Istana besar Hastinapura. Arjuna memiliki wajah tampan dan mempesona. Arjuna duduk di singgasana negeri bagian Amarta bernama Madukara. Arjuna mempunyai sifat tidak bisa menolak, cerdik, tenang, gigih, pintar, mempunyai hati yang lembut serta perasa, hati-hati dalam mengambil keputusan, bijaksana, dan melindungi seseorang yang lemah. 

Yang pertama terlihat sifat tidak bisa menolak, pada saat bertemu dengan para gadis atau anak dari resi yang ia gurui salah satunya anak dari Resi Begawan Manikara yaitu, Endang Manuhara yang pertama kali melihat Arjuna langsung jatuh cinta, meminta sang Ayah yaitu, Manikara untuk menikahinya dengan Arjuna dan Arjuna yang tidak bisa menolak pun mengiyakan dan memiliki 2 anak yaitu, Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati, hingga ia memiliki 15 istri karena sifatnya itu. Bahkan, ia juga pernah tinggal di kahyangan tempat bangsa dewa dan menikahi salah satu anak dari bangsa dewa Batara Indra yang bernama Dewi Batari Supraba dan keponakannya Dewi Batari Wilutama. 

Yang kedua sifat gigihnya, sifat gigih Arjuna terlihat waktu ia belajar memanah di Istana Hastinapura yang diajarkan oleh Resi Durna, karena ia piawai dalam hal memanah ia menekuni itu dan tidak pernah berhenti berlatih bersama Resi Durna. Sampai ia bisa melepaskan beberapa anak panah sekaligus dengan sekali tarikan mengelilingi pohon tempat ia berlatih. Arjuna juga mengalahkan Karna sewaktu perang Bharatayuda. Arjuna juga sangat gigih berguru dan berkelana kepada para resi untuk mencari ilmu, mendewasakan pikiran dan juga hati. 

Yang ketiga mempunyai hati yang lembut dan sangat perasa, terlihat sewaktu perang Bharatayuda yang terjadi di Kurusetra dimulai Arjuna sempat tidak ingin ikut perang tersebut, dikarenakan ia tak kuasa untuk melawan saudaranya sendiri yaitu, Kurawa, hanya demi sebuah tahta Negeri Hastinapura. Arjuna menangis dengan badan yang lemas, mulut kering, dan tangan yang gemetar didepan Prabu Kresna sang penasihat dan pembela Pandawa. Akhirnya mendengar nasihat dan dukungan dari Prabu Kresna membangkitkan semangat Arjuna untuk melanjutkan perang tersebut.

Arjuna juga memiliki kesaktian yang memang luar biasa ditambah ia memiliki banyak pusaka dari banyaknya resi yang telah ia temui. Pusaka terkenal yang ia miliki yaitu, Panah Pasopati, Sarutama, Harudadali, Keris Pulanggeni, Serta Kalanadah. Arjuna juga banyak memiliki sejumlah nama dan juga julukan, yaitu Permadi, Janaka, Batara Kritin, Parto, Dananjaya, Kumbalijali, Panduwisi, Begawan Ciptaning Mintaraga, Indratanaya, Dan Kandhi Wrehatnala. 

Karna merupakan anak hasil dari hubungan terlarang antara Dewi Kunti dan Dewa Surya. Karna dilahirkan lewat kuping demi menjaga kesucian Dewi Kunti yang saat itu masih belum menikah. Mengapa dianggap hubungan terlarang, karena apabila bangsa dewa mempunyai anak dari bangsa manusia maka akan dianggap aib bagi bangsa dewa. Karena itu Karna dibuang oleh Dewi Kunti ke sungai dengan harapan akan ditemukan dan dirawat oleh prajurit dan para kusir yang sedang memandikan kudanya. 

Sebelum Karna dibuang oleh Dewi Kunti, Karna dipakaikan baju berlapis emas, dan anting bulat berwarna emas dari Dewa Surya untuk melindungi karna dari bahaya apapun. Dan Karna ditemukan dan dirawat oleh seorang kusir dari negeri Hastinapura yang bernama Radeya yang diberi julukan Kusir Adhirata dan istrinya Nyi Radha. Karna memiliki satu satunya seorang istri yang dicintainya bernama Dewi Surtikanti anak dari Prabu Salya. Seorang putri dari Negeri Mandraka. 

Karna memiliki sifat yang sombong, tidak mau bergaul, mudah sekali marah, tidak mau kalah, berani, teguh pendirian, tekad yang sangat tinggi dan angkuh. Sepanjang hidupnya Karna selalu tidak puas akan kesaktiannya, ia ingin memiliki kesaktian yang lebih tinggi dari pandangan orang terhadap dirinya. 

Yang pertama, sifat mudah sekali marah dan tidak mau bergaul Karna terlihat sewaktu Adhirata dan Nyi Radha meminta Karna sewaktu kecil tidak memainkan senjata senjata berbahaya, seperti anak panah, busur panah, keris, pedang dan tombak. Tetapi, Karna malah semakin marah dan berang, karena pengalaman itu dia tidak pernah percaya kepada orang lain dan selalu berkata dengan nada tinggi bahkan dengan Adhirata dan Nyi Radha orang yang mengasuh dirinya. Karena itu ia dijauhi oleh pemuda pemuda ditempat tinggalnya, dan Karna semakin merasa tidak ada yang mengerti dirinya sehingga ia tidak ingin bergaul dan lebih suka menyendiri. Karna juga pernah memaki maki Nyi Radha karena Nyi Radha membuat tombak yang ia arahkan sewaktu berlatih salah sasaran.  

Yang kedua, sifat angkuh Karna terlihat sewaktu ia pulang berlatih memanah berhari-hari. Pulang hanya untuk mengganti pakaian dan membawa sebuah pedang dipinggangnya, serta busur dan anak panah yang terikat. Karna berbicara dengan nada tinggi serta tangan dipinggang, kepada Adhirata dan Nyi Radha, bahwa ia akan pergi dari rumah ini karena, hidup di rumah itu terlalu biasa buat Karna dan ia ingin lebih, sehingga ia harus keluar dari rumah itu dan melihat kehidupan diluar sana. Karna berbicara kepada Adhirata bahwa jangan pernah sekali kali Adhirata mencari dirinya dan ia tidak menerima mengapa ia harus lahir dalam kondisi yang tidak bisa melakukan apa saja untuk dirinya. 

Yang ketiga, sifat teguh pendirian dan tekad yang sangat tinggi Karna terlihat sewaktu ia mencari kehidupan diluar dan mencari guru yang ingin membimbingnya sampai ia menjadi sakti, sewaktu ia mencari guru ia terus berlatih sendirian. Karena ia mempunyai tekad yang sangat tinggi, membuat ia menjadi sakti tanpa guru yang mengajarinya. Sampai datang seorang guru yang bernama Rama Bargawa yang membimbing Karna dan memberikan sebuah pusaka sakti yakni, Panah Wijayacapa, Keris Kalatida, Dan Kiai Jalak.

Yang keempat, sifat kemampuan dan keberanian yang dimiliki oleh Karna, sewaktu ia berani menantang Arjuna bertanding yang kemudian melalui hal itu ia diangkat menjadi prajurit lalu kesatria hingga akhirnya menjadi tangan kanan Duryudana atas Negeri Hastinapura. Bahkan, ia dipercaya oleh Duryudana untuk menjadi panglima perang atas perang saudara Bharatayuda. Karna pun diberikan sebagian wilayah Negeri Hastinapura yang bernama Awangga untuk ia pimpin dan bergelar Adipati. 

Dari sifat Arjuna dan Karna yang patut kita jadikan contoh dan terapkan pada kehidupan sehari-hari yaitu, Sifat gigih dalam memperjuangkan segala sesuatu yang kita inginkan. Pemberani dengan segala tantangan yang sudah ditetapkan atas takdir yang ada. Teguh pendirian dan tekad yang sangat tinggi untuk mengubah hidup yang kita inginkan dan sesuai apa yang kita mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun