Mohon tunggu...
Maulidah Adelia
Maulidah Adelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesulitan Membaca pada Penderita Disleksi (Gangguan Membaca) beserta Solusi dan Strategi yang Tepat

9 April 2022   21:11 Diperbarui: 9 April 2022   21:21 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan dalam pendidikan sangat banyak yang dapat menimbulkan rendahnya kemampuan siswa dalam belajar, dilihat dari yang terkecil seperti minat baca anak, ketidaksiapan anak dalam membaca, serta sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai, dan hal lain yang sering dihadapi guru-guru yaitu metode yang digunakan tidak sesuai seperti halnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia juga kebanyakan siswa meremehkannya padahal ilmu bahasa itu selalu berkembang.

Namun di dalam artikel kali ini, saya akan membahas tentang gangguan perkembangan membaca pada anak disleksi. sebelumnya yuk kita pelajari lebih dalam…

 Anak yang cerdas belum tentu anak yang disleksia,tapi anak yang disleksia adalah anak yang cerdas.

 

Di dunia ini, setiap anak dilahirkan dengan bakat tersendiri- sendiri tidak terkecuali anak yang menyandang disleksia. Mereka terlahir dengan kesulitan belajar, namun pada umumnya mereka adalah anak yang cerdas. Sejatinya yang mereka perlukan adalah treatment yang sesuai untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami. Salah satu kesulitan yang sering muncul pada anak adalah kesulitan dalam kegiatan membaca yang merupakan salah satu skill dalam berbahasa.

Membaca  adalah salah satu keterampilan berbahasa baik bahasa ibu, bahasa kedua, maupun bahasa verbal. seorang peserta didik harus menguasai keterampilan tersebut untuk menyerap ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat. Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah apabila ada peserta didik yang mengalami kesulitan ketika terlibat dalam kegiatan tersebut. Realitas menunjukkan bahwa kesulitan membaca merupakan masalah yang paling banyak terjadi pada masa kanak-kanak lebih dari 50% anak memiliki kesulitan dalam belajar membaca sehingga berdampak pada prestasi akademik anak tersebut sekolah diperkirakan 90% anak akan mengalami masalah di bidang akademik jika anak tersebut mengalami kesulitan dalam belajar membaca.  Namun fenomena kesulitan dalam membaca zaman sekarang ini sangat menyedihkan sekali jika dialami oleh anak penderita disleksia. Berdasarkan Fakta dari PISA, sekitar 5- 7% penderita disleksia di dunia ini terjadi pada anak usia sekolah dan lebih parahnya lagi 50-100% penderita disleksia tidak hanya sulit membaca tetapi mereka juga akan mengalami kesulitan di bidang matematis.

Disleksia sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu " Dys" yang berarti kesulitan dan "lexis" yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, diseleksi merupakan suatu gangguan belajar berupa kesulitan dalam membaca dan menghantar kata atau bahasa selain itu penyebab seleksi ini juga mengalami kesulitan dalam memahami huruf huruf dalam alfabet, kesulitan memahami berbagai macam warna, kesulitan dalam berbicara, mendengarkan irama atau suara, atau simbol yang mereka lihat. Di samping mengalami kesulitan dalam membaca, penderita disleksia juga mengalami kesulitan dalam menulis dan mempelajari suatu bahasa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sally dan Bennet bahwa dalam mempelajari bahasa, disleksia akan menggunakan bagian otaknya yang lain yang berbeda dengan individu lain pada umumnya sehingga mereka akan melakukan hal yang berbeda ketika proses atau menerjemahkan bahasa. Pada umumnya diseleksi sendiri merupakan suatu kelainan neurologis yang ditandai dengan kesulitan dalam mengenali dan memahami kata-kata dengan tepat dalam pengerjaan tulisan atau pengkodean suatu simbol. Hal ini terjadi karena otak lambat atau sulit memproses masukan sehingga mempengaruhi daerah kognitif pada otot seperti daya ingat, pengendalian gerak, dan koordinasi serta kemampuan pengaturan waktu yang berbeda dengan anak pada umumnya.

Adapun penderita disleksia ini terjadi karena adanya beberapa faktor penyebab, yaitu :

  • Karena penyebab bawaan

   Faktor ini muncul pada seseorang sejak lahir atau secara genetik hal ini terjadi karena si penderita mewarisi struktur, dan fungsi otak yang tidak normal atau rusak yang dialami sejak dalam kandungan atau setelah persalinan karena kurangnya asupan nutrisi selama kehamilan ibu, yang menderita depresi, dan mengonsumsi minuman keras, dan obat-obatan terlarang, serta kekurangan oksigen dan lain sebagainya.     Beberapa tanda awal disleksia bawaan yaitu lambat berbicara artikulasi tidak jelas dan berkali-kali kesulitan mempelajari bentuk dan punya huruf-huruf bingung antara konsep ruang dan waktu serta kesulitan mencerna intruksi verbal cepat dan berurutan. biasanya terjadi pada usia sekolah yang umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan gabungan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, dan kesulitan menerima benda yang diberikan.

  • Penyebab bukan bawaan     

  Faktor ini pada umumnya terjadi karena adanya trauma atau benturan di kepala yang disebabkan oleh kecelakaan yang berakibat rusaknya bagian organ tertentu khususnya bagian yang mengendalikan atau mengatur kemampuan berbahasa atau penglihatan seseorang.

  • Disfungsi sistem saraf

  Faktor penyebab ini biasanya terdapat kelainan sistem saraf yang dialami anak pada tubuh sebelah kanan hal ini disebabkan anak tersebut mengalami kejang-kejang pada usia 3 bulan sehingga ia mengalami kelainan sistem motorik pada anak dan tangannya

  • Perkembangan yang lambat
  • Daya ingat lemah atau memori jangka pendek  

  Faktor daya ingat lemah dan memori jangka pendek ini  memungkinan besar  tidak mampu melakukan seluruh perintah dengan sempurna karena anak tidak mengingat seluruh perintah tersebut.

  • Pengaruh lingkungan keluarga

   Dalam hal ini biasanya lingkungan keluarga tidak mendukung aktivitas anak dalam belajar terutama dalam melatih kemampuan membaca dan menulis nya selain itu keadaan keluarga yang tidak harmonis dan fasilitas serta sarana prasarana pembelajaran anak tidak memadai.

Selain faktor penyebab terdapat juga masalah-masalah yang dihadapi penderita disleksia. masalah-masalah tersebut salah satunya adalah kesulitan membaca. Menurut Sally, kesulitan membaca pada penderita disleksia anak ditandai oleh beberapa hal yaitu :

  • Keterampilan dan kemampuan membaca yang sangat lambat
  • Kesulitan baca melafalkan, dan menguasai kata-kata baru
  • Kesulitan membaca kata-kata "di ", "pada" dan "ke".
  • Kesulitan dalam mengeja karena sulit dalam membedakan antara huruf b dengan d, M dengan n, dan sebagainya.

Meskipun penderita disleksia mengalami berbagai masalah dalam belajar sebagaimana disebutkan diatas. Bukan berarti mereka memiliki tingkat intelegensi atau kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan dengan manusia pada umumnya. Bahkan kebanyakan penderita disleksia memiliki IQ di atas rata-rata mereka. Selain itu, penderita disleksia memiliki sistem saraf otak yang berbeda dengan individu pada umumnya karena mereka memiliki bagian otak yang lebih besar dibandingkan otak kirinya karena itu mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan yang perbedaannya begitu jelas terlihat di mana ukuran yang lebih besar tersebut merupakan kekuatan atau keunggulan bagi mereka dalam hal kreativitas dan intuisi yang jawab lebih hidup pada umumnya.

Contohnya adalah beberapa orang sukses di dunia merupakan pendapat disleksia mereka itu antara lain adalah penulis novel Agatha Christie, vokalis band terkenal "maroon 5" Levine, aktor Hollywood, Tom Cruise,mantan perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, pencipta tokoh kartun Mickey mouse, Walt Disney, Steve  Jobs, pendiri Microsoft, Bill Gate, Thomas Alva Edision,penemu listrik, fisikawan jenius Albert Einstein dan petinju legendaris Muhammad Ali masih banyak lagi nama populer lain yang menderita disleksia. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan pertimbangannya adalah pentet sosial memiliki keunggulan dalam memecahkan/ menyelesaikan masalah dengan sangat luar biasa melalui ide-ide cemerlang yang muncul dalam pemikiran mereka yang jarang terpikir  dan terlintas di benak manusia pada umumnya, namun kondisi tersebut harus diwaspadai karena tidak jarang penderita disleksia akan mengalami kehancuran atau kegagalan dalam kehidupannya karena mereka tidak mengerti bagaimana cara mengatasi gangguan tersebut. Selain itu terkadang mereka tidak menyadari bahwa mereka mengidap gangguaan tersebut, sebaliknya jika dapat ditangani dengan cara yang tepat maka tertentu yang terdapat pada mereka akan menghasilkan keberhasilan yang berjasa dalam pekerjaannya.

Adapun melihat begitu kompleksnya masalah yang dialami penderita disleksia pada siswa sekolah sangat diperlukan peran guru sebagai pendidik untuk membantu dan membimbing siswa dalam kegiatan membaca, solusi dan strategi dalam membantu penderita disleksia tersebut antara lain:

  • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan kegiatan membaca
  • Memberikan perintah secara sistematis yang dapat dipahami dengan cara-cara yang tepat dalam mengeja kata ataupun membaca sebuah teks
  • Berikan perintah yang tegas dalam strategi pembelajaran fonemik.
  • Ciptakan  komunikasi dan pemahaman yang sama antara orangtua dan guru mengenai anak penderita disleksia
  • Minta anak penderita disleksia untuk duduk di barisan yang paling depan

 Oleh sebab itu, orang tua harusnya bersyukur bilamana dianugerahi Anak yang mengidap disleksia bukan malah bersedih atau frustasi, begitu juga guru yang berkesempatan mendidik anak-anak dengan masalah belajar tersebut. Semestinya bangga karena sejatinya anak tersebut merupakan permata atau bahkan berlian yang apabila dihasilkan terlihat kemilauannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun