Kali ini kita akan membahas salah satu tokoh hukum ternama di Indonesia. Benny Wullur, pengacara dari Bandung yang sering menangani kasus-kasus kepailitan, perpajakan hingga pasar modal. Ketika menangani berbagai kasus, dia sering menemukan celah lawan sehingga dapat memenangkan perkara. Apa sih rahasianya?
Ayah, Pemberi Pelajaran Hidup Benny Wullur
Benny Wullur lahir dari keluarga yang  sangat sederhana. Ayahnya seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan. Menikah di usia menjelang senja yaitu 41 tahun, ayahnya terpaksa harus mengalami PHK (Pemberhentian Hubungan Kerja) ketika Benny Wullur masih duduk di bangku di Sekolah Dasar.
"Papa tidak bekerja, maka Mama yang bekerja dan menggantikan pilar ekonomi keluarga. Papa setiap hari bertugas mengantar jemput sekolah. Ketika  mengantar jemput itu kemudian Papa banyak memberi nasihat," ungkap Benny Wullur mengenang masa-masa kecilnya. "Papa memberikan saya banyak nasihat di antaranya, jangan jadi seperti Papa yang tidak punya title karena minderan!" ujarnya.Â
Nasihat Ayah Benny Wullur seakan jadi lecutan. Dia belajar dari ayahnya untuk tidak minder, tidak takut apalagi pasrah ketika dihina. Pengacara dari Bandung ini juga mengungkapkan bahwa ayahnya menguasai lima bahasa yaitu Belanda, Inggris, Jepang, Cina dan Indonesia. Ayahnya juga bersekolah di Belanda namun tidak selesai karena sering minder dan lemah.Â
Ahli Hukum bukan Cita-cita Benny Wullur
Menjadi seorang ahli hukum ternyata bukan cita-cita Benny Wullur sejak kecil. Dia lebih tertarik menjadi seorang petinju dari pada lawyer. Menginjak usia dua belas tahun, Benny Wullur mulai mempelajari ilmu bela diri pertamanya yaitu taekwondo. Masuk bangku SMA, dia mengikuti tiga bela diri sekaligus yaitu Jujitsu, Katega dan Silat.
Kegemaran Benny mempelajari ilmu bela diri menjadikan nilai akademiknya merosot drastis. Ini menjadi titik balik bagi Benny, jika tidak diizinkan oleh keluarga menjadi petinju, dia memutuskan untuk berkuliah di jurusan IPS saja. Benny pun belajar dengan rajin hingga di kelas 3 SMA dia berhasil mendapatkan peringkat sepuluh besar.Â
Walaupun Benny Wullur masih ingin menjadi petinju, dia harus memendam impian itu hingga lulus kuliah. Dia mengambil jurusan hukum di Universitas Parahyangan. Ibunya berkata, "Kamu boleh jadi petinju, jika kamu bisa lulus cepat." Tentu bagi Benny hal tersebut menjadi lecutan semangatnya. Dia pun giat belajar hingga berhasil menamatkan pendidikan strata satu hanya dalam kurun waktu 3,5 tahun.Â
Benny Wullur: Belajarlah Sesuatu yang Disuka
Benny Wullur memang tak meraih impiannya menjadi petinju. Namun dari bela diri dia memperoleh suatu kesimpulan. Kejeniusan seseorang akan keluar ketika dia mempelajari sesuatu yang disuka. Benny Wullur menyukai bela diri.Â
Dia mempelajari berbagai teknik bela diri seperti bantingan, kuncian, tendangan. Ketika mengikuti kompetisi bela diri, banyak mempelajari teknik bela diri sangat dibutuhkan untuk mencari celah kelemahan lawan. Hal yang tidak dipelajari oleh orang yang hanya mempelajari satu jenis bela diri saja.Â
Begitu pula dengan hukum, pelajarilah yang disuka sehingga sebagai ahli hukum memiliki spesialisasi tersendiri. Dia juga mengatakan, bahwa dengan mempelajari secara mendalam hal yang disuka, kita akan memiliki banyak informasi, dengan begitu kita akan semakin tahu kelemahan lawan.Â
Dia juga menegaskan, bahwa dengan banyak belajar, terutama yang disuka, informasi akan mudah diserap, maka akan memunculkan banyak celah mengenai kelemahan lawan.
Ternyata pengacara dari Bandung ini memiliki masa kecil dan pengalaman yang unik ya. Banyak membaca, banyak belajar tentunya akan memberi banyak informasi pada kita. Mempelajari sesuatu yang disuka juga akan meningkatkan rasa ingin tahu sehingga membuat semangat belajar makin membara. Apakah Anda sudah mendapatkan insight positif dari kisah ini?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H