food and beverage. Kiprahnya yang masih seumur jagung tak menyurutkan semangat untuk melangkah. Belajar dan terus belajar, bangkit dan terus bangkit. Apapun yang diucapkan orang, dia tak ambil pusing. Meskipun masih muda, Monica Susanto adalah generasi anti-baper.Â
Nama Monica Susanto mungkin terbilang baru di dunia bisnisÂBisnis Pertama Monica Susanto Gagal Total
Berbekal semangat ingin membuat orang happy dengan makanan yang dia ciptakan, Monica Susanto mendirikan Tiny Dumpling pada tahun 2018. Bisnis kuliner ini dia ciptakan karena kecintaannya pada street food semasa sekolah. Tanpa memperhitungkan kondisi pasar, Monica Susanto memperkenalkan cita rasa dumpling yang otentik.Â
"Saya terlalu idealis waktu itu. Saya tidak terlebih dahulu melakukan research. Menurut saya enak, menurut orang lain juga pasti enak, padahal belum tentu," ungkapnya.
Restoran Tiny Dumpling ini berdiri hanya satu tahun dan gagal total. Banyak mendapat respon negatif dari customer. Ada yang menyebut, di restoran ini mereka keracunan makanan, padahal sebenarnya mungkin citarasa Indonesia dan China jauh berbeda.Â
Satu komentar customer yang paling dia ingat sampai sekarang adalah, "Kamu sebentar lagi akan bangkrut." Monica Susanto cukup down mendengarnya, akan tetapi dia tidak berhenti berusaha. Jiwa kompetitifnya memaksa dia untuk putar otak apa yang sebenarnya diinginkan oleh customer. Semangatnya tak pernah putus hingga benar-benar menyajikan makanan yang membuat orang bahagia.Â
Halo Hongkong Cafe, Bangkitnya Monica Susanto
Tiny Dumpling yang gagal total kemudian re-brand menjadi Halo Hong Kong Cafe.  Dia ingin menyajikan street food Hong Kong ke dalam restoran yang nyaman. Saat pembentukan Halo Hong Kong Cafe ini Monica Susanto berusaha mature. Dia berusaha mendengarkan saran dari customer makanan apa yang sebenarnya customer inginkan. Dia melakukan survey dan beberapa customer mengatakan ingin mie atau dimsum.Â
Halo Hong Kong Cafe berjalan lancar. Monica Susanto bahkan membuka cabang baru selain di Bandung yakni di Kota Baru Parahyangan. Sayang sekali perjuangannya harus terhempas karena badai Covid-19. Semua restoran harus tutup, tidak boleh ada dine-in. Dia hanya bisa menjual dimsum frozen kala itu.Â
Diterjang Badai Covid-19, Monica Susanto Tetap Tangguh
Pandemi Covid-19 menjadi ujian terberat bagi pelaku bisnis kuliner. Tahun-tahun ini menjadi tahun-tahun suram karena semua restoran harus tutup. Tidak boleh makan di tempat. Banyak pemilik restoran yang kemudian memberhentikan karyawannya, bahkan ada beberapa yang kemudian bangkrut dan terpaksa harus menjual restorannya.
Monica Susanto terus putar otak bagaimana berjualan dari rumah saja. Dia mulai mencari cara untuk menutup cost kebutuhan operasional restoran sehari-hari. Bonding yang kuat antara dia dan karyawan membuat perempuan ini tidak ingin melakukan PHK (Pemberhentian Hubungan Kerja) sepihak.Â
Berkat saran dari beberapa karyawannya, dia kemudian memutuskan menjual minuman ala cafe dalam kemasan botol. Ternyata usaha ini berhasil dan keuntungannya cukup untuk menggaji karyawannya. Tak disangka, penjualan minuman botolan dan dimsum frozen ini menjadi marketing untuk restoran Halo Hongkong Cafe. Dari mulut ke mulut, orang mulai mengenal nama Halo Hong Kong Cafe.
Berkah Pandemi bagi Reseller Modal Terjangkau
Pandemi tidak hanya membuat orang stres tapi juga bosan, begitu pun dengan Monica Susanto. Kala bosan hanya di rumah saja, dia membantu sang papa berjualan telur. Dia membantu mengemas telur dan mem-posting-nya di Instagram. Ternyata, banyak customer yang tertarik dan kemudian memesan telur omega-3 dan telur ayam kampung. Telur sehat sangat dibutuhkan saat itu untuk menjaga imunitas. Inilah awal terbentuknya brand Eggcelent.Â
Eggcelent menyediakan telur ayam Omega-3 dan telur ayam kampung berkualitas tinggi. Proses produksi telur ayam Omega 3 ini dilakukan dengan detail. Pakan ayam yang dipergunakan adalah pakan kualitas terbaik dan hanya terbuat dari protein nabati. Ayam yang memproduksi telur Omega-3 adalah ayam vegan, jadi tidak sembarang pakan bisa diberikan.Â
Eggcelent membawa berkah tersendiri bagi Monica Susanto. Pasalnya, banyak yang kemudian mendaftar menjadi reseller dengan modal terjangkau. Monica Susanto senang bisa membuka lapangan pekerjaan baru saat banyak pengusaha dan pelaku bisnis bangkrut lalu melakukan pemberhentian kerja secara sepihak.Â
Brand Coco Nico, Langkah Besar Monica Susanto
Tahun 2022 menjadi salah satu tahun penting dalam kehidupan Monica Susanto. Dia yang baru menekuni bisnis food and beverage meluncurkan produk baru yaitu Coco Nico. Perpaduan lezat antara daging kelapa, sari kelapa, air kelapa, susu, dan nata de coco yang diformulasikan secara khusus dan dikemas dengan teknologi terkini. Coco Nico bukan santan melainkan minuman sari kelapa yang segar, yummy dan memiliki segudang manfaat.Â
Coco Nico merupakan minuman sari kelapa pertama di Indonesia. Sari kelapa dalam Coco Nico disinyalir memiliki berbagai manfaat karena kandungan kaliumnya yang tinggi. Karena berbahan dasar kelapa murni, minuman ini disinyalir bermanfaat untuk peredaran darah, kesehatan pencernaan, kesehatan ibu hamil, bahkan bermanfaat bagi kecantikan.Â
Coco Nico yang baru diluncurkan ini juga membuka kesempatan menjadi reseller modal terjangkau. Tidak membutuhkan banyak biaya, cukup dengan membeli produk Coco Nico dengan jumlah tertentu maka produk ini bisa dipasarkan di swalayan atau toko kelontong terdekat. Kesempatan reseller modal terjangkau ini sangat menarik hati kaum ibu-ibu.
Begitulah perjalanan Monica Susanto, pernah jatuh tapi tidak patah arang. Bangkit lagi meski banyak yang mencela. Memiliki attitude bagus, selalu mendengarkan customer dan memperhitungkan saran para karyawan membuat perempuan ini sukses di usianya yang masih muda. Dalam bisnis kuliner, dia selalu mengedepankan kualitas. Dia berhasil meluncurkan tiga brand yaitu Halo Hong Kong Cafe, Eggcelent, dan Coco Nico dalam kurun waktu lima tahun.Â
"Jika boleh jujur, keuntungan dari bisnis kuliner ini sangat sedikit, bahkan, belum balik modal. Makanan enak banyak, yang bisa copy juga banyak, tapi customer service akan memberikan dampak besar bagi penjualan produk makanan. Saya selalu menjaga kualitas produk. Saya bahagia ketika bisa melihat orang lain bahagia dengan produk yang saya ciptakan," pungkasnya.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H