Mohon tunggu...
KKM 55 UIN MALANG
KKM 55 UIN MALANG Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sinergitas Mahasiswa dengan Pelaku UMKM Unggul di Desa Baturetno

4 Januari 2023   20:48 Diperbarui: 4 Januari 2023   21:02 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UMKM atau usaha mikro kecil dan menengah adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri dan dapat dilakukan oleh perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. UMKM merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia karena masa depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha mikro kecil dan menengah untuk berkembang mandiri. Oleh karena itu mahasiswa KKM kelompok 55 UIN Malang melakukan observasi terhadap usaha mikro kecil dan menengah yang terdapat di Desa Baturetno. 

Mahasiswa KKM Kelompok 55 UIN Malang melakukan kegiatan observasi terhadap UMKM di Dsn. Nampes, Ds. Baturetno, Kec. Singosari, Kab. Malang yakni dengan mengunjungi rumah Bapak Sholeh yang merupakan pembuat tempe rumahan sejak tahun 1998. Pada observasi ini mahasiswa diajarkan mengenai cara pembuatan tempe serta pemasarannya. Dalam proses produksinya menghabiskan 25 kg kedelai setiap harinya.

Mahasiswa disana juga diajarkan tentang proses pembuatan tempe. Dimulai dari pemilihan kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tempe. Bahan baku tersebut merupakan kedelai yang  diimpor dari Amerika karena kedelai lokal tidak dapat mencukupi kebutuhan kedelai untuk proses produksi. 

Selanjutnya kedelai dicuci bersih untuk memisahkan kotoran yang tercampur. Setelah kedelai dicuci hingga bersih, proses selanjutnya yaitu perebusan kedelai. Perebusan sebanyak dua kali untuk menghasilkan tempe yang berkualitas. Perebusan pertama berlangsung selama satu sampai satu setengah jam dengan tujuan untuk mempermudah pemisahan kulit kedelai. 

Pada perebusan pertama untuk mengetahui kematangan dari kedelai dapat dilihat dengan cara membelah biji kedelai, jika tengah biji kedelai muncul bintik kuning maka tandanya kedelai sudah matang. Proses selanjutnya yaitu penggilingan kedelai yang dilakukan untuk memisahkan kedelai dengan kulitnya dan membelah kedelai menjadi dua bagian. Kemudian kedelai direndam dan dicuci lalu lanjut ke perebusan kedua yang bertujuan untuk mematangkan kedelai menjadi tempe.  

Setelah rebusan kedua, kedelai dicampur dengan ragi dan dicetak. Ragi yang digunakan oleh Pak Sholeh adalah ragi alami yang terbuat dari tempe sendiri, pembuatan ragi ini sama seperti dengan pembuatan tempe tetapi berbeda dalam waktu pendiamannya. Pak soleh juga menyebutkan bahwa untuk mendapatkan ragi yang baik dapat didiamkan selama kurang lebih tiga hari. Sedangkan dalam pembuatan tempe biasa hanya perlu waktu satu sampai dua hari.

Dokpri
Dokpri

Proses pemasaran untuk produk tempe tersebut menggunakan metode direct selling atau penjualan secara langsung. Dimulai dengan memasarkan ke warung-warung di daerah Singosari dan sekitarnya serta pendekatan secara kekeluargaan dengan para pelanggannya. Hal tersebut menjadikan bapak soleh dikenal oleh khalayak umum sehingga memiliki banyak pelanggan tetap. 

Dalam proses berjalannya usaha tersebut banyak permasalahan yang dihadapi oleh beliau. Kata menyerah hampir menjadi pilihan yang akan diambil, tapi niat tersebut diurungkan karena prinsip yang dimiliki oleh beliau. Banyak hal yang didapat mahasiswa KKM kelompok 55 dari kegiatan kunjungan dan observasi di UMKM milik bapak soleh. Dinamika yang dihadapi oleh pak Soleh dalam proses berjalannya usaha yang beliau miliki menjadi pembelajaran yang berharga bagi mahasiswa KKM kelompok 55.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun