Hallo guys, kemarin (7 April 2022) sekitar pukul 10.00 WIB. Aku berkunjung ke rumah Mbah Sanatun. Beliau ini adalah salah satu warga di Kota Malang.Â
Lebih tepatnya di Kelurahan Sumbersari dekat dengan Universitas Islam Negri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang atau yang lebih dikenal sebagai UIN Malang.Â
Untuk pergi kerumah Mbah Santun, kita diantarakan oleh Ketua RT setempat beliau in bernama Pak Imam. Yang dengan baik hati dan sukarela mengantarakan kami untuk bertemu dengan Mbah Sanatun.
Mbah sanatun adalah seorang janda yang telah lama ditinggal oleh suaminya. Beliau hidup dan tinggal di rumah yang terbilang sederhana dan sempit. Beliau ini hidup seorang diri tanpa anak maupun suami bisa dibilang sebatang kara.Â
Namun beliau mempunyai tetangga yang mata sanggat baik dan pengertian. Terkadang para tetangga berbagi makanan yang mereka miliki bahkan kadang juga uang untuk mbah sanatun membeli kebutuhan hidup.Â
Namun pernah suatu hari, ketika tetangga Mbah Sanatun memberi beliau makanan, beliau menolak karena merasa tersinggung. Beliau beranggapan bahwa lebih mmebutuhkan uang dibanding dengan makanan maupun sembako.Â
Pernah suatu ketika ada tetangga yang memberi sembako kepada Mbah Sanatun, si Mbah menjual sembako tersebut untuk mendpatkan uang.Â
Kita juga tahu bahwa dengan usia yang sudah senja (sekitar 70 tahun) dengan tenaga yang sudah tidak seperti dulu kemungkinan kecil untuk memasak, maka mbah lebih suka diberi uang karena bisa membantu mbah mebeli kebutuhan untuk makan sehari hari maupun lain.
Dirumah mbah sanatun, beliau banyak bercerita dan mengobrol denganku. Beliau bercerita bahwa dulu Mbah hidup berdua dengan suaminya yang bernama Pak Roslan, Pak roslam yang berprofesi sebagai tukang becak.Â
Suami mbah sanatun atau Pak Roslan ini menunggu penumpang di pinggir jalan besar di area Kota Malang, harap harap pada yang ingin menaiki becaknya. Terkadang ketika Pak Roslam sedang bekerja, beliau sering ditipu oleh para penumpang.Â
Seperti contoh sering ditinggal oleh penumpang bahkan tidak dibayar. Karena tubuh yang semakin menua pak roslan sering sakit yang membuat beliau jarang membecak lagi. Tapi melihat kebutuhan rumah tangga, beliau nekat membecak lagi meskipun kondisi Kesehatan beliau yang kurang stabil. Dengan kondisi Kesehatan yang kurang, membuat beliau tidak focus dalam mebecak. Hal itu membuat beliau tertabrak truck dan meninggal di tempat.
Hal itu membuat Mbah Sanatun terpukul, yang setiap harinya beliau hidup berdua dengan suaminya harus tinggal seorang diri. Meskipun telah tinggal puluhan tahun bersama suaminya, mbah sanatun tidak pernbah tau berapa penghasilan suaminya. Yang mbah sanatun tau setiap harinya beliau diberi uang sebesar 20 ribu oleh suaminya.Â
Dengan uang tersebut, mbah sanatun pergi ke warung membeli beras dan lauk untuk dimasak dirumah. Selesai memasak, Mbah sanatun dengan suaminya makan berdua. Namun hal itu tidak dapat dilakukan bersama lagi, semenjak kematian suaminya 5 tahun lalu.
Mbah sanatun sempat mengalami depresi, depresi beliau ini disebabkan karena mbah tidak memiliki uang sepeserpun. Bahkan mbah sanatun pernah mengamen di jalanan sambal menari nari atau berjoget.Â
Selain mengamen di pinggir jalan, beliau juga penah meminta-minta dan juga akan marah ketika tidak diberi oleh orang yang dimintai. Dengan hal itu para tetangga merasa khawatir, dan menyadarakan mbah atas keadannya.Â
Untuk sekarang ini mbah sanatun sudah jarang mengamen dan meminta-minta. Mungkin pernah sesekali beliau melakukan hal itu lagi ketika uang beliau benar benar habis.
Selain mendengar cerita dari mbah sendiri, aku juga mendengar cerita dari Ibu Yuni (tetangga mbah sanatun). Ibu yuni bercerita bahwa mbah sanatun ini beberapa kali berteriak teriak dan ingin menyusul sang suami yang telah meninggal.Â
Mbah juga merasa bosan, depresi, dan kesepian karena hidup seoarang diri. Yang hanya bisa menggandalkan dari para tetangga, para tetangga juga memaklumi akan hal tersebut karena usia beliau yang sudah tua dan juga adanya keterbatasan fisik maupun ekonomi.
Meskipun demikian, mbah sanatun tidak lupa akan kewajiban beliau sebagai umat muslim. Terkadang beliau pergi ke Mushola atau Masjid terdekat bersama para tetangga untuk menunaikkan sholat berjamaah. Selain itu, mbah juga sering mengucap kalimat kalimat Hamdallah maupun Istigfar.
Dengan aku berkunjung dan banyak mengobrol dengan mbah sanatun banyak pelajaran yang didapat dari kisah beliau dan suaminya. Bagaimana sulitnya mencari penghasilan atau nafkah di era yang serba modern dan cepat ini.
Semangat mbah sanatun dan suami, kebaikan para tetangga, dan masih banyak hal lain. Mungkin benar apa yang dikatan banyak orang bahwa tetangga adalah saudara dekat kita.Â
Saling tolong menolong dan berbuat baik kepada tetangga sekitar adalah hal yang baik dan mulia. Apalagi bulan ini bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, dimana kita sebagai umat muslim diwajibkan untuk berpuasa. Agar kita bisa merasakan bagaimana yang saudara-saudara kita rasakan setiap harinya. Seperti lapar dan haus bahkan tidak makan sampai berhari hari karena tidak ada uang.
Maka dari itu kita bisa saling tolong menolong antar sesama, meskipun kita berbeda suku, agama, ras, maupun budaya. Memberikan sedikit uang mapuan bahan pokok kepada orang yang membutuhkan.
Banyak pelajaran yang kita dapat dari cerita baliau. Bagaimana arti bersykur yang harus tertanam dalam hati. Semoga mbah sanatun diberikan umur Panjang. Dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam penulisan saya. Terimakasih, selamat membaca dan sampai jumpa di tulisanku yang lain!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H