Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada yang Salah dalam Mengajar Anak Membaca

19 Agustus 2015   20:49 Diperbarui: 19 Agustus 2015   20:49 9508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama-tama, baiknya diubah dulu paradigma tentang membaca bagi anak. Bagi orangtua yang anaknya akan memasuki usia SD, belum bisa membaca adalah sesuatu yang mengkhawatirkan. Karena meskipun sering didengung-dengungkan oleh kalangan pendidik, bahwa anak usia TK sebaiknya belum diberikan pelajaran membaca, namun pada kenyataannya orangtua-orangtua dan guru-guru akhirnya kewalahan juga saat masuk SD kelas 1 ternyata diberikan materi-materi yang menuntut kemahiran membaca anak. Kembali kita akan menuding sistem pendidikan yang tidak saling sinkron dan memanusiakan anak.

Akan tetapi di sini kita tidak akan berlama-lama membahas persoalan sistem tersebut. Tapi pada kenyataan bahwa kehidupan anak terus berlangsung, sementara sistem konon akan masih terus berproses ke arah yang lebih baik. Kita tentu tidak akan menjadi penonton yang hanya pasif melihat kesemrawutan ini. Apa yang bisa kita lakukan, kita lakukan sekarang pada lingkungan terdekat kita.

Banyak orang tumbuh dan besar dengan pemahaman bahwa cara hidup itu adalah sebagaimana cara mereka dahulu dibesarkan. Sulit kita mengelak dari kenyataan ini. Kecuali kita menemukan referensi-referensi dari sumber-sumber yang kita temui dalam proses perjalanan kehidupan kita. Bahwa ternyata metode belajar membaca yang baik dan tepat itu adalah seperti ini. Bahwa ternyata berkomunikasi dengan anak perlu dilakukan dengan cara bla...bla...bla......dan seterusnya. Pada akhirnya banyak pembelajaran yang akan kita temui dalam proses kehidupan kita ini. Tinggal kita mau mengaplikasikannya atau tidak.

Sebelum mengajari anak membaca orangtua perlu memahami dan menyadari bahwa membaca itu adalah aktivitas yang menyenangkan. Jika hal ini kita pahami dengan baik, mengerti metodenya, maka anak akan mampu merasakan perasaan yang sama. Karena banyak orang sebelum mengajak anak masuk ke dunia baca, ia sendiri sudah stress duluan. Mengapa stress? Karena tidak mengerti peta dan medannya dengan baik. Ibarat memasuki wilayah atau hutan yang baru, kita akan dipenuhi dengan rasa was-was, takut kalau nanti di jalan akan mengalami apa, bertemu apa, dan lain-lain kekhawatiran.

Jika kita benar-benar mengenal dunia membaca dengan baik, kita akan tahu bahwa aktivitas membaca haruslah menyenangkan, dilakukan dalam kondisi santai atau rileks, meminimalkan gangguan di sekitar anak, dan mengerti cara kerja otak anak, sehingga kita bisa tahu kapan saatnya berhenti, atau kapan boleh mengetest kemampuan anak. Jika kita berhasil memahami semuanya dengan baik, maka tentu kita bisa melakukannya dengan penuh percaya diri, tidak panik atau emosional, atau terlalu menuntut hasil yang cepat dan sempurna.

Mari perlahan-lahan kita kenalkan anak dengan sebuah dunia yang menyenangkan. Sebuah dunia baca-tulis yang siapa pun yang telah mengenalnya tak akan pernah mau meninggalkannya atau berpisah dengannya. Sebuah gerbang menuju kehidupan yang indah dan memesona, di mana semangat hidup akan terus mengalir bersama waktu yang mengiringinya.                                             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun