[caption id="" align="aligncenter" width="239" caption="https://nanny911casting.files.wordpress.com/2008/09/nanny911logo.png"][/caption]
Entah kenapa tiba-tiba saja saya teringat dengan salah satu tayangan acara di Metro TV sekitar tahun 2008 lalu. Siapa pun saya yakin masih terkesan dengan acara tersebut yang rutin tayang setiap Minggu sore. Sayang umurnya tak panjang karena hanya bertahan beberapa tahun saja. Setelah itu acara ini hilang dari peredaran. Padahal ia terhitung acara yang sangat mendidik dan menuntun banyak keluarga yang kewalahan dalam mengurus anak-anak mereka. Hanya dalam kurun waktu tujuh hari mereka bisa mengubah kekacauan menjadi keteraturan.
Mungkin karena dilatari oleh keprihatinan saya terhadap banyaknya keluh kesah orangtua yang pusing tujuh keliling dalam mengatasi masalah dengan anak-anak merek, saya akhirnya teringat dengan sosok-sosok Nanny ini. Sayangnya hanya berakhir pada sebatas keluhan tanpa usaha yang serius untuk melakukan perubahan. Ada tiga jenis kelompok orangtua yang saya amati  dalam  menyikapi persoalan yang berhubungan dengan anak-anak mereka.
Pertama,orangtua yang masih berada pada level benar-benar tidak tahu alias awam mengenai cara yang benar dalam menghadapi tingkah laku anak yang menyimpang. Kedua, kelompok orangtua yang sudah tahu tapi karena pengetahuan masih setengah-setengah dan napas pun sudah mulai tersengal-sengal untuk belajar, maka berhentilah ia untuk berusaha. Hanya mampu bertahan pada level tahu tapi ketika menemui banyak masalah dalam perjalanannya mereka memilih untuk berhenti dan kembali lagi pada metode lama. Ketiga, kelompok orangtua yang setingkat lebih tinggi lagi. Yakni mereka yang sudah tahu, mau terus belajar dan mengubah segala metode yang tidak lagi sesuai untuk diterapkan pada anak-anak era sekarang. Mau terus bertumbuh dan berproses, pantang menyerah, dan terus melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil yang sudah mereka capai.
Nanny 911 adalah sebuah acara reality show yang banyak mengubah cara mendidik orangtua jaman sekarang. Dalam tempo tujuh hari kehadiran mereka di sebuah rumah (biasanya keluarga yang punya banyak anak), mereka sudah bisa mengidentifikasi akar masalah yang menjadi penyebab ketidakteraturan, ketidakdisiplinan, dan berbagai perilaku-perilaku intoleran lainnya lengkap beserta solusinya. Pada tiap-tiap penghujung hari orangtua dari keluarga tersebut akan duduk bersama untuk mendiskusikan penyebab timbulnya masalah-masalah dan perubahan apa yang diinginkan untuk dilakukan oleh pasangan orangtua ini. Dua sampai empat hari pertama masih ditemukan banyak perlawanan dan pembangkangan dari anak-anak ini (bahkan dari salah satu pasangan), namun perlahan-lahan mereka akhirnya mau bekerja sama, sama-sama mau berubah untuk menciptakan sebuah kehidupan keluarga yang lebih teratur, damai, dan tenteram.
Filososfi mereka sederhana saja: anak nakal tidak dilahirkan, mereka dibentuk, dibentuk oleh orangtua yang tidak mampu berkata tidak, dibentuk oleh orangtua yang tidak pernah menindaklanjuti tingkah laku yang buruk dengan konsekuensi yang tegas, dan dipertegas oleh ketidakmampuan orangtua untuk berkomunikasi.
Sungguh masih banyak keluarga yang sangat membutuhkan bantuan para Nanny ini. Dikarenakan ketidakmampuan mereka mengatasi masalah-masalah yang terjadi sehari-hari dalam rumah dan sekolah anak-anaknya. Mengajak untuk mulai membaca buku-buku kepengasuhan mungkin butuh waktu yang agak lama, sementara masalah terus bertambah dan membesar dari hari ke hari. Saat-saat seperti inilah yang sangat berpotensi memunculkan banyak frustasi, dan akhirnya mengkristal dalam bentuk-bentuk masalah baru yang lain. Ketika situasi ini tiba, tak heran jika banyak tindakan-tindakan tak berperikemanusiaan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak, suami terhadap isteri ataupun sebaliknya, akibat ketidakmampuan mengelola masalah tersebut sejak awal secara step by step.
Dalam kehidupan nyata saat ini, di Indonesia, belum ada sosok-sosok sekaliber Nanny 911. Sebagai alternatif kita bisa menjadikan buku, forum diskusi, seminar, kelompok, atau apa pun namanya untuk dijadikan ajang berbagi pengetahuan kepengasuhan dan saling support satu dengan yang lainnya. Karena setidaknya kita masih percaya pada pepatah yang kurang lebih bunyinya seperti ini: domba yang berjalan sendiri akan lebih mudah diterkam oleh serigala, dibandingkan domba yang berjalan secara berkelompok. Terserah kita memaknai kelompok dalam arti yang sesungguhnya atau dalam arti kiasan. Yang bisa saja kelompok tersebut adalah teman-teman tempat berbagi cerita dan mendapatkan solusi. [caption id="" align="aligncenter" width="250" caption="http://images.fanpop.com/images/image_uploads/Nannies-nanny-911-91216_250_220.jpg"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H