Hari ini untuk yang kesekian kalinya saya harus duduk di depan komputer, mencoba ‘memaksa’ ide-ide saya untuk keluar dalam bentuk tulisan. Bukan untuk siapa-siapa, hanya berusaha menjalankan komitmen saya untuk memproduksi tulisan setiap hari. Sumber ide bisa dari mana saja, bisa dari pengamatan kejadian sehari-hari, atau hasil dari membaca sebuah buku yang menarik.
Dalam proses tersebut, saya sempat dihinggapi perasaan bosan. Seperti biasa ketika sedang mengalami suatu masalah, saya akan berusaha rileks dengan duduk santai tanpa melakukan apa-apa. Seperti malam itu ketika saya mulai memikirkan besok saya akan menulis tentang apa.
Pada saat-saat seperti ini, tangan saya refleks akan menarik apa saja yang tergeletak di atas meja. Karena benda yang paling sering berada di atas meja adalah buku, maka buku itulah yang kemudian menjadi pilihan. Saat itu yang terpilih adalah buku dari mas Hernowo, meskipun di sebelahnya ada juga beberapa buku parenting yang sering saya siapkan untuk menjadi referensi penulisan buku saya.
Sekadar info, mas Hernowo adalah salah seorang penulis puluhan buku yang menginspirasi dalam hal penulisan. Buku-bukunya yang terkenal antara lain: Mengikat Makna Sehari-hari, Vitamin T (Bagaimana mengubah diri lewat membaca dan menulis), Andaikan Buku itu Sepotong Pizza, Langkah Mudah Membuat Buku, Self Digesting, Main-Main dengan Teks ditambah puluhan judul lagi yang tidak sempat saya sebutkan di sini.
Malam itu ketika saya meraih salah satu bukunya (Mengikat Makna Update, Kaifa, 2009), saya menemukan baris-baris kalimat yang sangat membesarkan hati. Pada halaman 149 bab 13, paragraf pertama tertulis: Saya mempraktikkan “mengikat makna” secara terstruktur dan terpola, ada di dalam buku Mengikat Makna Sehari-hari. Dalam buku Mengikat Makna Sehari-hari, saya mencoba memola kegiatan “mengikat makna” yang dapat saya lakukan setiap hari. Setiap hari? Ya, setiap hari. Saya ingin menumbuhkan kemampuana menulis saya dalam sebuah proses yang saya nikmati. Saya yakin bahwa apabila saya dapat melakukan kegiatan menulis secara kontinu dan konsisten, dan ada polanya, pastilah kemampuan menulis itu akan terbentuk dan terus dapat saya tingkatkan. Salah satu tantangan terbesar dalam melakoni kegiatan menulis setiap hari itu adalah kebosanan. Bagaimana mengatasi kebosanan menulis merupakan inti bab ini.
Terus terang saya sudah sering membuktikan, dan kata beberapa teman juga seperti ini. Ketika sedang menghadapi masalah baik besar maupun kecil, biasanya tangan kita akan dituntun untuk meraih sebuah buku yang sesuai dengan permasalah yang sedang dihadapi saat itu, dan membuka halaman yang memuat kalimat-kalimat yang memotivasi, mencerahkan, dan memberikan jalan keluar. Saya selalu takjub dengan keajaiban yang satu ini.
Sungguh luar biasa kekuatan dari sebuah BUKU. Oh iya, menurutnya lagi, karena menulis itu adalah sejenis keterampilan, maka untuk dapat menguasai keterampilan menulis, seseorang perlu berproses menulis atau membiasakan diri menulis dalam rentang waktu yang panjang. Jika keterampilan ini menjadi sebuah kebiasaan, maka hasilnya pasti akan sangat luar biasa. Bukan saja keterampilan menulis yang terus berkembang, namun watak ilmiah penulis pun akan terbangun dan berkembang seiring waktu.
Finally, I’m so glad because I’m on track as a writer.
[caption id="" align="alignleft" width="336" caption="http://dedehsh.files.wordpress.com/2009/12/viewimage-php.jpg"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H