Belakangan ini begitu viral tentang retail-retail di Indonesia yang rontok karena tidak mampu bertahan. Penyebabnya semata-mata bukan karena adanya saingan yang kompetitif, tetapi lebih dari sekedar alasan itu.
Kita tahu saat ini begitu banyak usaha-usaha baru yang bermunculan namun menggunakan metode dan cara baru. Usaha ini dijalankan dengan cara yang berbeda dari retail-retail yang konvensional. Orang sering menyebut usaha ini dengan nama sebutan e-commerce.Â
Apa itu e-commerce?
Menurut wikipedia e-commerce  adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.
Dari fenomena ini, karena penulis berprofesi sebagai pendidik jadi merasa tergelitik ada sesuatu yang harus dilakukan berkaitan dengan kurikulum khususnya dengan pelajaran kewirausahaan yang selama ini diajarkan di tingkat SMA dan SMK.
Pertanyaannya adalah apakah pelajaran kewirausahaan saat ini sudah sesuai dengan perkembangan era e-commerce? Jujur saja jawaban yang kita dapatkan akan mengecewakan, karena kenyataannya materi kewirausahaan yang saat ini amat jauhpanggang dari api .
Saat ini orang untuk menjalankan usahanya tidak perlu lagi harus memiliki toko atau warung. Cukup mereka berusaha di rumahnya namun bisnisnya bisa tetap jalan. Tidak seperti dulu dan hal ini masih diajarkan oleh pelajaran kewirausahaan, bahwa lokasi untuk usaha yang strategis adalah tempat yang ramai, terjangkau dan berada pada pusat perdagangan. Tentu alasan ini bukan lagi sebagai argumentasi yang menarik.
Munculnya start-up seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada dan lainnya mengubah dunia dalam menjalankan penjualan dan pembelian. Begitu juga dengan aspek pemasaran, di mana dunia digital telah mendisrupsi bidang pemasaran.
Perkembangan ini tentu harus cepat direspon dengan melakukan perbaikan kurikulum yang sesuai dengan era sekarang. Untuk pelajaran kewirausahaan yang harus dijawab adalah pertanyaan yang berkaitan tentang bagaimana seharusnya pelajaran kewirausahaan diajarkan oleh sekolah?
Kita semua mengetahui dan ini tidak ada yang perlu disalahkan jika sistem pendidikan memang belum mendukung dan mengakomodir perkembangan terkini. Karena memang teknologi begitu cepat datangnya. Saat ini saja kebijakan publik tertatih-tatih mengikuti perubahan akibat digitaliasi, apalagi dunia pendidikan.
Menyikapi perkembangan yang terjadi, maka dibutuhkanlah kreativitas guru untuk selalu melakukan inovasi dalam materi pelajarannya maupun metode pengajaran. Cara-cara out of the book perlu dilakukan agar pelajaran yang tersaji dalam buku teks mendapatkan pencerahan dan sekaligus pembaharuan sehingga siswa mendapatkan materi yang ter-update.
Sebagai bahan evaluasi bagi para pengajar bahwa era digitalisasi harus disikapi dengan kesiapan diri untuk mampu menguasai teknologi. Ke depan aspek-aspek kehidupan akan bersentuhan dengan digitalisasi.Â
Maka penguasaan teknologi sebagai bagian dari skill mengajar tidak bisa ditawar-tawar lagi. Yang berikutnya adalah masalah knowledge yang harus disesuaikan dengan perkembangan terkini, sekalipun dalam buku teks pelajaran yang ada disekolah belum mengalami perubahan.
Khusus untuk pelajaran kewirausahaan, para guru sudah sewajarnya mengenal apa itu e-commerce, digital marketing, start-up, bisnis online, dan media sosial sebagai bahan ajar. Jangan menunggu materi buku diubah dulu, tetapi cepat dan tanggap dengan perkembangan yang ada sambil memadukan teori yang ada di buku dengan kondisi riil.Â
Dengan demikian tidak hanya pelajarannya yang update tetapi materinya menjadi menarik dan memancing siswa untuk kreatif, inovatif dan mampu menghasilkan sebuah karya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H