Mohon tunggu...
Maulana Zam
Maulana Zam Mohon Tunggu... Teacher and Motivator -

Kerendahan hati adalah kualitas pikir yang sangat mulia. \r\n\r\nBerubah atau Dirubah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana SMK Dapat Menyesuaikan Perubahan Kesempatan Kerja di Era E-Commerce?

27 November 2017   22:43 Diperbarui: 27 November 2017   23:32 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan vokasi saat ini menjadi prioritas utama bagi pembangunan pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah. Hanya pertanyaannya adalah sudah sejauh mana pendidikan vokasi mempersiapkan diri hingga mampu menjawab dan menyesuaikan dengan visi pemerintah?

Ada banyak hal permasalahan yang harus diatasi oleh pendidikan vokasi di Indonesia. Dan permasalahan ini harus diselesaikan secara sistematik dan terprogram tetapi juga tidak terburu-buru dalam menjalankan program yang pada dasarnya belum matang. Contohnya adalah begitu banyaknya mata pelajaran yang harus dimasukkan kedalam kurikulum ditambah lagi jika pemerintah daerah menambah muatan-muatan lokal yang menambah beban bagi siswa.

Ada permasalahan yang menggelitik bagi kita semua. Ternyata kebanyakan siswa SMK tidak tahu persis alasan utama dalam memilih jurusan. Rata-rata jawaban yang disampaikan oleh siswa adalah karena mengikuti pilihan atau arahan orang tuanya atau sekedar ikut-ikutan temannya. Ini artinya adalah pilihan atas jurusan yang mereka tempuh dalam proses pendidikan di sekolah bukan berdasarkan rancangan masa depan yang baik.

Seharusnya pada saat mereka masih duduk dibangku sekolah tingkat SLTP sudah di maping dimana sesungguhnya talent dan bakat mereka. Kewajiban sekolah adalah mengarahkan dan membantu siswa dalam menyampaikan informasi bagaimana mereka harus menjalani rancangan masa depan mereka dengan proses pendidikan yang tepat dan tidak salah jurusan.

Problem bagaimana industri sulit menemukan orang yang tepat, padahal begitu banyak para pencari kerja yang tersedia sampai saat ini belum bisa dijawab dengan implementasi dilapangan. Bisa jadi ketidak mengertian para siswa dalam memilih juruan di awal  proses pendidikan vokasi menjadi salah satu penyebab mengapa lulusan SMK sulit untuk diserap oleh industri. Ibarat mau makan, mereka sudah melihat sajian yang sudah tersedia dan itu harus di makan tanpa memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengolah terlebih dahulu bahan-bahan makanannya hingga menjadi makanan yang dibutuhkan oleh mereka.  Artinya adalah pendidikan vokasi yang mereka tempuh bisa jadi belum disesuaikan dengan talent dan bakat para siswa. Dampaknya adalah peningkatan skill sulit dikembangkan dan begitu lulus, siswa pun tidak kompetitif.

Belum lagi muncul permasalahan yang sudah terasakan oleh para tenaga kerja, dimana efek era e-commerce menjadi momok yang menyebabkan bertambahnya pengangguran.  Usaha retail mengalami kelesuan akibat digitalisasi ekonomi dan bisa jadi akan diikuti oleh sektor perbankan dan jasa lainnya adalah realitas saat ini.

Dari kondisi ini maka pendidikan vokasi di Indonesia harus dibangun dengan visi yang kuat dalam mengantisipasi perubahan jaman. Permasalahan-permasalahan di dalam pendidikan vokasi harus diurai menjadi benang lurus dan tidak lagi menjadi beban bertambahnya jumlah pengangguran.

Belajar dari Perancis, mereka membuktikan bahwa era digitalisasi tidak selalu memberikan dampak buruk bagi penyerapan tenaga kerja. Memang benar dalam kurun 15 tahun terakhir ada 500 ribu pekerjaan yang hilang akibat perkembangan internet. Tetapi Perancis mampu menghasilkan 1,2 juta lapangan pekerjaan baru.

Pengalaman Perancis ini bisa kita jadikan sebagai bahan pertimbangan bagaimana pendidikan vokasi di negara ini harus dibangun. Pertama yang harus dilakukan adalah pemerintah harus membangun pendidikan usia dini dengan kurikulum yang berkarakter dan mampu memberikan pengetahuan kepada setiap siswa dimana sesengguhnya talent dan bakat mereka. Kedua, kurikulum yang saat ini tersedia harus terus bertransformasi dengan melakukan sinkronisasi antara pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri. 

Ketiga, proses pendidikan di sekolah harus mampu membantu siswa dalam merancang masa depan, dengan menjelaskan dimana talent dan bakat mereka. Keempat, Sekolah dan para guru harus dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dan tidak alpa dengan penguasaan teknologi sehingga metode dan strategi mengajar dapat terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. Kelima, sekolah harus memiliki program dalam penguatan karakter peserta didik untuk mengantisipasi era digitalisasi.

Kolaborasi antara pemerintah, pelaku ekonomi dan industri serta pelaku pendidikan harus berada pada posisi yang bergandengan dan saling membutuhkan. Pemerintah berkepentingan agar ekonomi negara berkembang melalui SDM yang mumpuni, Pelaku pendidikan berkepentingan agar lulusannya mudah terserap dan pelaku industri berkepentingan terhadap lulusan sekolah yang bermutu karena membutuhkan itu, maka satu sama lain harus saling mendukung dan membantu.

dipublikasi juga di : maulanazam.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun