Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persib, Harus Berapa Nyawa Lagi yang Hilang?

28 September 2018   21:18 Diperbarui: 1 Oktober 2018   13:23 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya bawa spanduk Persib, dan saya bentangkan di stadion Anfield dengan harapan bisa terekam kamera TV, sayangnya tidak Tahun 2009 saya pindah ke Manchester, kembali saya bawa spanduk Persib dan saya bentangkan di Stadion Old Trafford. Orang-orang Inggris di sekitar stadion bertanya, "What is this, Persib?" Saya jawab, "It is the best football club in the world!" Tidak sampai di situ, saya juga bentangkan spanduk Persib di kota lainnya.

dokpri
dokpri
Saya masih belum puas, awal tahun 2018, saya bawa spanduk dan baju Persib ke benua lainnya, Australia, dan melakukan flash mob angklung di kota Brisbane bersama tim Muhibah Angklung. Tidak sampai di situ, bulan Juli kemarin kami melakukan perjalanan ke Eropa. Kami membuat flash mob angklung di Budapest, Hungaria, bertema "Walking Dead" dengan skenario tiga supporter bola dikejar-kejar zombie dan hantu, baik hantu lokal (pocong, tuyul, dsb.) maupun hantu internasional (vampire, valak, dsb.). 

Ini adalah salah satu usaha kami demi angklung lebih dikenal dunia. Selain supporter Indonesia dengan baju merah dan lambang Garuda di dada, saya juga sertakan seorang supporter Persib. Saya bangga sebagai bangsa Indonesia, dan bangga sebagai supporter Persib. 

dokpri
dokpri
Namun hari ini, kebanggaan itu sirna, ketika melihat video seorang bocah tak berdaya yang sudah terkapar berlumuran darah, terus-menerus ditendangi kepalanya, bahkan dipukul berkali-kali dengan balok kayu sementara puluhan atau bahkan ratusan orang yang mengelilinginya hanya bisa menonton [3]. Dan bahkan lebih menyakitkannya lagi, mereka menganiaya dan menonton kebiadaban ini sambil mengumandangkan kalimat syahadat yang suci, "La ilaaha illallah" [4].

Apa kita masih bisa bangga, memenangkan pertandingan? Bertengger di puncak klasemen? Apa sekarang kita bisa berbahagia merayakan kemenangan ini, sementara di sebuah rumah di Jakarta sana, ada seorang ibu yang terus-menerus menangis karena tidak bisa bertemu lagi dengan anaknya. Ya, Haringga Sirla telah berpulang untuk selama-lamanya.

Apalah artinya juara kalau ada nyawa manusia yang menjadi korban. 

Di saat kita semua sedang berkabung, masih saja ada yang berkata, "Salah sendiri, sudah dibilang jangan datang ke Bandung, malah datang!" 

Serendah itukah kepekaan dan hati nurani kita? Ada seorang ibu yang anaknya dianiaya secara biadab hingga meninggal. Dan dia tidak akan pernah lagi bisa bertemu dengan anaknya. Bagaimana kalau ini terjadi pada keluarga kalian, pada anak, adik atau kakak kalian? Apakah kaliah sudah tidak punya hati nurani lagi?

Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, tidak boleh ada satu pun warga Indonesia yang takut datang ke stadion karena akan dihabisi. Negara macam apa ini, sampai harus ada penduduknya tidak bisa nonton ke stadion karena terancam akan dianiaya oleh supporter klub lawan. Kalau masih ada yang seperti itu, berarti stadion dan kota tersebut tidak layak untuk menyelenggarakan pertandingan, dan klub tersebut tidak layak ada di liga.

Sekarang, bukan kebanggaan yang ada, tapi malu yang semalu-malunya. Jika sekarang seluruh rakyat Indonesia marah dan menghujat kita, memang kita pantas mendapatkan itu semua.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun