Mohon tunggu...
Maulana Kurnia Putra
Maulana Kurnia Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Chief of Representative Daarul Qur'an

Amil zakat dan pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Membahasakan Aksara, Mengaksarakan Bahasa, Perkara!

8 September 2024   05:43 Diperbarui: 8 September 2024   17:01 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelas Menulis dan Menyusun Program Sosial oleh penulis

"Hanacaraka datasawala padajayanya magabathanga" (Ajisaka).

"... kita bicara dalam bahasa ibu, tetapi selalu menulis dalam bahasa "asing". Kesimpulanku, kami penulis sama saja: semua adalah tahanan, residivis, warga gerombolan bertato" (Jean Paul Sartre).

Sejarah aksara adalah sejarah kisah. Ajisaka membangun biografi dan pandangan hidup orang Jawa melalui jagad aksara, bukan dimulai dengan sebuah struktur kata. Setiap aksara merepresentasikan berbagai hal: sejarah, falsafah, nilai, cara pandang, dan konstruk makna.

Aksara bukan sekadar alfabeta, lebih dari itu. Aksara menjadi otonom, individual, dan persuasif.

Di pelbagai kebudayaan di sudut dunia, aksara menceritakan ke-manunggalan manusia dengan jagad gedhe di luar dirinya. Seolah membangun sebuah interelasi tak rampung, aksara menjadi ejawantah pembelajaran. 

Sansekerta, Jawa, Cina, Herogliph, atau lukisan-lukisan di goa purba adalah bukti ke-manunggalan yang terjadi sejak zaman purba. Aksara membangun bahasa dan imajinasi yang tak henti, selalu berulang, dan bergerak keluar dan ke dalam diri manusia: terus ulang alik. 

Melalui aksara, manusia memasuki ruang-ruang gelap, senyap, lalu seringkali terhenyak melihat suatu hal yang lain. Kontemplasi yang terkadang melampaui atau sekedar introspektif.

Dari sinilah, ada kata-kata "budaya" yang dimulai. Melalui aksara, menggerakkan budaya, sebagai tanda bahwa kehidupan manusia tidak berada dalam suatu ruang yang hampa.

Aksara menggerakkan bahasa, dimana bahasa adalah kediaman ada. Bahasa adalah rumah dimana gagasan bergerak, seperti hanacaraka.

Selaik mantra, bahasa mendapatkan kuasa domestiknya, yang otonom dan menggerakkan adab, menggerakkan nalar. Kelahiran penyair dan penulis adalah bukti dari gerak jagad aksara itu sendiri. 

Penyair adalah peracik angan, ketegasan sikap, jiwa, bahasa, dan sudut pandang untuk mencipta atau sekedar pengantar maksud. Dan aksara menjadi sebuah gambaran dimana semua ihwal itu bermakam dan terus bergerak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun