Mohon tunggu...
Maulana Kurnia Putra
Maulana Kurnia Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Chief of Representative Daarul Qur'an dan Social Worker

menjadi manusia bercerita dan memberi manfaat kepada liyan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menakar Krisis, Resiko Akhlak, dan Kompetensi Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045

29 Mei 2024   15:43 Diperbarui: 29 Mei 2024   17:12 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ambang pintu Indonesia Emas 2045, bayangan gemilang kemajuan bangsa beradu dengan realitas kompleks yang dihadapi generasi muda hari ini pada tahun 2024. Di satu sisi, bonus demografi menghadirkan potensi besar, di sisi lain, terdapat berbagai tantangan yang perlu diurai dengan seksama. Tulisan ini sekedar iseng mencatat kondisi masa hari ini, dari saya seorang pekerja sosial yang melihat-memaknai keresahan.

Gelombang bonus demografi menghadirkan peluang emas bagi Indonesia pada masa yang akan datang, tahun 2045 perkiraannya. Generasi muda yang mencapai 70% dari total populasi ini memiliki potensi besar untuk menjadi lokomotif kemajuan. Namun, hal ini juga menghadirkan tantangan dalam menyediakan pendidikan, lapangan kerja, dan infrastruktur yang memadai. Di sinilah peran penting pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan generasi muda dapat berkembang dan berkontribusi secara optimal.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada 2023 terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET) di Indonesia. 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) ini setara dengan 22,25% dari total penduduk Indonesia dengan kategori usia yang sama. Tentu pelbagai faktor dan kondisi memengaruhi situasi demografi ini.

Selain penduduk usia muda dengan situasi NEET yang masih besar, kualitas "calon generasi emas" Indonesia 2045 juga masih harus dipersiapkan secara serius.   Saya akan mengambil hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan 3 tahun sekali. Penelitian ini mengevaluasi prestasi siswa yang berusia 15 tahun dalam disiplin ilmu matematika, membaca, dan sains. Hasil riset PISA memang bertujuan untuk menjadi landasan policy making pendidikan global untuk menyiapkan generasi yang lebih kompeten dan lebih berhasil secara finansial. Hasil riset PISA tahun 2022 yang diumumkan pada 5 Desember 2023, Indonesia berada di peringkat 68 dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371) yang menunjukkan penurunan (learning loss) mencapai 12-13 poin dibandingkan 2018 dan belum terjadi peningkatan kualitas secara signifikan sepanjang 2000-2022.

Hasil tes PISA menunjukkan performa yang mengkhawatirkan dalam hal matematika, sains, dan membaca di kalangan siswa Indonesia. Hanya 18% siswa yang mencapai level 2 matematika, yang berarti mereka hanya mampu memahami dan mengenali representasi matematis sederhana dalam situasi sehari-hari, seperti membandingkan jarak antar rute atau mengkonversi mata uang. Kondisi serupa terjadi di bidang sains dan membaca. Hampir tidak ada siswa berusia 15 tahun yang mencapai level 5 atau 6 dalam matematika, di mana mereka mampu memodelkan situasi kompleks secara matematis dan memilih strategi pemecahan masalah yang tepat.

Skor PISA yang rendah dan stagnan menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia usia 15 tahun masih kurang memiliki kompetensi abad ke-21, seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills/HOTS). Hal ini mencerminkan kualitas pembelajaran yang belum optimal di sekolah-sekolah. 

Data riset PISA 2022 menunjukkan bahwa skor anak-anak Indonesia masih di bawah ambang batas 400, setara dengan level 2-3, yang tergolong rendah. Hasil riset ini mendeskripsikan tentang masih perlunya  upaya serius untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia agar generasi muda dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dalam matematika, sains, dan membaca, serta keterampilan abad ke-21 yang esensial.

Dari perspektif budaya, nilai-nilai luhur Pancasila dan budaya bangsa menjadi fondasi kokoh bagi generasi muda untuk menapaki masa depan Indonesia Emas 2045. Globalisasi dan arus informasi yang deras membawa pengaruh signifikan terhadap budaya lokal. Generasi muda perlu memfilter pengaruh luar dengan bijak, serta menjaga dan melestarikan budaya bangsa sebagai identitas dan sumber kekuatan. BPS pada Maret 2023 merilis bahwa hanya sekitar 12,77% anak muda Indonesia berusia 16-30 tahun yang mengakses internet untuk pembelajaran daring (online). Sebagian besar internet digunakan anak muda usia 16-30 tahun untuk media sosial, berita, hiburan, dan jual beli daring (online). 

Ditambah lagi Data.AI dalam laporan State of Mobile 2024 mengungkap bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 6,05 jam per hari di depan perangkat mobile seperti smartphone dan tablet pada tahun 2023. Angka 6,05 jam per hari ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penggunaan ponsel terlama di dunia sejak tahun 2020. Tren ini menunjukkan peningkatan penggunaan ponsel yang konsisten sejak tahun 2020.

Data riset PISA 2022, BPS 2023, dan Data.AI dapat dielaborasi untuk memroyeksikan anak muda Indonesia ke depan melalui variabel kompetensi dan akses teknologi informasi. Kemajuan teknologi dan disrupsi industri menghadirkan peluang dan tantangan bagi generasi muda di bidang ekonomi. 

Di satu sisi, mereka memiliki akses luas terhadap informasi dan teknologi, membuka peluang untuk berwirausaha dan berkarya di berbagai bidang. Namun, di sisi lain, mereka juga akan dihadapkan pada persaingan global yang ketat dan potensi kesenjangan ekonomi. Penguatan keterampilan dan daya saing menjadi kunci untuk memenangkan persaingan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional yang digadang menjadi momentum Indonesia Emas 2045.

Jika saya diperbolehkan untuk mengasumsikan bahwa agama sebagai modal sosial masyarakat Indonesia, maka saya akan memberikan setidaknya dua hasil riset tentang asumsi saya ini. Pertama, saya akan menambahkan data bagaimana gambaran ekspresi akhlak masyarakat Indonesia hari ini melalui Statistik Kriminalitas 2023 yang dirilis BPS. Secara umum pada tahun 2022, nilai crime clock justru semakin pendek menjadi 1 menit 24 detik, artinya jeda antara satu kejahatan dengan kejahatan lainnya di Indonesia terjadi kurang dari 1,5 menit. Penurunan interval crime clock di tahun 2022 menunjukkan peningkatan intensitas kejadian tindak kejahatan di masyarakat. Dimana interval crime clock pada tahun 2020 adalah 2 menit 7 detik dan pada tahun 2021 adalah 2 menit 11 detik. 

Kedua, dalam keberagamaan misalnya saya akan mengambil riset jumlah Buta Huruf Al-Qur'an di Indonesia yang dilakukan pada tiga momentum berbeda: 2018 oleh BPS, 2019 oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan 2022 oleh Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ). Angka Buta Huruf Al-Qur'an di Indonesia dapat disimpulkan semakin meningkat dari tahun ke tahun: 53,57% pada 2018, 65% pada 2019, dan 72,55% pada 2022. Kedua hasil riset di atas sangat butuh kajian lanjutan untuk menakar korelasi antar faktor dan diteoritisasi, namun tetap dapat menjadi gambaran besar bagaimana kondisi sosial kita hari ini, kondisi dimana anak muda yang kelak menjadi Generasi Emas 2045 bertumbuhkembang.

Secara kualitatif, kita dapat melihat dan menemui kondisi sosial di sekitar. Lemahnya pendidikan adab dan kurangnya keteladanan dari orang tua dan pemimpin bangsa dapat berakibat pada memudarnya nilai-nilai moral dan akhlak mulia generasi penerus. Maraknya tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan perilaku tidak terpuji lainnya menjadi indikator bahwa moralitas generasi muda perlu mendapat perhatian serius. 

Kesenjangan kualitas pendidikan dan kurangnya akses terhadap pelatihan dan keahlian dapat menghambat daya saing generasi muda pada masa depan. Penguatan pendidikan adab, penanaman nilai-nilai agama, penegakan hukum, dan keteladanan dari figur yang dihormati menjadi solusi untuk membangun generasi muda yang berakhlak mulia. Termasuk juga peningkatan mutu pendidikan, penyediaan pelatihan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri, dan perluasan akses informasi dan teknologi menjadi solusi untuk meningkatkan kompetensi generasi muda.

Mencapai Indonesia Emas 2045 membutuhkan kerja sama dan komitmen dari semua pihak. Generasi muda, dengan akhlak mulia, moral yang kuat, dan kompetensi yang tinggi, adalah kunci utama untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Pemerintah, pemangku kepentingan, dan seluruh elemen masyarakat harus bersinergi untuk memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi generasi muda untuk berkembang dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 tidaklah mudah, namun dengan tekad yang bulat, kerja keras, dan kolaborasi dari semua pihak, kita yakin bahwa cita-cita mulia ini dapat diraih. Generasi muda Indonesia, dengan akhlak mulia, moral yang kuat, dan kompetensi yang tinggi, siap menjadi penggerak kemajuan bangsa dan mengantarkan Indonesia menuju masa depan yang gemilang. 

Dan tentunya, manusia Indonesia bukan manusia yang hidup menyendiri: berorientasi kepentingan sendiri, untuk diri sendiri. Bung Karno menuliskan dalam Di Bawah Bendera Revolusi Jilid 1 (1959) bahwa: nasionalisme kita adalah nasionalisme ke-Timuran, nasionalisme yang bangun bersama-sama. Tabik.

Salam,

menjelang Hari Lahirnya Pancasila

Yogyakarta, 29 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun