Islam, memegang peranan sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sejak dini, anak-anak diajarkan untuk membaca, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Proses pembelajaran Al-Qur'an ini tidak hanya melibatkan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan identitas keagamaan.
Al-Qur'an, kitab suci umatSecara sosiologis, pembelajaran Al-Qur'an dapat dilihat sebagai sebuah fenomena sosial yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti struktur sosial, nilai-nilai budaya, serta interaksi antar individu dan kelompok. Lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti masjid, mushola, pesantren, dan Rumah Tahfizh menjadi wadah utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran Al-Qur'an di tengah masyarakat Indonesia. Di tempat-tempat ini, anak-anak diajarkan tidak hanya tentang bacaan Al-Qur'an, tetapi juga tentang norma-norma agama dan tradisi Islam yang pada akhirnya menjaga keluhuran nilai dan adab manusia Indonesia.
Peran guru Al-Qur'an sangatlah penting dalam memandu dan membimbing para murid. Guru yang kompeten tidak hanya memiliki pengetahuan agama yang mendalam, tetapi juga memiliki kemampuan pedagogis yang baik untuk menyampaikan materi dengan cara yang mudah dipahami oleh murid. Interaksi antara guru dan murid dalam proses pembelajaran Al-Qur'an turut membentuk dinamika sosial dan hubungan interpersonal dalam komunitas Muslim. Guru Al-Qur'an juga berperan sentral dalam menumbuhkan kecintaan para santri kepada ilmu pengetahuan dan penjagaan otentisitas Al-Qur'an.
Analisis budaya terhadap pembelajaran Al-Qur'an dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna dan fungsi Al-Qur'an dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tradisi mengaji Al-Qur'an telah menjadi bagian integral dari budaya dan identitas masyarakat Muslim di Indonesia.Â
Ritual-ritual keagamaan, seperti tadarus dan khataman Al-Qur'an, menjadi momen penting dalam memperkuat solidaritas sosial dan komunitas. Sangat sering kita temui pelbagai ejawantah nilai keagamaan di tengah kehidupan sosial, budaya, ekonomi, hingga politik.
Kajian budaya juga dapat mengungkapkan variasi lokal dalam praktik pembelajaran Al-Qur'an di berbagai daerah di Indonesia. Variasi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti etnis, bahasa, dan tradisi setempat. Memahami variasi-variasi ini penting untuk menghargai kekayaan budaya dan tradisi Islam di Indonesia yang menjadi khazanah religiusitas di dunia.
Islam, memainkan peran penting dalam membentuk kebudayaan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai agama tertanam dalam berbagai aspek kehidupan, seperti adat istiadat, seni, dan bahasa. Pembelajaran Al-Qur'an menjadi salah satu sarana penting untuk mentransmisikan nilai-nilai agama dan budaya kepada generasi penerus.Â
Kebudayaan Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam memiliki peran penting dalam menjaga harmoni dan persatuan bangsa. Toleransi, saling menghormati, dan gotong royong merupakan nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam agama dan menjadi fondasi bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk sejak sebelum kemerdekaan hingga hari ini.
Pembelajaran Al-Qur'an di Indonesia merupakan fenomena kompleks yang tidak dapat dipahami secara sempit. Dengan menggabungkan perspektif sosiologi, antropologi, dan kebudayaan, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang peran guru Al-Qur'an, kompetensi yang dibutuhkan, dan fungsi agama sebagai basis kebudayaan di Indonesia.
Memahami konteks sosial, budaya, dan historis ini penting untuk mengembangkan strategi pembelajaran Al-Qur'an yang efektif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Harapannya, dengan pelbagai pengembangan pembelajaran Al-Qur'an di Rumah Tahfizh, masjid, mushola, pesantren, dan lembaga pendidikan lainnya dapat menjadi bukti bahwa Al-Qur'an itu "menyala" di tengah-tengah kita. Bahwa juga, salah satu bukti Al-Qur'an tetap "menyala" di tengah kita adalah menjaga manusia Indonesia untuk menjadi melangitkan tauhidnya dengan tetap membumikan adabnya kepada sesama ciptaan.
Bismillaah, dalam perjalanan kereta menuju Jawa Timur pagi ini, tulisan ringan ini saya ketik, mengawali perjalanan membangun basis kelembagaan Asosiasi Rumah Tahfizh Indonesia (ARTI). Misi perjalanan kali ini adalah membangun sistem satu data gerakan Tahfizhul Qur'an di Indonesia untuk menjaga dan mengembangkan kompetensi hingga penjagaan tradisi sanad masyarakat Tahfizh Indonesia.
Salam,
Madiun, 30 Mei 2024
Maulana Kurnia Putra, S.Sos., MA.
Sekretaris Umum ARTI 2023-2026
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H