—--Rabu (04/10/23), sekelompok Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prodi S1 Ekonomi Pembangunan melakukan observasi dan wawancara secara langsung berkenaan dengan perekonomian dan sistem tanam salah seorang petani jeruk Bapak Zaenal, di Desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Observasi dilaksanakan oleh 4 mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yaitu Ahmad Iqsan Saktiawan, Kristin Dwi Anggraeni, Maulana Ilham Mantovany, dan Novidya Eka Putri Hariadji dengan dibina oleh Prof. Dr. Imam Mukhlis., SE., M.Si. dan Agung Nugroho, S.Pd, M.Pd yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah atau hambatan yang dialami oleh salah satu petani jeruk di sana, yaitu Bapak Zaenal.Â
Awalnya, bapak Zaenal hanya berkebun anggur untuk sekedar menjalankan hobi di halaman rumahnya. Tetapi suatu hari, pak Zaenal melihat sebuah vidio youtube Bayu Diningrat yang membuatnya terinspirasi untuk bertani di sela waktu senggang saat tidak memiliki proyek yang akan ia kerjakan sampai sekarang.Â
Saat ini bapak Zaenal menghadapi beberapa tantangan dalam kegiatan bertaninya, yaitu meningkatnya harga pupuk kimia dan murahnya harga jual jeruk peras yang ditanam oleh bapak Zaenal. Kenaikan harga pupuk kimia membuat para petani yang salah satunya adalah bapak Zaenal, harus merogoh kocek produksi yang lebih. Naiknya harga pupuk tidaklah ikut merubah harga buah jeruk itu sendiri, dengan tetapnya harga jual buah jeruk sementara pupuk yang dibeli mahal akan merugikan pak Zaenal juga petani lainnya.Â
Terdapat pupuk subsidi bagi para petani di wilayah pertanian jeruk Desa Karangwidoro, tetapi bapak Zaenal tidak mendapatkan pupuk subsidi tersebut. Hal itu karena bapak Zaenal tidak mengikuti perkumpulan petani di daerah Karangwidoro, yang mana perkumpulan tersebut berisikan petani-petani penduduk asli daerah tersebut.Â
Selain mahal, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan tanah di lahan pak Zaenal menjadi rusak dan mati. Setelah penggunaan pupuk kimia selama 3 sampai 4 tahun, sekarang  Pak Zaenal mencoba untuk mengatasi masalahnya dengan menggemburkan tanah miliknya dan mulai beralih ke pupuk organik buatan sendiri dengan menggunakan bahan-bahan organik seperti sisa makanan dan daun-daunan yang mana lebih ekonomis dan tidak merusak tanah. Meskipun peralihan pupuk tersebut kemungkinan akan membuat kualitas hasil jeruk menurun di awal, penggunaan pupuk organik akan memberikan hasil yang lebih maksimal dalam jangka panjang bagi lahan itu sendiri juga orang yang mengonsumsinya.Â
Bapak Zaenal juga berencana untuk menggunakan lahan tani bagian belakang miliknya untuk beternak kambing dan ayam, yang mana kotorannya dapat beliau gunakan untuk membuat pupuk organik. Dengan ini, menghemat biaya produksi bukanlah hal yang mustahil lagi untuk pak Zaenal.Â
Permasalahan lain Bapak Zaenal adalah murahnya harga jeruk peras di pasaran, yang membuat pak Zaenal beralih untuk menanam jeruk siam madu dengan penggunaan metode stek. Menurut Pak Zaenal, harga jeruk peras di pasaran sekitar Rp3.000 per kilo bahkan harga termurahnya pun bisa sampai Rp2.500 per kilo. Harga tersebut tidaklah sepadan dengan usaha yang sudah Pak Zaenal lakukan, berbeda dengan jeruk siam madu yang mana harga termurahnya hanya mencapai Rp7.000 per kilo.Â
Pak Zaenal berusaha dan berharap dapat memanen jeruknya di saat tidak panen raya, ini dikarenakan saat panen raya banyak sekali buah jeruk yang akan ada dan di jual di pasaran yang mana para petani dan pedagang akan berlomba-lomba dan berperang harga termurah dalam menjual jeruk milik mereka. Saat panen raya, harga buah tertentu akan turun karena jumlahnya yang banyak, sedangkan sebaliknya saat sedang tidak panen raya, harga buah tersebut akan tetap laku dalam harga yang lebih mahal daripada yang biasanya. Panen di tahun sebelumnya, Pak Zaenal mendapatkan hasil panen kotor jeruk peras sebanyak Rp15.000.000 dengan biaya produksi Rp6.000.000 selama menggunakan pupuk kimia. Beliau berkeinginan agar dalam panen jeruk siam madu dengan metode stek miliknya tahun depan akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan pupuk organik.
Peralihan jenis jeruk peras ke siam madu menggunakan metode stek dengan menggabungkan batang jeruk baru ke batang jeruk lama oleh pak Zaenal diyakini lebih efektif dan efisien waktu daripada menanam bibit ataupun biji pohon jeruk baru. Dengan metode stek akan dapat mengurangi resiko gagal tanam seperti menanam mulai dari awal dengan biji jeruk. Metode stek jeruk yang pak Zaenal lakukan pun sudah mulai tumbuh dengan baik karena dirawat dengan sungguh-sungguh dan telaten.Â