Dari temuan yang disampaikan oleh Venkatesh et al. (2020), jelas bahwa metode agile menawarkan solusi yang signifikan dalam mengurangi kelelahan kerja pengembang perangkat lunak, tetapi manfaat ini sangat bergantung pada keterampilan organisasi individu. Penggunaan agile yang lebih intensif mampu memperjelas peran dan mengurangi konflik, yang berkontribusi besar pada peningkatan kesejahteraan kerja. Namun, perusahaan perlu menyadari bahwa adopsi agile saja tidak cukup; perlu ada investasi dalam pelatihan keterampilan interpersonal dan manajemen tim untuk memastikan bahwa pengembang dapat bekerja secara efektif dalam lingkungan yang sangat kolaboratif dan dinamis ini.
Selain itu, penelitian ini menekankan pentingnya keterlibatan aktif dari semua stakeholder, termasuk pelanggan, dalam setiap tahap pengembangan. Interaksi rutin antara pengembang, manajer proyek, dan pelanggan tidak hanya memperbaiki kualitas produk, tetapi juga mengurangi potensi konflik peran yang sering kali menjadi sumber utama kelelahan. Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran pelanggan dalam tim agile dapat menurunkan konflik peran sebesar 18%, yang sangat krusial untuk keberhasilan proyek.
Secara keseluruhan, penerapan metode agile bukanlah hanya soal peningkatan kecepatan atau fleksibilitas teknis, tetapi juga soal membangun fondasi komunikasi dan kolaborasi yang kuat dalam tim. Dengan pemahaman dan dukungan yang tepat, agile dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif bagi pengembang perangkat lunak.
Referensi
Venkatesh, V., Thong, J. Y. L., Chan, F. K. Y., Hoehle, H., & Spohrer, K. (2020). How agile software development methods reduce work exhaustion: Insights on role perceptions and organizational skills. Information Systems Journal, 30(4), 733–761. https://doi.org/10.1111/isj.12282
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H