Mohon tunggu...
Maulana Haekal Noval Akbar
Maulana Haekal Noval Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hobi utama saya adalah pemrograman dan coding. Saya menikmati tantangan dalam menyelesaikan proyek-proyek coding, belajar teknologi baru, serta berpartisipasi dalam proyek open source. Selain itu, saya tertarik untuk mengeksplorasi berbagai aspek dalam pengembangan perangkat lunak, termasuk pengembangan aplikasi pribadi, pembelajaran teknologi terbaru, dan pemecahan masalah algoritmik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Inovasi Multicore, Meningkatkan Kinerja dan Efisiensi Energi

18 September 2024   09:00 Diperbarui: 18 September 2024   09:07 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Multicore processor (Sumber: https://eraspace.com)

Inovasi Multicore: Meningkatkan Kinerja dan Efisiensi Energi

Perkembangan teknologi komputasi multicore telah membawa perubahan revolusioner dalam dunia komputasi modern, terutama dalam merespons kebutuhan akan performa yang lebih tinggi dan efisiensi energi yang lebih baik. H. Sarbazi-Azad dan N. Bagherzadeh dalam artikel mereka berjudul "Multicore Computing Systems: Architecture, Programming Tools, and Applications" yang dipublikasikan di Journal of Computer and System Sciences pada tahun 2012, menggambarkan bagaimana teknologi ini telah menjadi tulang punggung dari banyak sistem komputasi yang ada saat ini, mulai dari perangkat mobile hingga superkomputer.

Dengan memanfaatkan paralelisme di berbagai level komputasi, sistem multicore mampu meningkatkan throughput tanpa harus meningkatkan frekuensi clock yang dapat memperbesar konsumsi daya dan panas. Teknologi VLSI (Very-Large-Scale Integration) 3D, salah satu inovasi yang mendukung perkembangan ini, memungkinkan desain sistem on-chip (SoC) yang lebih kompleks, dengan konektivitas antar-core yang lebih efisien. Pada tahun 2010, multicore mendominasi lebih dari 80% pasar prosesor untuk sistem komputasi high-performance, sebuah angka yang terus meningkat seiring dengan kebutuhan industri yang lebih luas akan daya komputasi yang hemat energi.

Para peneliti seperti Sarbazi-Azad menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam mengembangkan arsitektur dan algoritma untuk sistem ini. Tidak hanya soal kecepatan, tetapi juga bagaimana sistem ini dapat mengelola beban kerja secara efisien, menjaga keseimbangan antara kinerja dan konsumsi daya. Pendekatan seperti adaptive routing, yang disajikan dalam penelitian ini, menambah dimensi baru dalam cara kita memandang desain multicore, khususnya dalam bagaimana lalu lintas data diatur untuk mencegah kemacetan dan memastikan performa optimal tanpa memakan terlalu banyak sumber daya.

####

Dalam dunia komputasi modern, tantangan terbesar dari arsitektur multicore terletak pada pengelolaan sumber daya yang efisien. Berdasarkan penelitian H. Sarbazi-Azad dan N. Bagherzadeh, ada beberapa inovasi penting yang telah diajukan untuk meningkatkan efisiensi sistem multicore, termasuk algoritma routing adaptif yang dapat menyeimbangkan lalu lintas data antar-core. Algoritma ini sangat penting, mengingat pada 2020, rata-rata sistem multicore menghadapi peningkatan beban kerja sebesar 15-20% per tahun seiring dengan pertumbuhan data yang diolah.

Salah satu metode yang disoroti dalam penelitian mereka adalah penggunaan Network-on-Chip (NoC) yang dirancang untuk mengatasi tantangan kemacetan dan pengelolaan energi pada sistem multicore. Dalam simulasi, arsitektur NoC yang diusulkan mampu meningkatkan throughput sistem hingga 30%, sementara latensi jaringan dapat diturunkan hingga 18%. Ini memberikan bukti bahwa desain inovatif dalam routing dan penyeimbangan beban dapat secara signifikan memperbaiki performa sistem multicore tanpa harus meningkatkan konsumsi daya secara drastis.

Selain itu, teknologi Globally Asynchronous Locally Synchronous (GALS) yang diperkenalkan dalam penelitian ini juga menawarkan cara untuk mengurangi konsumsi energi melalui partisi voltage-frequency islands. Pada studi yang dilakukan pada sistem real-time embedded, penerapan teknik ini mampu mengurangi konsumsi daya hingga 47%. Dengan pendekatan GALS, setiap bagian dari prosesor dapat beroperasi pada frekuensi dan tegangan yang berbeda sesuai dengan beban kerja yang dihadapi, memungkinkan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan arsitektur tradisional.

Penelitian ini juga memanfaatkan pendekatan berbasis genetika, yang dikenal sebagai Multi-Objective Genetic Algorithm (MOGA), untuk memetakan aplikasi pada topologi jaringan. MOGA mampu menghasilkan solusi optimal untuk masalah pemetaan ini dengan mempertimbangkan metrik seperti latensi dan konsumsi daya. Dalam eksperimen yang dilakukan, algoritma ini dapat mengurangi konsumsi daya hingga 20% dibandingkan metode tradisional, dan tetap mempertahankan latensi yang rendah. Hasil ini sangat penting dalam desain chip modern, di mana konsumsi daya dan performa sering kali menjadi faktor penentu utama dalam pemilihan arsitektur.

Dengan demikian, pendekatan-pendekatan ini menggambarkan pentingnya inovasi tidak hanya dalam meningkatkan kinerja sistem, tetapi juga dalam memastikan bahwa solusi tersebut dapat diterapkan secara efektif pada skala yang lebih besar. Sarbazi-Azad dan Bagherzadeh tidak hanya menunjukkan manfaat dari desain yang mereka usulkan, tetapi juga memberikan fondasi bagi penelitian lebih lanjut dalam pengembangan sistem multicore yang lebih hemat energi dan lebih terukur di masa depan.

####

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun