Mohon tunggu...
Maulana Haekal Noval Akbar
Maulana Haekal Noval Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hobi utama saya adalah pemrograman dan coding. Saya menikmati tantangan dalam menyelesaikan proyek-proyek coding, belajar teknologi baru, serta berpartisipasi dalam proyek open source. Selain itu, saya tertarik untuk mengeksplorasi berbagai aspek dalam pengembangan perangkat lunak, termasuk pengembangan aplikasi pribadi, pembelajaran teknologi terbaru, dan pemecahan masalah algoritmik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Empat Gaya Manajemen Proyek untuk Mengoptimalkan Agile

13 September 2024   22:49 Diperbarui: 13 September 2024   22:56 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat Gaya Manajemen Proyek untuk Mengoptimalkan Agile

Dalam beberapa tahun terakhir, metode agile telah menjadi primadona dalam pengelolaan proyek pengembangan sistem informasi (ISD). Namun, penerapannya tidak terlepas dari tantangan besar terkait keseimbangan antara otonomi dan kontrol. Penelitian terbaru oleh Virag et al. (2024) dalam artikel berjudul "Agile Project Management Styles and Control Ambidexterity in Agile Information Systems Development Projects: An Exploratory Case Study" menawarkan perspektif baru tentang bagaimana gaya manajemen proyek dapat memainkan peran kunci dalam menghadapi dilema ini. Berdasarkan studi kasus mendalam di departemen IT sebuah perusahaan pengiriman kontainer multinasional, penelitian ini mengidentifikasi empat gaya manajemen proyek yang unik---Landscaper, Buddy, Detective, dan Commander---yang masing-masing menawarkan pendekatan berbeda terhadap ambidexterity kontrol.

Di era di mana 70% perusahaan IT telah mengadopsi metode agile untuk mengelola proyek mereka (Digital.ai, 2021), penting bagi kita untuk memahami bahwa penerapan agile bukan sekadar tentang membebaskan tim dari kontrol tradisional. Sebaliknya, ada kebutuhan mendesak untuk menyeimbangkan kontrol formal dan informal agar tetap selaras dengan tujuan proyek yang lebih besar. Artikel ini menggarisbawahi bahwa meskipun agile berfokus pada otonomi dan kolaborasi, kontrol tetap diperlukan untuk menjaga stabilitas dan efisiensi. Dalam konteks ini, teori kontrol seperti agensi, stewardship, dan sinyal memainkan peran penting dalam membantu manajer proyek menentukan pendekatan kontrol yang tepat sesuai dengan situasi spesifik proyek.

Dengan semakin banyak organisasi yang menerapkan metode agile, menjadi jelas bahwa satu pendekatan tidak akan cukup. Artikel ini menggarisbawahi perlunya fleksibilitas dalam gaya manajemen proyek untuk mencapai tujuan yang optimal. Namun, pertanyaannya adalah, bagaimana manajer proyek dapat mengadopsi gaya manajemen yang fleksibel tanpa mengorbankan struktur dan pengawasan yang diperlukan? Jawaban atas pertanyaan ini tidak hanya relevan bagi para praktisi, tetapi juga menawarkan wawasan penting bagi para akademisi yang mengeksplorasi dinamika kontrol dalam pengembangan sistem informasi.

####

Artikel yang ditulis oleh Virag et al. (2024) menyajikan temuan menarik tentang bagaimana ambidexterity kontrol---kemampuan untuk menggabungkan dua pendekatan kontrol yang bertentangan---dapat diterapkan secara efektif dalam proyek ISD yang menggunakan metode agile. Penelitian ini menemukan bahwa gaya manajemen yang beragam, seperti Landscaper, Buddy, Detective, dan Commander, memiliki implikasi yang signifikan dalam menentukan keberhasilan proyek. Masing-masing gaya ini memiliki pendekatan unik terhadap kontrol, yang berusaha menyeimbangkan antara kebutuhan untuk memberikan otonomi kepada tim dan kebutuhan untuk menjaga kontrol yang diperlukan untuk mencapai tujuan proyek.

Sebagai contoh, gaya Landscaper berfokus pada menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan mendorong otonomi, dengan asumsi bahwa anggota tim akan bertindak secara pro-organisasional. Sebaliknya, gaya Commander lebih menekankan pada pendekatan top-down yang mengutamakan pengawasan ketat dan pengendalian yang ketat terhadap aktivitas tim. Temuan ini penting mengingat survei dari Digital.ai (2021) yang menunjukkan bahwa 54% proyek agile mengalami kegagalan karena kurangnya kontrol yang memadai dan kejelasan tujuan proyek. Fakta ini menyoroti perlunya pendekatan ambidexterity kontrol dalam manajemen proyek agile untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.

Lebih jauh, penelitian ini menekankan pentingnya penyesuaian konteksual dari gaya manajemen proyek. Sebagai contoh, gaya Detective menggunakan pendekatan kontrol yang berbasis pada bukti dan indikator perilaku untuk menilai kepatuhan anggota tim terhadap harapan proyek. Gaya ini relevan dalam situasi di mana ada ketidakpastian mengenai kompetensi dan komitmen anggota tim. Di sisi lain, gaya Buddy memprioritaskan penciptaan ikatan emosional dan hubungan sosial yang kuat dalam tim untuk meningkatkan kolaborasi dan koordinasi, sebuah pendekatan yang mungkin lebih efektif di lingkungan kerja yang memerlukan interaksi intensif dan kolaboratif.

Pentingnya fleksibilitas dalam mengadopsi gaya manajemen proyek ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa 82% perusahaan yang berhasil menerapkan metode agile mengakui perlunya adaptasi dan penyesuaian dalam gaya kepemimpinan dan kontrol (Digital.ai, 2020). Selain itu, penelitian ini juga memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur kontrol ISD dengan memperkenalkan konsep ambidexterity kontrol sebagai solusi yang dapat diterapkan dalam proyek agile. Konsep ini memungkinkan manajer proyek untuk tidak hanya fokus pada hasil akhir tetapi juga proses yang lebih dinamis dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan proyek.

Dengan demikian, artikel ini tidak hanya menambah pemahaman kita tentang bagaimana gaya manajemen proyek dapat digunakan untuk menavigasi tantangan unik dari metode agile, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya ambidexterity kontrol dalam menciptakan lingkungan kerja yang seimbang antara otonomi dan kontrol. Ini adalah panggilan untuk para manajer proyek agar lebih reflektif dan adaptif dalam mengelola tim mereka, memahami bahwa tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua situasi.

####

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun