Mohon tunggu...
Maulana Gustti
Maulana Gustti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Write to Live to Write

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

KETIKA KABAR ITU SAMPAI

13 Agustus 2013   08:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:22 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13763561541331570756

http://berkozturk.deviantart.com Kamu adalah puisiku selama bertahun – tahun Ada ku titipkan napasku di dalamnya, ada denyut darah nadiku mengalir di setiap baitnya Ada telapak – telapak kaki harapan yang semakin menghitam Penanda jejak kian akan sulit di hapuskan Juga ada tumit – tumit yang telah pecah Penanda penantian mungkin akan segera berakhir resah Mungkin benar. . . Perasaan yang tidak pernah di ungkapkan itu seperti, kado yang tidak pernah sampai ketangan penerimanya Dan kini tiba hari dimana aku dipaksa untuk tersadar dari semua Kalau waktu memang di ciptakan hanya untuk menunda luka Iya, aku bukan hanya tersadar tapi bahkan aku seperti berhenti bernapas tiba – tiba Ternyata kematian tidak hanya perihal tentang malaikat Izrail yang datang untuk mencabut nyawa. Tapi juga tentang kabar dimana kau akan Menikah itu akhirnya sampai ke telingaku. Seketika mimpiku pecah, aku merasa kematian sudah langsung masuk perlahan melalui pori dan lubang hidungku, disetiap detik aku mengingatnya. Semuanya nampak buram Aku benar – benar tepat berada di persimpangan sekarang Dimana semuanya mulai terdiam dan cuman bekas angan – angan belaka Aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali bertemu Namun mungkin hanya seperti hujan yang jatuh ke tanah Cintaku jatuh hanya untuk kau injak, menggenang ia sebentar kemudian lenyap Jujur. . . Aku benci ketika aku harus mengaku kalah Kalah dengan keadaan apalagi harus merasa kalah dengan lelaki pilihanmu Hubungan itu telah mencuri hatimu. . . Menawannya di puncak tertinggi harapan anak manusia. Hidup Bahagia~ Wahai wanita yang mungkin begitu kecil di mata dunia, yang terlalu jelas di lihat Tuhan. Walauku simpan di dalam hati. Bila memang kita tidak dijanjikan untuk hidup saling mengikat janji didepan Tuhan, setidaknya ingatlah Aku pernah mencoba menentang takdir-NYA untuk memperjuangkanmu.

Sendirian~

~MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun