58 tahun yang lalu, pada tanggal 18 Juli 1961 M bertepatan dengan 5 Safar 1381 H Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) telah resmi terbentuk. Berdirinya IPM tidak lepas dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar.
Menurut Azaki Khoirudin, jauh sebelum itu pelajar Muhammadiyah di beberapa daerah sudah mulai berhimpun dan bergerak untuk mendirikan sebuah organisasi khusus pelajar Muhammadiyah. Namun, karena situasi dan kondisi politik dan sosial di Indonesia padatahun 60-an, yaitu pada masa berjayanya orde lama dan PKI, Muhammadiyah mendapat penentangan yang begitu berat untuk menegakkan dan menjalankan tujuannya. Oleh karena itu, IPM terpanggil untuk mendukung tujuan Muhammadiyah serta menjadi Pelopor, Pelangsung dan Penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Dengan demikian, kelahiran IPM mempunyai dua nilai strategis. Pertama, IPM sebagai aksentuator gerakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan pelajar. Kedua, IPM sebagai wadah kaderisasi Muhammadiyah yang mengemban tujuan ideologis Muhammadiyah pada masa kini dan mendatang.
IPM telah menjawab tantangan setengah abad lebih lamanya. Banyak dinamika yang telah dilalui, baik dinamika sosial, politik, bahkan dinamika organisasi yang telah dirasakannya. Dengan adanya afirmasi dan penguatan ideologi serta paradigma gerakan, IPM mampu melalui problem zaman tersebut. Tentu semua tak mudah untuk dilalui, sebab perkembangan zaman yang terus berjalan membuat tantangan menjadi semakin besar.
Saya memilih Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Ikatan yang membuat saya keluar dari 'zona nyaman' yang saya alami. Sebab saya tahu bahwa sejatinya pemimpin tidak lahir dari 'zona nyaman'. Ketika kita telah menjadi kader IPM, secara tidak langsung kita mewakafkan diri sekaligus memperkuat ideologi dalam berIPM dan berMuhammadiyah. 58 tahun lamanya merupakan sebuah sejarah yang menjadikan begitu banyak orang hebat terbentuk dari ikatan ini. Generasi muda yang terampil, berilmu dan berakhlak mulia sesuai dengan misi IPM.
Dengan berIPM kita akan tersadar akan halnya kekeluargaan dalam artian bahwa jiwa kekeluargaan kita akan muncul dengan sendirinya. Jadikan IPM itu menjadi rumah kedua yang di dalamnya terdapat Ayahanda Muhammadiyah yang berperan sebagai seorang Ayah yang selalu mengarahkan; Ibunda Aisyiyah sebagai Ibu yang senantiasa mengingatkan kita jikalau salah dalam melangkah; dan Kakanda Pemuda Muhammadiyah dan Ayunda Nasyiatul Aisyiyah sebagai Kakak yang tidak henti - hentinya memperingati kita akan halnya amanah.
Maka dalam tulisan ini, saya berharap untuk seluruh kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) pada dasarnya menjadi ujung tombak pergerakan Muhammadiyah. Mari timbulkan kesadaran diri kita akan pentingnya sebuah amanah, sebab amanah tidak pernah salah memilih pundak, akan tetapi kita selalu salah memundaki amanah tersebut. Luruskan niat kita karena Allah SWT agar dengan berIPM kita mendapat ridaNya. Jangan menjadi kader yang apatis atau acuh tak acuh terhadap ikatan. Hilangkan hal yang seperti itu. Ini masih langkah awal. Esok, jikalau umur sudah tidak mengizinkan lagi untuk berIPM secara struktural, maka biarkanlah darah kita tetap merasakan eksistensi berIPM dengan cara kita.
Mengutip perkataan dari pendiri Muhammadiyah yaitu KH. Ahmad Dahlan, "Muhammadiyah sekarang ini, lain dengan muhammadiyah yang akan datang. Maka, teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru, kembalilah kepada muhammadiyah, jadilah master, insinyur dan lain-lainnya dan kembalilah kepada muhammadiyah".
Selamat Milad Ikatanku, Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang ke 58. Terima kasih telah menjadi tempat terbaik, mempertemukan dengan orang - orang yang hebat, memberi pelajaran yang luar biasa dalam hidup, dan menjadi tempat belajar sebuah arti keikhlasan.
#selamatmiladikatanku
#milad58ipm
#terimakasihipm
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H