Semua pujian yang telah kami sebutkan itu tercakup dalam lafad , dengan faedah dari Al Ta'rif yg telah kami sebutkan.
Kemudian lafad , lafad ini terdiri dari 2 kalimat yaitu lam huruf jer yang memiliki faedah (menunjukan makna kepemilikkan) dan disandarkan kepada lafdul jalalah . Jika digabungkan dengan kalimat awal yakni , maka dapat diambil suatu natijah bahwasannya semua puji-pujian yang berjumlah 4 macam itu mutlak semua hanya milik Allah Ta'ala. Jadi, jikalau kita mengucapkan suatu pujian baik kepada Allah Ta'ala atau sesama makhluk maka pada hakikatnya kita sedang memuji Allah Ta'ala. Semua pujian itu hanya kembali pada-Nya semata.
Dengan makna ini kita semakin paham bahwa apa saja yang ada pada diri kita itu merupakan nikmat dan anugrah dari Allah Azza Wa Jalla, lalu apa yang kita sombongkan atas apa yang kita miliki?. Jika ada memuji diri kita, pada hakikatnya mereka memuji satir (penutup) dari Allah yang menutupi semua aib dan keburukan kita. Dengan demikian kita akan menjadi lebih tawadhu' serta berhati-hati dalam menjalani alur kehidupan. Selain itu, kita akan selalu mengakui kelemahan kita tanpa hidayah dan pertolongan dari-Nya.
Kalimat tahmid diatas juga merupakan isim makrifat, yang dimana subtansi makna sudah seharusnya diketahui oleh orang-orang yang berakal. Bukankah Surah Al Fatihah merupakan surat yang minimal kita baca 17 hari dalam sehari semalam? Lantas mengapa banyak diantara kita yang belum memahami makna-makna didalamnya?.
Kesalahan bukan terletak pada Al Qur'an, juga tidak terletak pada ibadah kita. Coba tanyakan pada diri kita masing-masing !
Seberapa jauh kita dengan Al Qur'an dan Sang Pemilik Kehidupan?.
"Tidak ada daya untuk menjauhi maksiat, dan tidak ada kekuatan dalam ibadah kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H