Mohon tunggu...
Danny Maulana
Danny Maulana Mohon Tunggu... -

Full time Video Journalist, Broadcaster, Photoholic, Half Time Reader, Words Collector, Movie Geek, Intergalactic Voyager and Dream Catcher.\r\n\r\nSekedar catatan: www.maulanadanny.wordpress.com\r\n\r\nJurnal wisata: www.dannioo.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Harusnya Ini Malamku Bercinta Dengannya

26 September 2011   03:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:37 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lampu kamarmu masih terang. Suara cowok di dalamnya terus menggangguku. Sudah pukul setengah satu pagi dan pacarmu belum pulang juga. Padahal ini malam sabtu. Harusnya ini malamku bercinta denganmu Artika. Kau lupa dengan janjimu? Atau kau sudah merasa makin mahir dan enggan latihan lagi denganku?

***

“Hi…aku Artika.” Kau langsung mengulurkan tanganmu saat pertama kali muncul di depan kamarku. Untung saat itu pacarku tak ada dan aku tidak sedang nonton “film”.

“Hi…aku Pandhu. Kamu yang ngekost di kamar depanku ya?”

“Iya…ini baru selesai beres-beresin barang. Capek banget.”

“Loh, kamu beres-beresin barang pindahan sendirian?”

“Iya, cowokku masih ada kerjaan di Bandung.”

“Wah, pasti capek banget yah…aku juga baru pulang nih. Kalo tau kamu pindahan siang tadi, pasti aku pulang cepat.”

“Hahahaha ngga apa-apa kali Dhu nyantai aja.”

“Oia…ayo masuk…sori ya kamarku berantakan, maklum kamar cowok.”

“Ngga apa-apa…kamar kamu bersih kok, dan rapi pula.”

“Koleksi buku kamu banyak yah.”

“Hehehe iya, aku suka baca sejak smp.”

“CD musik dan DVD film kamu banyak juga. Cowok banget ya koleksinya.”

“Hahaha”

“Hey, itu asli?”

“Yang digantung itu? Asli dong.”

“Waah, dapat dimana? Pasti udah karatan yah hahaha”

“Enak aja, ini aku rawat baik-baik. Umurnya sih belum enam puluh tahun.”

“Enam puluh tahun? Wah lama banget tuh.”

“Hadiah dari kakekku. Dulu ia kan pejuang juga. Waktu Jepang kesini, ia dan teman-temannya pernah menyerbu markas Jepang di daerah Bandung Selatan. Kakekku berhasil membunuh komandannya. Nah, pedang samurai ini milik komandan itu.”

“Waah, asyik yah punya benda warisan seperti ini. Kamu pernah nyobain?”

“Belum pernah, tapi aku ikutan club anggar di kampus.”

“Eh, ini foto pacar kamu yah? Cantik loh.”

“makasih.”

***

Sudah pukul satu malam. Sial! Pacarmu masih betah. Kamu pun tidak berniat menyuruhnya pulang. Atau kau mengajaknya menginap di kamarmu malam ini dan bercinta dengannya sampai pagi? Lalu bagaimana denganku?

***

“Lagi apa Dhu?”

“Eh…kamu Ka, biasa lagi main NFS. Lagi seru nih.”

“Kamu ngga malam mingguan? Pacar kamu ngga kesini?

“Aku baru putus Ka, seminggu lalu.”

“Oia? Kenapa?”

“Dia selingkuh.”

“Ya ampun, kasihan banget kamu Dhu…”

“Yah, begitulah…eh, kamu juga kok ngga pacaran?”

“cowokku ke Bandung lagi. Akhir-akhir ini kerjaannya banyak banget. Jadi jarang ketemuan juga.”

“Ooh…”

***

Saat itu malam minggu di bulan kedua kamu jadi penghuni kostan ini. Pacarmu sibuk ke Bandung. Aku asyik main game NFS. Kostan masih sepi jam 9 malam. Penghuni yang lain belum pulang pacaran. Simbok yang mengurus rumah pun masih pacaran dengan supir pemilik rumah sebelah. Kamu masuk dan langsung duduk disebelahku. Terdiam sesaat, lalu menyentuh bibirku dengan bibirmu. Itulah pertama kalinya kita, si sepasang sepi. Menari-nari dibatas cinta sampai pagi.

***

Aku makin menghayal dirimu dalam dekapanku. Pagi harinya, kamu mengikat janji denganku. Bukan janji menjadi kekasih. Tapi janji menjadi teman bercinta di malam sabtu.

“Kenapa ngga malam minggu aja seperti semalam?”

“Aku tidak mau menghianati pacarku jika bercinta denganmu di malam minggu.”

***

Sudah pukul tiga pagi. Ini bulan keenam kita bercinta tiap malam sabtu. Aku sudah menyiapkan semua untuk menyenangkanmu malam ini. Ya ya ya, aku belum pernah melakukan ini sebelumnya. Entahlah, rasanya malam ini begitu spesial. Sepertinya aku benar-benar menyukaimu. Aku mencintaimu Artika. Dan pacarmu belum pulang juga. Dan aku marah besar!

Jam segini penghuni lain sudah terlelap. Hanya kamarmu dan kamarku yang masih terang benderang. Kamarmu terang penuh gairah. Kamarku terang penuh amarah. Kamu melanggar janjimu.

Aku mengetuk pintu kamarmu. Tangan kananku menggenggam samurai warisan kakek yang telanjang tanpa sarungnya.

“Ada apa?” sahut pacarmu. ”Gw mau ketemu Artika.”

“Ada apa Pandhu?” Sahutmu dari balik tubuh pacarmu. Aku melihatmu berbaring di tempat tidur tertutup selimut. Namun kedua bahumu tampak jelas tak tertutup sehelai kainpun. Oh, sayang kamu telah menyiram bensin di api cemburu dalam hatiku.

“Ngapain lu ketemu Tika? Udah malam bro.” Sambut pacarmu memotong kata-katamu.

“Harusnya malam ini gw bercinta dengan dia!”

Kemudian hening. Jeritan pacarmu terbata-bata menumpuk ditengorokannya. Kamu menjerit histeris sampai membangunkan penghuni yang lain. Simbok pengurus kostan lari keluar rumah mencari hansip yang sedang keliling komplek malam itu. Dan aku? Aku mematung di depan pacarmu. Tangan kananku masih menggenggam erat pedang samurai warisan kakekku yang menancap di dada kiri pacarmu. Semburan darah segar terus menerus membasahi wajahku.

Danny Maulana, Jakarta 26 September 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun