Mohon tunggu...
Cahya Maulana
Cahya Maulana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris UAD, enterpreneur, Sekretaris Umum PW IPM DI Yogykarta, Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Pelajar seumur hidup!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hati yang Dikuasai Sang Kuasa

16 Agustus 2011   05:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu saya membaca buku Lentera Hati dari Quraish Sihab. Kemudian melalui note ini saya ingin berbagi cerita kepada siapa saja yang membacanya, tentang salah satu nasehat dari buku tersebut. Temanya sangat sering sekali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari kita.

Ada sebuah nasehat yang oleh banyak ulama diakui sebagai hadist nabi: “Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketika ia menjadi seterumu. Dan bencilah seterumu secara wajar juga, siapa tahu suatu saat ia menjadi kekasihmu”.

Cinta dan benci adalah naluri manusia. dan saya yakin akan kebenaran hal ini, karena sedikit banyak saya juga pernah merasakan benci dan cinta. Kita sebagai manusia pastilah dianugerahi hati atau dalam bahasa arabnya berarti kalbu. Kalbu dalam bahasa aslinya berarti “bolak-balik”. Hati manusia dinamai kalbu karena ia seringkai berubah-ubah atau terbolak-balik.

Cinta dan benci seketika mengisi waktu kita tanpa diduga, tapi seiring berjalannya waktu yang tanpa terduga pula cinta dan benci akan hilang berlalu begitu saja. Coba cermati ini, Sebelum bercinta, seseorang merasa dirinya adalah salah satu yang ada. Tetapi, ketika bercinta, ia dapat memiliki segala yang ada atau tidak menghiraukan yang ada. Dan ketika cintanya putus, ia merasa tidak ada dan hampa. Begitulah cara cinta mempermainkan manusia.

Abu hayyan at-tauhidy menulis: “sahabat, menurut Aristoteles, adalah anda sendiri, hanya saja dia orang lain”. Dia adalah anda sendiri, dan perlu diingat anda juga memiliki kalbu yang sewaktu-waktu bisa saja berubah. Karenanya, tidak ada persahabatan yang kekal, apalagi dalam dunia yang diiming-imingi kelezatan dan penuh dengan kepentingan ini.  “para sahabat akrab, pada hari kemudian saling bermusuhan kecuali orang-orang yang bertaqwa” (QS. 43:67). Karena orang bertaqwa memilki peganggan hidup yang pasti, yang bersumber dari Allah yang maha kekal. Wallahu ‘alam bishawwab.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun