Mohon tunggu...
Maulana Alisan
Maulana Alisan Mohon Tunggu... Mahasiswa - IAIN PALANGKARAYA MAHASISWA S 1 EKONOMI SYARIAH

SEPAK BOLA

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pentingnya Menabung Bagi Generasi Z

1 Mei 2023   13:15 Diperbarui: 1 Mei 2023   13:18 1697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat ini, perilaku menabung sangat penting untuk dimiliki setiap orang. Hal ini berkaitan dengan kecenderungan orang Indonesia, khususnya generasi Z, untuk minum berlebihan. Komitmen pribadi seseorang untuk menyimpan uang untuk digunakan nanti dikenal sebagai perilaku menabung. Seseorang menunjukkan perilaku menabung ketika mereka mampu menghabiskan lebih sedikit dari yang mereka peroleh dan kemudian menyisihkan jumlah yang telah ditentukan setiap hari atau setiap bulan. Anggota Generasi Z lahir antara tahun 1995 hingga 2010. Generasi Z merupakan generasi kreatif dan inovatif yang tumbuh di era IT, sadar sosial, dan mudah beradaptasi dengan perubahan globalisasi karena dapat dengan mudah membeli barang dan jasa secara online. Generasi Z sering terlibat dalam perilaku konsumtif yang tidak dapat mereka kendalikan dengan memperhatikan prioritas karena hal ini. Salah satu cara yang harus dilakukan Generasi Z dalam melihat pengelolaan keuangan yang baik adalah dengan melakukan langkah destruktif sesuai kebutuhan dan mempertimbangkan penghematan atau perencanaan keuangan yang efektif. Dalam hal ini, setiap individu harus dapat menghimpun, mengkoordinir dan mengawasi dana dengan mempertimbangkan berapa banyak uang yang didapat dan kemudian mengubahnya menjadi berapa biaya dan dana cadangan. Tugas utama menabung adalah proses penganggaran keuangan, dan perilaku seseorang dalam menabung dipengaruhi oleh masalah atau risiko keuangan. Tabungan memainkan peran penting, khususnya sebagai sarana untuk mencegah ketidakpastian di masa depan. Pengetahuan tentang keuangan adalah salah satu dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan menabung dan masalah keuangan individu. Seseorang dengan pengetahuan keuangan mampu menerapkan dasar-dasar keuangan dengan benar saat mengelola dan mengambil keputusan. Seseorang yang memiliki informasi keuangan yang baik akan lebih pasti dalam meneliti kebutuhan hidup yang nantinya akan digunakan sebagai peruntukan harta. Seseorang dengan informasi moneter tingkat rendah umumnya akan merasa kesulitan untuk mengatasi masalah moneter mereka sendiri. Sehingga sangat diharapkan seseorang untuk meminta bantuan dari berbagai pihak untuk membantu dan memberikan nasihat dalam membuat keputusan keuangan. Peran orang tua juga dapat berdampak pada kebiasaan menabung setiap individu, selain literasi keuangan. Bagaimana orang tua mengajarkan anaknya tentang pengelolaan keuangan berdampak. Tugas orang tua sangat penting untuk mendorong anak-anak agar memiliki kemampuan menabung. Selain itu, ditemukan bahwa keterampilan penting untuk menabung di usia muda meliputi pengendalian diri dan kemampuan untuk menunda kepuasan. Namun, ini tidak benar jika tidak ada yang memiliki pengendalian diri atau locus of control. Perspektif seseorang terhadap suatu peristiwa adalah locus of control mereka apakah mereka mampu atau tidak mengendalikan hal-hal yang terjadi pada mereka. Selain itu, ditemukan bahwa keterampilan penting untuk menabung di usia muda meliputi pengendalian diri dan kemampuan untuk menunda kepuasan. Namun, ini tidak benar jika tidak ada yang memiliki pengendalian diri atau locus of control. Perspektif seseorang terhadap suatu peristiwa—apakah ia dapat mengendalikan peristiwa yang menimpanya atau tidak disebut "locus of control". Ini adalah peluang bagi bisnis untuk berkembang pesat. Tugas utama menabung adalah proses penganggaran keuangan, dan perilaku seseorang dalam menabung dipengaruhi oleh masalah atau risiko keuangan. Tujuan anggaran keuangan adalah untuk memastikan bahwa orang dapat memenuhi kewajiban keuangannya tepat waktu dengan menggunakan pendapatan dari periode yang sama. Akses ke data dan berbagai jenis penawaran yang sangat mudah ditemukan oleh usia Z, sejalan dengan usia Z memiliki banyak keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, Generasi Z menganut prinsip YOLO (You Only Live Once), yang menyatakan bahwa mereka harus menikmati masa kini tanpa mengkhawatirkan masa depan. Generasi Z memutuskan untuk berlibur daripada menabung untuk masa pensiun karena mereka yakin masa pensiun akan memakan waktu lama. Sesuai dengan hasil penelitian kredit Karma pada tahun 2018, sebanyak 39% dari usia Z berkewajiban untuk mengejar arahan secara lokal dan sesuai dengan survei IDN, Lembaga Eksplorasi pada tahun 2019, alokasi dana cadangan dari gaji hanya 10,17% pada usia Z. Spekulasi yang bisa diandalkan merupakan bagian dari administrasi moneter, juga masih minim di kalangan usia Z. Hal ini didukung oleh hasil eksplorasi dari Fate of Cash oleh Luno sebagai tim dengan Eksplorasi Dalia sebanyak 69% dari usia Z pada tidak memiliki sistem usaha. Menurut penelitian Rahayu dan Nurfauziah, tahun 2020, anggota Generasi Z yang akrab dengan konsep manajemen keuangan seperti menabung tidak selalu melakukan perilaku menabung tertentu. Melihat data yang disajikan dan karakteristik generasi Z, literasi keuangan generasi Z harus dipahami dan diterapkan untuk mencegah kesalahan di kemudian hari. Di Indonesia, peningkatan literasi keuangan menjadi tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di Indonesia, tanggung jawab OJK mencakup pendidikan publik dan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan. berdasarkan temuan survei literasi dan inklusi keuangan nasional Indonesia yang dilakukan pada tahun 2019. Dengan jumlah penduduk sebesar 72,9 juta jiwa pada tahun 2019, Generasi Z memiliki tingkat literasi keuangan sebesar 44,04%, lebih rendah 3,94 persen dibandingkan generasi generasi milenial. Karena dibawah 60% maka tingkat literasi keuangan sebesar 44,04% termasuk dalam tingkat literasi keuangan rendah. Generasi milenial masih minim pengetahuan tentang investasi, asuransi, tabungan, dan pinjaman, terbukti dengan tingkat literasi keuangan yang masih rendah. Penelitian tentang kecakapan moneter di usia Z masih sangat diabaikan sampai sekarang. Pada tahun 2000, sebagian besar penelitian yang ada tentang literasi keuangan berfokus pada pelajar, umumnya generasi muda. Namun, belum ada penelitian terbaru tentang literasi keuangan generasi Z yang mengkajinya dari perspektif pemahaman dan penerapan. Akibat yang akan terjadi jika kita tidak berhati-hati dalam mengatur keuangan kita antara lain adalah gangguan mental dan fisik yang dapat ditimbulkan oleh masalah keuangan: 1. Stres dan Kecemasan Seseorang yang mengalami kesulitan keuangan mungkin mengalami stres keuangan yang berlebihan karena rasa khawatir. Ketika dia mempertimbangkan bagaimana membayar kebutuhan seperti makanan dan utilitas atau melunasi hutang, dia mungkin mengalami kecemasan atau stres. Terlebih lagi, penelitian menunjukkan bahwa orang yang berutang lebih mungkin mengalami stres atau depresi daripada mereka yang tidak. Akibat kesulitan keuangan, stres berkepanjangan juga dapat meningkatkan risiko penyakit. Tingkat sel darah putih tubuh akan menurun ketika seseorang sedang stres. Tubuh lebih sulit melawan berbagai penyakit, termasuk diabetes, flu, masalah pencernaan, dan penyakit jantung. 2. Insomnia Memiliki masalah keuangan akibat pengelolaan uang yang buruk juga bisa membuat sulit tidur (insomnia). Orang yang berjuang secara finansial ditemukan tidur kurang dari 7 jam setiap malam, menurut penelitian. Masalah istirahat karena masalah keuangan dapat dipicu dengan stres karena kewajiban yang terbengkalai atau kehilangan pekerjaan. 3. Perilaku tidak sehat Banyak orang melakukan perilaku tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat-obatan terlarang, untuk mengatasi stres akibat kesulitan keuangan. Mereka mungkin, meski hanya untuk waktu yang singkat, melupakan kesengsaraan keuangan mereka berkat rutinitas ini. Namun, mereka mungkin mengalami stres kembali atau bahkan peningkatan stres setelah efeknya hilang. Faktanya, beberapa individu yang berjuang secara finansial juga mengalami pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri. 4. Keharmonisan keluarga yang menjengkelkan Masalah keuangan dapat menimbulkan beberapa masalah dalam keluarga, terutama pada pasangan yang sudah menikah. Masalah keuangan yang dihadapi pasangan atau istri dapat memicu tekanan dan pertengkaran yang berdampak pada keharmonisan keluarga. Oleh karena itu, penting untuk secara terbuka mendiskusikan keadaan keuangan satu sama lain sebelum dan selama pernikahan. 5. Sulit mengatasi masalah krisis Menghadapi masalah moneter dapat mempersulit seseorang untuk mengatasi masalah krisis, seperti administrasi kesehatan. Jika terjadi penyakit serius atau kecelakaan, seseorang yang kekurangan dana akan menunda mencari pengobatan. Ini berpotensi memperburuk masalah kesehatan yang ada dan menaikkan biaya perawatan kesehatan di masa depan. Dengan cara ini, sangat penting untuk menghemat gaji untuk membayar biaya perawatan kesehatan, baik yang diberikan oleh otoritas publik maupun pertemuan rahasia. Tidak hati-hati mengawasi uang tunai dapat memicu masalah yang berbeda. Pisahkan penghasilan Anda berdasarkan tujuan Anda, seperti kebutuhan sehari-hari, tabungan, dan dana darurat, agar pengeluaran Anda tetap terkendali setiap bulan. Dana pengawasan yang sangat banyak akan meyakinkan Anda, dengan tujuan agar kesehatan fisik dan emosional Anda tetap terjaga. Namun, Anda harus menemui psikolog untuk meminta bantuan jika pengelolaan keuangan yang buruk membuat Anda merasa stres, memengaruhi hubungan sosial, atau mengganggu tidur Anda. Jika Anda kehilangan minat pada aktivitas Anda atau mempertimbangkan untuk menyakiti diri sendiri, Anda juga harus menemui psikiater. Lindqvist, mengatakan ada konstruksi dalam proses berpikir dalam menabung, lebih spesifiknya: Kebutuhan mengatur sumber daya keuangan untuk tujuan jangka pendek adalah level paling bawah. Level selanjutnya adalah persyaratan pegangan uang tunai sebagai langkah hati-hati. Tingkat ketiga adalah kebutuhan untuk membeli barang-barang mahal. Tingkat terakhir adalah kebutuhan untuk mengawasi pengumpulan uang. Kotler menegaskan bahwa minat nasabah untuk menabung adalah keputusan tentang apakah akan membeli suatu produk atau tidak. Pelanggan biasanya selalu mempertimbangkan kualitas, inflasi, dan produk yang dikenal masyarakat umum sebelum melakukan pembelian, dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi keputusan mereka. Peter dan Olson melanjutkan pembicaraan tentang menabung di bagian berikut. Mereka mengatakan bahwa perilaku pelanggan itu sendiri adalah tindakan orang-orang yang terlibat langsung dalam mendapatkan, menggunakan, dan membuat keputusan yang mengenali dan mengikuti tindakan tersebut. Selain itu, Minat Menabung Kurnia mengacu pada keputusan nasabah untuk membeli suatu produk setelah mempertimbangkan informasi tentang realita produk setelah melihatnya dan mempertimbangkan layak atau tidaknya untuk melakukannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa minat menabung adalah keputusan seseorang untuk mengambil salah satu dari beberapa alternatif dari sudut pandang tersebut di atas. Menyimpan uang untuk masa depan, menurut saya, adalah pilihan terbaik untuk Generasi Z.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun