CIUT
Aku sembunyi di balik kata,
yang serba metafora,
Semoga kau baca kemudian.
Mental ku ciut, kerdil, di hadapan sorot matamu
Aku sembunyi di balik kata,Â
jauh dari keberanian bicara
Puisi adalah jalan mesra,
Menuju hati nan sulit dibaca
- November 2019
CURUG
Di Curug Panjalu,
pohon pinus nyiur bicara,
hembus tasbih rindang suaka.
Mapaes rasa ke Hyang Gusti
aku telaah sabda alam
Kemana lagi kita berjalan?
Kau usul tanpa bahasa,Â
kita jalan sementara.
- November 2019
KOLEBAT
Akhirnya,Â
ruang dan waktu yang bicara.
Kita cukup bersinggungan,
di antara bait-bait mesra pertemuan.
Angka hanya kemungkinan.
Harapan mampu menembus
apa yang tak direncanakan.
Kita sempat pada titik kebahagiaan.
- November 2019
Puisi itu tak lagi bermakna
Terkikis zaman yang jemawa,
hanya bait-bait hampa di hadapan pembaca,
Puisi itu tak lagi berguna,
agama data niscayakan serba-serbi mekanik.
Falsafah rasa dipandang tak ciamik,
menjawab noktah-noktah kesemrawutan.
- November 2019
DEBUR DO'A
Aku masih ingat sorot matanya,
saat kami duduk di bawah lampu merkuri.
Malam tanggal tiga puluh.
Senyum yang nampak adalah kebahagiaan.
Cukupkah ingatan dan rasa menjadi debur do'a?Â
Menyelinap pada tasbih alam serta aliran mesra suaranya?
Senantiasa saja do'aku tetap demikian.
- November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H