Mohon tunggu...
Maulana Ahadi
Maulana Ahadi Mohon Tunggu... Dosen - Dambung

Belajar menuangkan gejolak isi kepala dalam kata-kata, bermesraan dengan hati serta pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengakrabi istilah Daraman dalam Bahasa Banjar

29 November 2024   21:55 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:13 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tempat selalu memiliki banyak perumpamaan unik untuk menggambarkan suatu perilaku, kebiasaan atau kejadian. Keragaman bahasa yang begitu kaya di Nusantara, memberikan sebuah tantangan dalam menjalin komunikasi sekaligus diperlukan pendekatan dalam memahaminya. Akan tetapi keragaman bahasa disisi lain juga mampu memberikan manfaat, seperti meningkatkan keakraban dengan istilah bahasa budayanya sendiri. Pernah ketika di Istanbul, penulis berbincang dengan seorang perempuan Tour Guide perihal keragaman bahasa yang ada di Indonesia. kebetulan ia pernah stay selama 3 bulan hanya untuk mempelajari bahasa Indonesia. Menurut penuturannya Indonesia itu unik, karena setiap daerah memiliki bahasa khasnya masing-masing. Apalagi ujarnya enaknya, kalau ada yang berbicara antar suku, suku lain tidak akan mengerti, "jadi nggak usah rahasia-rahasiaan kalau mau ngerumpi" lirihnya sambil senyum lebar, beda dengan di Turki bahasanya cuman satu katanya. Hal ini menandakan pengakuan orang luar terhadap keragaman bahasa di Indonesia.
Seperti yang penulis lihat ketika itu di Istanbul ada sebuah mobil patroli polisi yang sedang parkir di badan jalan, mobil itu bertuliskan satu kata yang kebetulan memiliki persamaan dengan Bahasa Banjar yaitu "ACIL 429", kemudian penulis menanyakan kepada Tour Guide dengan guyonan, " mbak mau tau nggak dalam bahasa Banjar artinya yang di mobil itu apa?, kemudian ia berkata apa artinya, penulis jawab kalau di Banjar "Acil" itu berarti Tante atau bisa jadi saudara orang tua, atau sebutan bagi perempuan yang sudah berumur. Dengan tertawa ia berkata, kalau disini "Acil" itu artinya darurat. Kemudian penulis pun tertawa sejadinya, karena keunikan bahasa masing-masing. Demikian sekilas tentang satu keunikan bahasa. Ada banyak istilah lain dalam bahasa Banjar, agar lebih mengakrabkannya terlebih untuk generasi muda, sebab bisa jadi suatu saat istilah ini sudah tidak dikenal, karena jarangnya digunakan dalam keseharian.

Adalah "Daraman", istilah untuk menggambarkan seseorang, kebiasaan untuk laki-laki atau anak laki-laki yang memiliki ciri-ciri tertentu, bisa juga perempuan yang telah menikah karena memiliki banyak anak. Daraman disematkan untuk orang yang selalu beruntung dan selalu cocok dalam memelihara hewan apapun. Apa ciri-cirinya :

- Memiliki uyeng-uyeng atau pusaran   rambut dua

Hal ini sering dijadikan pertanda oleh masyarakat, apabila ada anak laki-laki atau seorang laki-laki memiliki pusaran dua, maka dinggap "parajakian atau beruntung", dikatakan cocok untuk memelihara "bainguan" hewan ternak apapun. Entah sejak kapan ciri tersebut ada, namun istilah tersebut sudah dipakai sejak dahulu. Orang yang memiliki uyeng-uyeng dua, dipercaya selalu berhasil jika memelihara, biasanya hewannya berkembang biak, beranak pinak dan jarang mati (pahidup).

Lawan katanya adalah "Kada Daraman" artinya tidak cocok memelihara apapun karena hewan yang dipelihara sering mati,atau selalu gagal. Daraman ini kadang dimasyarakat juga digunakan untuk orang yang banyak memiliki anak dan hidup dianggap "Daraman", bila sebaliknya maka dinggap kada Daraman.

Image Bing creator : Maulana Ahadi 
Image Bing creator : Maulana Ahadi 
-Memiliki uyeng-uyeng dua dianggap cocok memelihara kambing


Dahulu ketika penulis masih Sekolah Dasar, sekitar tahun 1997 an. Ketika itu lagi trend musiman banyak kawan sebaya yang memelihara kambing, saking inginnya ketika itu juga memelihara kambing, kemudian orang tua berkata, jika mau memelihara kambing maka baiknya orang yang memiliki uyeng-uyeng dua atau pusaran dua, karena ciri itu dianggap beruntung atau lebih cocok bagi orang yang akan memelihara kambing. Padahal memelihara kambing secara logika bukan karena ciri, namun lebih diperlukan orang yang telaten. Sebab kambing adalah hewan yang agak susah dipelihara, baik makanan, lingkungan kandang, maupun pemeliharaannya.
Makanya dalam riwayat para Nabi dan Rasul, hampir semua Nabi pernah memelihara kambing, sebab hewan ini memiliki rahasia terutama untuk melatih kesabaran, keuletan serta ketelatenan, sebab menurut orang yang sering memelihara kambing, hewan ini adalah salah satu yang paling susah diatur, apabila waktu menggembala, ada saja yg keluar dari rombongannya. Demikian sedikit tentang salah satu istilah yang ada dalam bahasa Banjar. 

Bagaimana menurut anda ?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun