Memiliki kebiasaan unik dalam kepatuhan menjalankan pantangan-pantangan adat, sehingga hal tersebut menjadikan salah satu kekayaan budaya yang masih terjaga bahkan masih berlaku dimasyarakat Banjar, meskipun kebiaasan tersebut hanya berbentuk ujaran lisan dan tidak tertulis didalam sebuah peraturan, akan tetapi bagi sebagian masyarakat dijadikan pegangan, hingga kepercaayaan yang sangat sakral.
Masyarakat Banjar familiar sebagai orang yang sangat patuh " Pamaasian "terhadap ujaran orang tua dahulu, hal ini dilakukan turun-temurun dari dahulu hingga sekarang. Kebiasan yang meliputi seluruh unsur kehidupan dari tata cara bermasyarakat, adab-adab dengan orang tua, bahkan hal-hal kecil seperti pantangan-pantangan yang harus dijauhi bahkan ditinggalkan, karena beberapa anggapan jika hal tersebut dilakukan, akan mendatangan beberapa mudharat, sial, bahkan celaka.
Uniknya kepatuhan terhadap pantangan ini kemungkinan dilatar belakangi karena kiasan terjadinya suatu masalah, kemudian dikait-kaitkan dalam kejadian di kehidupan nyata, berakar dari mulut-kemulut, dan dari cerita ke cerita, hingga terjadilah sebuah kepercayaan,. Untuk membahas lebih detail hal-hal unik tentang pantangan ini, maka akan kita paparkan secara singkat, apakah pantangan ini relevan dengan realita sosial saat ini? Berikut beberapa pantangan yang kita jabarkan pantangan-pantangan bagi ibu hamil beserta suami maupun keluarganya, yang harus dipatuhi dan dihindari ketika usia kehamilan hingga fase melahirkan.
Larangan memakan pisang dempet (pisang gampir) bagi ibu hamil
Mitologi ini sangat mashur dimasyarakat Banjar, bahkan dipercaya sudah ada sejak turun-temurun dari dahulu hingga sekarang, pengambilan petuah (papadah) dilarang memakan pisang dempet bagi ibu dikaitkan pada bentuk pisang yang dempet pada kulitnya, orang dahulu beranggapan jika hal-hal yang aneh dan tidak sempurna pada buah dimakan ibu hamil terutama pada pisang, maka akan berdampak buruk bagi calon bayi yang akan lahir.
Pisang dempet pada umumnya sering ditemukan pada jenis pisang mahuli dan pisang awak,akan tetapi tidak menutup kemungkinan ditemukan pada jenis pisang lain. Akan tetapi entah mengapa kedua jenis pisang ini mudah ditemukan dempet, kemungkinan karena pertumbuhan buah yang tidak sempurna sejak awal merekahnya tongkol buah.Â
Maka orang dahulu dimasyarakat Banjar identik mengaitkan sesuatu keanehan yang dihubungkan dengan kejadian- kejadian dikehidupan nyata.
Adapun kepercayaan yang didapat dari ibu hamil yang memakan pisang dempet, maka anaknya akan lahir dempet (anaknya lahir gampir, Bahasa Banjar), kembar dempet bahkan cacat.
Larangan memakai sarung (tapih) khas perempuan yang diikatkan kebahuÂ
Adapun kepercayaan lain bagi ibu hamil adalah larangan memakai sarung yang diikatkan dibahu, kebiasaan yang satu ini kemungkinan hanya ditemukan pada pada ibu-ibu atau perempuan Banjar atau perempuan lainnya dibeberapa wilayah lain, sebab pemakaian sarung khusus untuk perempuan sangat mudah dijumpai, biasa dipakai saat dirumah ketika santai, saat mandi atau melakukan aktivitas rumahan.