Mohon tunggu...
Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim Mohon Tunggu... -

"Dalam diri manusia terdapat dua unsur malaikat dan setan. Bukan supaya manusia condong pada sifat salah satunya. Bukan pula supaya manusia menjadi keduanya. Namun supaya manusia mampu menjadi manusia yang sejati."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemilu di Republik Kentutnya Dolkemen

21 Januari 2014   10:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya punya teman. Namanya Dolkemen. Ia warga negara Republik Kentut.
Sungguh, Dulkemen yang Notabene adalah seorang rakyat biasa, yang ngupil masih menggunakan jari telunjuk(kadang juga menggunakan telunjuk kuda), yang kalau kentut kadang masih rajin disembunyikan kenyaringan suaranya, ternyata ia memiliki tips yang luar biasa menarik untuk disikapi.

Sebentar lagi pemilu. Nah kebetulan tips Dolkemen ini sesuai dengan kondisi lingkungan kita yang hendak menyambut pemilu. Barangkali bisa menjadi refrensi atau hiburan semata. Bahkan mungkin bisa menanggulangi jumlah golput dalam negeri yang akhir-akhir ini naik tajam.
Juga supaya nanti setelah memilih calon wakil rakyat orang tidak menyesal, atau paling tidak, bisa meminimalisir terhadap rasa sesal pada wakil rakyat yang terlanjur dipilih, namun kenyataannya kapasitasnya sebagai wakil rakyat mengecewakan, kelak di kemudian hari.

Berikut tips dari Dolkemen untuk menyambut pemilu :

- Ketika memilih wakil rakyat nanti, jangan diniatkan untuk memilih pemimpin. Tapi niatkan untuk menyelamatkan negeri ini dari para maling yang lebih maling.

- Anggap--anggap loh ya, bukan memvonis atau menuduh--semua orang yang ada daftar calon wakil rakyat itu adalah jajaran maling. Jadi nanti ketika orang yang kita pilih ini telah berhasil menjadi wakil rakyat, kita tidak terlalu kecewa kalau-kalau orang yang kita pilih ini malah menjadi koruptor. Kita jadi bisa lebih legowo dalam menyikapinya.

- Jika dulu, ketika Anda hendak memilih calon wakil rakyat, Anda akan berharap: Semoga orang yang saya pilih ini bisa membawa kemajuan yang positif bagi bangsa kami dalam berbagai aspek; membasmi korupsi, mensejahterahkan rakyat, menghilangkan macet dll.

Sekarang, gantilah harapan Anda menjadi : Semoga orang yang saya pilih sebagai calon wakil rakyat ini adalah orang yang paling sedikit korupsinya.

- Jika dulu umpatan Anda pada calon wakil rakyat yang telah Anda pilih adalah "Oalah kecewa aku milih orang itu, tapi ternyata dia juga korupsi," maka setelah menerapkan tips ini, umpatan Anda akan berubah menjadi, "Hmm .. yo wis lah. Orang kenyataannya yang kita pilih ini adalah maling. Jadi ya jangan salahkan malingnya dong. Salah siapa malingnya dipilih jadi wakil rakyat dan diberi kesempatan untuk menyalonkan diri menjadi wakil rakyat?"

NB: Keren bukan, memilih maling untuk menjadi wakil rakyat. Di mana lagi ada yang seperti itu selain di republik kentutnya Dolkemen. He-he-he.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun