Mohon tunggu...
mauijatul hasanah
mauijatul hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Geografi FISIP ULM

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Daerah Rawan Banjir di Kota Yogyakarta Tahun 2017

12 Desember 2021   23:03 Diperbarui: 12 Desember 2021   23:08 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi ketika meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir merupakan ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir seringkali sulit diatasi, baik oleh masyarakat maupun instansi terkait. Banjir disebabkan oleh berbagai macam faktor, yaitu kondisi daerah tangkapan hujan, durasi dan intesitas hujan, land cover, kondisi topografi, dan kapasitas jaringan drainase. Banjir dan kekeringan adalah masalah yang saling berkaitan dan datang saling menyusul, semua faktor yang menyebabkan kekeringan akan bergulir menyebabkan terjadinya banjir kata Maryono (2005). Kata Siswoko (2002) menyatakan bahwa beberapa faktor penyebab banjir yaitu adanya interaksi antara faktor penyebab bersifat alamiah, dalam hal ini kondisi dan peristiwa alam serta campur tangan manusia yang beraktivitas pada daerah pengaliran. Air hujan yang turun ke tanah mengalir sesuai kontur tanah yang ada ke arah yang lebih rendah. Untuk daerah perkotaan pada umumnya air hujan yang turun akan dialirkan masuk ke dalam saluran-saluran buatan yang mengalirkan air masuk ke sungai. Karena aliran sungai Code sudah penuh dengan material hasil erupsi maka limpasan air dari daratan kota juga tidak tertampung ke dalam badan sungai Code sehingga terjadi genangan yang besar.

Pemetaan daerah-daerah yang memiliki tingkat bahaya banjir dilakukan agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk menanggulanginya. Peta merupakan salah satu sarana yang baik dalam menyajikan data dan informasi. Melalui peta dapat diketahui informasi tentang ruang muka bumi yang sebenarnya. Kota Yogyakarta. Banjir perkotaan merupakan peristiwa dimana debit sungai yang melewati wilayah perkotaan melebihi daya tampung sungai, sedangkan genangan air adalah peristiwa dimana suatu kawasan dipenuhi air, karena tidak ada drainase yang mematus air keluar kawasan tersebut. Dampak akibat banjir dapat terjadi pada manusia, perumahan, permukiman dan infrastruktur lingkungan permukiman. Korban jiwa dan penyakit, skala kepentingan nya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kerusakan barang.

 Penyebab banjir secara umum adalah disebabkan oleh limpasan air permukaan (runoff) yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain" (Ligak, 2008). Banjir tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di kota atau negara tetangga seperti Thailnd, Myanmar, Kuala Lumpur, Singapore, Filipina, Pakistan, serta negara maju seperti Australia, Perancis, Jerman, Inggris, Amerika, dll (Wisner, et al. 2004). Bahkan negara padang pasir yang sehari-harinya air merupakan barang yang langka, banjirpun terjadi seperti yang pernah terjadi di Makkah, Jeddah.

 Penyebab banjir secara khusus juga banyak yaitu terjadinya banjir disebabkan oleh kondisi dan fenomena alam (topografi, curah hujan), kondisi geografis daerah dan kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan tata ruang atau guna lahan di suatu daerah. Banjir di sebagian wilayah Indonesia, yang biasanya terjadi pada Januari dan Februari, diakibatkan oleh intensitas curah hujan yang sangat tinggi, misalnya intensitas curah hujan DKI Jakarta lebih dari 500 mm (BMKG, 2013). Kodoatie dan Syarief (2006) menjelaskan faktor penyebab banjir perubahan guna lahan, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai, system pengendalian banjir yang tidak tepat, curah hujan tinggi, fisiografi sungai, kapasitas sungai yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah, bangunan air, kerusakan bangunan pengendali banjir.

 Pada peta tersebut menunjukan bahwa di Kota Demangan baru Caturtunggal tingkat kerawanan banjir tinggi sedangkan Ambarketawang, Sidoagung, dan Sumberagung sampai Sendangagung tingkat rawan banjirnya tinggi dan menengah, dan untuk daerah lainnya seperti Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta tidak rawan. Data peta ini diambil pada tahun 2017. Berdasarkan kejadian diatas diperlukan penyelenggaraan penanggulangan bencana banjir. Salah satu metode yang digunakan untuk penanggulangan banjir adalah metode ecodrainage (drainase berwawasan lingkungan).

Banjir yang terjadi di Kota Yogyakarta lebih dipengaruhi oleh pendangkalan yang terjadi akibat intensitas sedimen dari hasil erupsi gunung Merapi tahun 2010 di sepanjang aliran Sungai Code. Hal ini mengakibatkan volume badan sungai untuk menampung aliran air semakin berkurang sehingga terjadi limpasan atau luapan aliran air di sepanjang aliran Sungai Code sehingga terjadi banjir kiriman. Banjir di Kota Yogyakarta memiliki karakteristik yang berbeda dengan banjir pada lahan alamiah. Terjadinya banjir juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau pembangunan yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lingkungan.

Banyak pemanfaatan ruang yang kurang memperhatikan kemampuannya dan melebihi kapasitas daya dukungnya. Dalam hal perilaku atau kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, masih banyak masyarakat yang belum atau kurang menyadari bahwa perilaku sehari-hari atau kegiatan yang dilakukannya dapat merugikan orang lain, baik di daerah tersebut maupun di daerah lain. Pada umumnya terutama di daerah pegunungan, kejadian banjir diikuti pula dengan bencana tanah longsor. Tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak banjir yaitu bersama-sama dengan melakukan penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai dengan fungsi lahan.

Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir. Masyarakat diharapkan tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai dan di daerah banjir. Masyarakat sebaiknya dapat belajar ketertiban dengan tidak membuang sampah ke dalam sungai, serta mengadakan program pengerukan sungai dengan melibatkan warga setempat. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan bersamasama dengan masyarakat, dan mengurangi aktivitas di bagian sungai rawan banjir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun