Mohon tunggu...
Maudy Marsianty
Maudy Marsianty Mohon Tunggu... -

Ordinary person who has extraordinary love, esp for my 3mustCATeers. On a quest to find happiness & peace of mind.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Matanya

15 Agustus 2012   08:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:44 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mata itu melegakan

Mendamaikan gemuruh nurani yang meragu

Mata itu membinarkan segumpal harapan

Mengasingkan kebimbangan hari esok

Mata itu menatap tajam penuh kebijaksanaan

Menundukkan angkuh

Menciutkan setiap jiwa

Mata itu membuat oase padang gurun tak lagi berharga

Tatkala ia menyirami dahaga jiwa terdalam dengan kisahnya

Ia ....

Bagaikan gema detak jantungku yang kadang datang dan kadang pergi

Bukan...bukan karenanya, tapi karena aku

Aku yang mengusirnya kala langit begitu biru

Dan  mengaduh malu kala hujan tak berhenti jatuh

Kehidupan fana menyeretku dalam kealpaan

Memaksa telingaku patuh pada dusta

Dan takut pada kesepian

Aku...

Aku ingin gema itu selalu ada

Mengajakku ke tepian sunyi

Membalutku dengan kedamaian senyap

Ia....

Ia melihatku dari kejauhan

Sejauh langkah kakiku menapaki hadirnya

Dan aku tahu matanya selalu menatap kearahku

Aku tahu karena mata itulah yang mengawali kisahku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun