Mohon tunggu...
Zeneth AyeshaThobarony
Zeneth AyeshaThobarony Mohon Tunggu... Freelancer - Lifetime Learner

zenethobarony.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melawan Human Trafficking dengan Edukasi Masyarakat

29 September 2023   22:35 Diperbarui: 29 September 2023   23:05 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kamu ingat Meriance, seorang pekerja migran dari NTT yang nyaris menemui ajalnya akibat human trafficking? Kasus Meriance yang dibahas oleh BBC pada kuartal awal tahun 2023 ini membuat publik semakin tersadar betapa seriusnya kasus human trafficking di Indonesia.

Mahfud MD yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) menyebut kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) atau yang kita kenal dengan sebutan human trafficking sudah masuk kategori "sangat darurat".

Bisa kamu bayangkan, tercatat ada sekitar 74 mayat pulang ke Indonesia dari kurun waktu 2018 hingga 2022 menurut data Badan perlindungan Kerja Migran Indonesia (UPT BP2MI) Kupang dan paling banyak berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini cukup kontras mengingat NTT merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki destinasi wisata internasional. TKI Ilegal dari NTT saja mencapai lebih dari 100.000 orang.

Adanya Sindikat TPPO di Indonesia

Para sindikat TPPO mengiming-imingi calon korban berupa tawaran kerja di luar negeri dengan gaji besar. Polda NTT menaruh perhatian khusus pada kasus ini mengingat sudah terlalu banyak TKI dan TKW asal NTT menjadi korban kekerasan yang menderita luka fisik, trauma psikis, hingga meninggal dunia.

Mahfud menekankan bahwa ada sindikat TPPO karena mencurigai alur kerja berupa korban berasal dari NTT tapi paspor dikeluarkan di Pontianak atau daerah lainnya.

Ronaldus Asto Dadut, relawan edukasi yang melawan human traficking

Sumber: ASTRA
Sumber: ASTRA

Tingginya kasus perdagangan orang ini juga turut menyita kepedulian masyarakat NTT. Bertahun-tahun sebelum kasus Meriance terungkap, seorang pemuda NTT mendirikan program edukasi untuk membentuk kesadaran masyarakat NTT mengenai bahaya perdagangan orang serta menghimbau agar tidak terbujuk rayu oknum sindikat tidak bertanggung jawab.

Ronaldus Asto Dadut tidak pernah menyangka bahwa sedemikian banyaknya korban perdagangan orang yang berasal dari provinsi tempat ia tinggal, Nusa Tenggara Timur. Ia yang pada saat itu masih menyandang status mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana, Kupang, disuruh oleh seorang dosen Unwira Kupang untuk menjemput korban perdagangan orang yang telah disekap selama 3 bulan. Asto kaget mendapati sebanyak 15 korban yang sebagian besar perempuan dalam keadaan depresi dan terlantar.

Terketuk dengan apa yang ditemukan, di tahun itu juga ia bersama teman-temannya mendirikan Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan (JRUK) Sumba. 

"Permasalah Trafficking di NTT merupakan suatu permasalahan lama yang kurang mendapatkan perhatian pemerintah sehingga keberadaannya tidak begitu nampak di permukaan, padahal dalam praktiknya merupakan permasalahan sosial yang pada akhirnya masyarakat, sebagai objeknya, cenderung permisif terhadap potensi kerugian yang ada.", ungkap Asto.

Asto merasa aspek perekonomian dan rendahnya tingkat pendidikan, hingga kurangnya upaya pencegahan menyebabkan perdagangan manusia NTT masih berjalan mulus hingga sekarang.

Program-program JRUK

Sudah banyak program yang dilakukan oleh JRUK dalam rangka mengedukasi masyarakat perihal penyelundupan manusia yang berkedok pengiriman TKI ke luar negeri. Beberapa program yang sudah dilakukan oleh JRUK meliputi:

  1. Taman Baca. JRUK sudah membangun 7 taman baca dan pojok baca yang tersebar di berbagai puskesmas. Ini bisa dimanfaatkan oleh pasien atau keluarga pasien sembari menunggu antrian layanan kesehatan.

  1. Kegiatan edukasi masyarakat. JRUK juga melakukan kegiatan edukasi masyarakat tiap pekannya di berbagai fasilitas publik seperti gereja, mesjid, sekolah, hingga desa-desa.

  1. Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Edukasi PHBS ini cukup penting sebagai upaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan agar tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat akibat penyakit. Biasanya, edukasi PHBS akan diakhiri dengan membagikan obat-obatan, susu, vitamin, sikat gigi, dan pasta gigi secara gratis yang merupakan sumbangan dari para donatur. Tercatat, sudah sebanyak 2.899 anak sudah mendapatkan pembekalan mengenai kebersihan dan kesehatan. 5.307 dewasa juga tercatat sudah mendapatkan penyuluhan mengenai praktik perdagangan manusia berkedok tawaran menjadi TKI untuk bekerja di luar negeri.

JRUK juga mengalami jatuh bangun sejak berdirinya di tahun 2014 hingga sekarang. Contohnya, JRUK sulit memiliki relawan yang konsisten membantu mengingat sekarang sekitar 97 yang pernah menjadi relawan telah memiliki pekerjaan tetap. JRUK juga belum memiliki shelter atau rumah aman yang dapat digunakan sebagai mediasi dan pendampingan korban. Oleh karena itu, Asto berencana membangun rumah singgah dan rumah aman untuk anak-anak dan korban perdagangan manusia di NTT.

Penghargaan Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) sebagai bentuk apresiasi 

Berkat kepeduliannya terhadap isu perdagangan manusia di NTT serta kontribusi dan dedikasinya, Asto mendapatkan penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2017 di bidang kesehatan. Perlu kamu ketahui, ini adalah penghargaan Astra yang cukup bergengsi karena hanya diberikan ke 5 anak bangsa per-tahunnya. Masing-masing kategori tersebut adalah lingkungan, pendidikan, kesehatan, teknologi, dan kewirausahaan.

Asto yang merupakan dosen Politeknik Kesehatan Bhakti Sumba Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan merasa tersanjung dan merasa penghargaan ini dapat memotivasi anak-anak muda lainnya dalam berkontribusi terhadap masyarakat. Ia yakin, banyak yang melakukannya hanya saja tidak terekspos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun