Mohon tunggu...
Rizki Idsam Matura
Rizki Idsam Matura Mohon Tunggu... Buruh - AMATEUR

PEMULA KATA

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Membenturkan Jokowi dan HTI, Yusril di Mana?

7 November 2018   02:01 Diperbarui: 7 November 2018   02:01 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan yang dibangun antara Yusril dengan Jokowi dan HTI tidak akan ketemu kalau disangkutpautkan dengan politik. Karena baik sebagai pribadi atau pun sebagai Ketua PBB, statement yang dikeluarkan oleh Menteri era Gus Dur, Megawati, dan SBY ini tidak condong hanya ke salah satu pihak baik itu pemerintah atau pun oposisi, melainkan keduanya.

Oleh karena itu, permintaan untuk mundur sebagai pengacara dari HTI adalah pernyataan yang emosional dan kurang tepat. Lagipula, masalah hukum yang ditangani oleh Yusril berkaitan dengan HTI dan kesediannya menjadi penasihat hukum Jokowi-Ma'ruf adalah variabel yang berbeda.

Kalau di persidangan, bisa saja kuasa hukum A yang melawan B, pada kesempatan lain menjadi kuasa hukum B yang melawan A, tentu saja setelah kasus yang dihandle selesai ditangani sesuai kontrak. 

Ilustrasi tersebut saya gunakan untuk menggambarkan bahwa sebagai advokat, Yusril adalah seorang profesional yang bebas pergi ke mana saja sesuai kehendaknya. Analogi lain, profesi advokat itu mungkin seperti air, bisa berubah-ubah sesuai bentuk wadahnya, tapi sifatnya tetap air. 

Kesalahan logika yang menyamaratakan antara aktivitas hukum sebagai bentuk dukungan politik sebelumnya pernah terjadi kala Gus Ishom yang notabene adalah Pengurus PBNU ddiminta untuk menjadi saksi ahli di Kasus Ahok tempo dulu. Dari judul saja sebenarnya sudah terlihat, kalau yang akan disampaikan oleh Gus Ishom sebagai ahli adalah pernyataan ilmiah yang jelas tuntunannya. Tapi kenyataannya malah beliau disebut sebagai pendukung Ahok yang notabene seorang kristiani. Jaka sembung makan sop, nggak nyambung sob!

Terakhir, kalau misalnya keputusan Yusril "menyebrang" ke Kubu Jokowi-Ma'ruf didasari oleh motif politik untuk mengamankan suara PBB, tetap saja tidak apple to apple bila disandingkan dengan HTI. Kenapa? Ya karena HTI kan tidak berpolitik, mereka tidak nyoblos, mereka anti demokrasi hehe

Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun