Ahok hanya dijadikan Test water untuk memancing munculnya calon" gubernur yang sesungguhnya pada pemilukada DKI 2017 yang akan dijagokan oleh beberapa partai. Sengaja ahok memang dibesarkan oleh media akan popularitasnya biar merasa ahok diatas angin. Seolah olah tidak ada lawan yang bisa menandinginya. Ada beberapa partai yang ambil kesempatan untuk mendukung ahok melalui jalur independen yaitu Nasdem dan Hanura. Dan 2 partai ini hanya mempunyai total kursi DPRD 15, Nasdem 5 kursi dan Hanura 10 kursi. Tentu ini belum memenui ambang batas syarat minimal untuk mencalonkan gubernur DKI.
Ahok menurut hemat saya kurang konsisten dengan jalur yang dia pilih independen, tapi tetap menerima dukungan dari parpol. Di manapun namanya independen itu tanpa partai. Belum ada sejarahnya pemilukada di Indonesia maju lewat jalur independen tapi masih menerima dukungan partai. Bukti ahok kurang percaya diri untuk mencalonkan secara independen.
Dan tidak menutup kemungkinan seandainya ada tambahan partai pendukung untuk mencalonkan ahok yg memenui syarat minimal perolehan kursi, ahok akan maju lewat jalur partai. Jadi bisa dibayangin teman ahok perasaannya gimana, sakitnya tu disini, sambil tepok jidat.
Dan saya pikir ahok tidak mendapatkan tambahan dukungan partai sehingga dia harus lewat jalur independen. Karna ketidakkonsistenanya ahok dalam cagub Pilkada, temen ahok jadi bekerja setengah hati, dan pengumpulan KTP tidak memenui target yg disyaratkan KPU. Dan belum lagi kasus yang melibatkan ahok dalam sumber waras, tidak menutup kemungkinan kasus ini akan maju ke tahap penyidikan.
Dan setelah itu PDIP akan memunculkan calon gubernurnya di last minutes setelah koalisi dari parpol" lain mendaftarkan calonya secara resmi di KPU. Untuk menghindari calon tunggal dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H