Jika kita melihat kabel listrik dan kabel telepon yang ada di sepanjang jalan di Bali bisa dibayangkan betapa rumit dan borosnya pemakaian instalasi yang semestinya bisa jauh lebih efisien.Â
Demikian juga dengan kehidupan kita akhir-akhir ini. Selama hampir dua tahun terakhir bisa dibilang rencana-rencana kita yang sebelumnya tertata rapi dan terschedule dengan baik tiba-tiba saja hancur berantakan bagaikan puzzle 10.000 pieces yang runtuh akibat gempa mendadak.Â
Keputusan-keputusan pemerintah yang seringkali tiba-tiba saja memblokade rencana kegiatan kita ataupun planning kita akan sesuatu membuat kita merasa tak berdaya.
Sesuatu yang sudah mulai tertata rapi dan terlihat bentuknya, bayangkan kembali puzzle tersebut yang sudah tersusun 6.783 piecesnya tiba-tiba runtuh karena senggolan anak kita yang bermain sepeda di dalam rumah.Â
Mau marah juga percuma, mau sedih juga buat apa, mau frustasi juga ngapain? Akhirnya satu-satunya yang bisa kita lakukan ya menyusun kembali puzzle tersebut, dan kenapa tidak menyertakan anak kita yang dulunya mungkin berada jauh di sekolahnya sementara kita di kantor. Tiba-tiba saja kita kembali ke lingkungan keluarga terdekat kita kembali.Â
Bahkan mereka yang dulunya merantau jauh dari keluarga banyak yang 'terpaksa' kembali ke kampung halaman dan berkumpul kembali dengan keluarganya meskipun kehilangan pekerjaannya.Â
Bukankah itu sesuatu yang baik sebenarnya. Tiba-tiba saja kita diingatkan kembali pada prioritas kita yang semestinya. Urutannya kembali benar dan hakiki.
Semuanya yang sebelumnya terlihat begitu penting seperti deadline sebuah proyek, jatuh tempo pengerjaan pengajuan tender dan segala sesuatu yang dulunya begitu membuat kita frustasi dan tidak bisa tidur sekonyong-konyong menjadi netral dan tidak lagi begitu penting karena semua relaksasi bagaikan sivasana dalam posisi yoga.Â
Pihak bank pun tidak berani menekan terlalu keras kepada debitur mengingat kondisi yang memang berdampak langsung pada semua sektor dan berbagai kalangan.
Esensi kehidupan kembali muncul dengan pentingnya kesehatan baik tubuh, mental dan pikiran. Bola kaca yang dulunya sering dilontarkan paling tinggi selama juggling yaitu kesehatan sekarang menjadi prioritas utama.Â
Sebelum pandemi ini bisa dibilang kesehatan dan keluarga adalah bola-bola yang kita lemparkan paling tinggi, sementara pekerjaan kita lemparkan dengan aman dan terjaga selalu.Â
Memang uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Itu slogan yang dianut sebelumnya. Tetapi ketika pandemi tiba dan kehidupan menjadi datar-datar ternyata di satu titik kehidupan memang uang bukan segalanya. Kewarasan dan kesempatan untuk tetap memilih untuk berbahagialah yang terpenting.
Kita bisa kaya sekali tetapi belum tentu bahagia, kita bisa sehat sekali tapi juga tidak bahagia, tetapi kalau kita selalu memilih bahagia apapun keadaannya maka kita akan bahagia. Memilih untuk bahagia itulah yang bisa kita lakukan saat ini untuk menjaga diri tetap waras. Meskipun keruwetan berbagai hal tetap menggayut di pikiran kita.Â
Bagaikan gambaran di atas memang akan jadi masalah besar jika kita mesti mengurai kabel-kabel tersebut dan menyambungnya menjadi satu. Tapi kan tidak ada yang meminta kita melakukan hal itu.Â
Kita hanya melihatnya di pikiran kita melalui mata  kita di kejauhan sana. Ada sebuah quote yang berkata seperti ini,' Dont take anything personally, cos it doesn't.'
Maksudnya adalah kita sering sekali baper (terbawa perasaan) secara pribadi terhadap segala sesuatu. Padahal apa yang dinyatakan atau dilakukan oleh sesuatu yang di luar kendali kita sama sekali tidak bertujuan atau bahkan berhubungan dengan diri kita. Bagaikan menambah kabel di pikiran kita, membuat pikiran kita bercabang tidak jelas kemana-mana.Â
Biarkan kabel itu tetap berada 'di luar' kita. Jangan jadikan itu menjadi tambahan buat sumber kecemasan kita. 'See it beyond,' kata Bapak Gde Prama.Â
Kalau kita bisa melihat kehidupan kita dari sisi atas sana amaka kita akan lebih bisa melihat koneksi antar kejadian dan penyebab dan asal muasal terjadinya peristiwa yang menimpa dalam kehidupan kita dari waktu ke waktu.
Saat sekarang adalah saat yang sangat baik untuk merefleksi kembali kehidupan kita berapapun usia kita saat ini. Mari petakan kejadian-kejadian yang membuat kita berada di titik persimpangan sekarang ini.Â
Dan dari situ kita bisa melihat ajaibnya rencana Tuhan dalam hidup kita. Percayakah bahwa Sang Pencipta telah, sedang dan akan selalu menyiapkan yang terbaik buat kita. Meskipun saat kita menjalaninya seringkali tidak terlihat atau terasa demikian halnya.Â
Hanya dengan melihatnya dari atas kita bisa melihat sinkronisasi kejadian-kejadian dalam hidup kita seberapa besar atau kecilnya kejadian itu. Seperti agen FBI yang memetakan sebuah rekonstruksi peristiwa kriminal dengan benang-benang dan foto-foto fan lokasi.Â
Dan kita akan melihat keajaiban kehidupan, karena sesungguhnya kehidupan kita masing-masing adalah sebuah Maha Karya dari Sang Pencipta buat kita masing-masing.
' Cos Life does not happen to you, but FOR you,' kata Tony Robbin.
Jadi pastikan karyaNya dalam hidup kita menjadi yang terindah dan membuat semua orang yang melihatnya bersyukur.
Selamat Idul Adha bagi yang merayakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H