Mohon tunggu...
Matthew Gilchrist Arlij P
Matthew Gilchrist Arlij P Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Kolese Kanisius

mengabdi nusa dan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Seni

Johann Sebastian Bach: Bapak Musik Masa Kini

5 Juli 2024   18:06 Diperbarui: 15 November 2024   15:47 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maria Barbara Bach (Sumber gambar: pde.it)
Maria Barbara Bach (Sumber gambar: pde.it)

Meskipun Bach menikmati kesuksesan di Muhlhausen, ia merasa terkekang oleh posisi tersebut. Ia menginginkan posisi yang lebih menantang dan prestisius, agar bakatnya dapat dikembangkan secara penuh. Pada tahun 1717, Bach pindah ke Weimar, Thringen, untuk menjadi organis di gereja St. Hermenegild.

Di Weimar, Bach menjadi lebih dekat dengan para bangsawan, terutama Pangeran Weimar yang sangat menikmati karya musiknya. Ia juga mendapatkan reputasi sebagai organis yang brilian dan komposer yang inovatif dikalangan bangsawan. Namun, konflik kembali muncul, kali ini antara dirinya dengan Pangeran Weimar.  Hal itu disebabkan hubungan antara Pangeran Weimar dan keponakannya yang tidak harmonis, padahal keponakan tersebut merupakan murid Bach yang paling menonjol dan sering untuk tampil konser bersama. Hal ini membuat Pangeran Weimar marah dan menghapus kedudukan Bach sebagai pemimpin musik istana. Akibatnya, Bach bersama keluarganya pergi pada Agustus 1717 dan berangkat menuju Cothen sebagai pemimpin musik.

Pada 2 Desember 1717, Bach sampai di Cothen untuk bekerja di istana Pangeran Leopold. Di sini, dia beralih fokus dari musik gereja ke musik instrumental dan menghasilkan karya-karya monumental seperti "Brandenburg Concertos" dan "The Well-Tempered Clavier". Periode paling produktif  bagi Bach adalah saat dia pindah ke Leipzig pada tahun 1723, di mana dia menjabat sebagai Direktur Musik di Sekolah St. Thomas dan memimpin koor di gereja St. Thomas. Di sini ia menetap selama 27 tahun, dan menciptakan karya-karya besar seperti "Misa dalam B minor" dan "St. Matthus-Passion". Karya-karyanya selama periode di  Leipzig tidak hanya memperkaya musik gereja tetapi juga memperluas batasan-batasan musik pada zamannya.

Ilustrasi Sebastian Bach bermain musik (Sumber gambar: Youtube Pau NG)
Ilustrasi Sebastian Bach bermain musik (Sumber gambar: Youtube Pau NG)

Hingga usia nya yang mencapai 64 tahun pada 1749, kondisi kesehatan Bach menjadi turun drastis dan daya pandangnya berkurang. Pada bulan Juli 1750, ia menjadi sepenuhnya buta. Kendati demikian, ia tetap semangat untuk bangun dari ranjangnya  dan membuat lagu baru, meski tau dirinya berada di ambang maut. Ia mendiktekan irama untuk lagunya dan istri serta anaknya yang mencatat. Karya yang paling akhir menjelang kematiannya berjudul "The Art of Fugue". Pada 28 Juli 1750 pukul 20.15, ia meninggal di Leipzig dengan kondisi matanya yang buta dan tak pernah melihat kembali. Ia dimakamkan di Gereja Santo Thomas, di mana ia telah melayani selama 27 tahun. 

Warisan dan Pengaruh

Meskipun kini sosok Johann Sebastian Bach dianggap sebagai seorang musisi jenius legendaris, nyatanya karya Bach baru dianggap penting sekitar setengah abad setelah kematiannya. Beberapa komposer besar setelahnya, seperti Mozart, Beethoven, dan Brahms, menyebut karya-karya mereka terinspirasi oleh musik gubahan Bach. Selain kejeniusannya sebagai seorang komponis, Bach juga dikenal sebagai seorang pribadi yang saleh, berdedikasi, dan penuh kasih sayang. Ia menjalani hidup dengan sederhana dan tidak ingin merasa dirinya istimewa. Warisan yang ditinggalkannya tidak hanya berupa karya-karya musik yang abadi, tetapi juga budaya, cara hidup dan teladan kehidupan yang menginspirasi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun