Bahkan di klenteng ini terdapat patung harimau asli yang diair keraskan dan didalam mulutnya adalah sebuah jeruk yang katanya belum pernah diganti dan tidak busuk ketika w lihat.
Dan juga terdapat batu besar yang berada dekat altar Klenteng yang ternyata adalah dipercaya sebagai petilasan Eyang Sakee dan Eyang Jayaningrat. Batu ini juga disebut sebagai batu era militikum. Batu ini juga sebagai tanda berdirinya Kerajaan Padjadjaran
Sebagai informasi, Pulau Geulis adalah tempat istirahat atau kalo sekarang bahasa kerennya tempat healing Raja Padjadjaran usai penyerbuan dari kesultanan Banten.
Dan Pulau Geulis sendiri akhirnya tak bertuan, setelah letusan gunung salak, topografi dari Pulau Geulis ini sendiri berubah yang membuat sungai Ciliwung kini tidak bisa dilayari oleh perahu jenis apapun karena banyak bebatuan besar di sekitar sungai tersebut.
Setelah kelar dan photo bersama, kami pun berpamitan dengan para pengurus Klenteng, kami pun kembali seperti Ninja Hatori kami lini akan mendaki perjalanannya hingga menembus ke pasar Kota Bogor.
Di dekat pasar ini kami diperlihatkan rumah dari Kapitan Bogor yaitu Letnan Lie Beng Hok yang cukup tersohor di jamannya dan rumahnya masih ditempati oleh keluargnya hingga saat ini.
Di Bogor ini ada hotel khusus pribumi dimana pendiri Sarekat Dagang, Tirto Adhi menginap di hotel tersebut.
Namun sayangnya kami tidak bisa ke sana dikarenakan situasi hotel tersebut yang sudah dipagari seng dan juga faktor keamanan dari kami sendiri tidak memungkinkan untuk ke sana.
Dan akhirnya kami berjalan kembali menyusuri pasar dan diperlihatkan sebuah bangunan yang ternyata adalah ternak sarang burung wallet dan pohon mbah Bogor.
Hingga akhirnya kami tiba di Jalan Surya Kencana, dan disinilah kami berpisah setelah menjalani tiga jam perjalanan dengan menghabiskan 690 kalori dan menempuh perjalanan hingga tiga kilometer.