Kedua, kejujuran. Kejujuran dalam arti sempit selama pandemik ini adalah berkaitan dengan status positif atau negatif tertular virus Codiv-19. Dari media kita membaca betapa banyak kasus pemalsuan surat keterangan bebas Covid-19. Â Hal itu menjadi bukti jika korupsi memang sudah mengakar di tengah masyarakat kita. Tindakan tidak jujur merupakan hal yang biasa.
Ketiga, bermedia secara sehat. Dewasa ini dibutuhkan pribadi-pribadi yang punya karakter bermedia secara sehat, tahu etika komunikasi dan bermedia. Masa pandemi ini melipat kuadratkan penggunaan internet atau IT. Â
Internet of Thing, internet bukan lagi pilihan tetapi kebutuhan hampir dalam semua segi kehidupan. Semua menghindari perjumpaan namun tetap terhubung melalui media internet (online). Sekolah, rapat, belanja maupun ibadah, sekarang dilakukan secara online (daring).
Media internet ibarat pisau bermata dua. Disatu sisi seseorang bisa belajar apapun dengan cepat dan mudah, namun dilain pihak ada bahaya yang mengancam. Melalui media ini seseorang bisa berselancar dalam lautan luas tanpa batas ruang dan waktu.Â
Bahkan dalam dunia virtual ini orang tidak lagi peduli dengan sopan santun dan etika bermedia. Seseorang bisa bersembunyi dibalik akun bodong dan bisa dengan bebas membully dan dibully oleh siapapun. Komunikasi bukan lagi menjadi ajang silaturahmi dan persaudaraan tetapi ajang untuk "perang atau bullying". Â Â
Pelaksana pendidikan karakter.
Pandemik virus Covid-19 memaksa setiap orang tua menjadi pendidik karakter pertama dan utama. Selama masa pademi, anak-anak tinggal dan belajar di rumah. Orang tualah yang mendampingi, memantau dan mengawasi bukan guru atau dosen. Pun pula dengan pendidikan karakter seharusnya dijalankan oleh orang tua karena merekalah yang kontak dengan anak (peserta didik).
Menurut pendapat saya, karakter disiplin pertama-tama yang harus ditanamkan pada anak-anak. Disiplin dalam masa pademi mengacu pada protokol kesehatan. Untuk itu para orang tua harus mau belajar disiplin karena pademi menuntut kebiasaan baru. Jika orang tua tidak mau belajar disiplin dan protokol kesehatan, bisa ditebak bagaimana hasil pendidikan karakter mereka pada anak-anaknya.
Lembaga pendidikan dan keagamaan menjadi pelaku pendidikan karakter yang tidak kalah penting. Melalui lembaga pendidikan peserta didik dibiasakan bersikap disiplin dan mempelajari pentingnya menjaga kesehatan.Â
Melalui lembaga keagamaan dibentuk karakter iman yang memperhatikan keselamatan jiwa dan raga serta kepeduliaan pada orang lain. Selama masa pademi ini harus dihindari tindakan konyol atas nama pendidikan dan keagamaan yang membahayakan diri sendiri maupun sesama.
Akhirnya, pendidikan karakter juga dijalankan oleh masyarakat. Ditengah masyarakat kualitas pribadi seseorang diuji dalam menyikapi kondisi tertentu dengan rambu-rambu dan aturan-aturan.Â